|IMY 4| Luka Itu Sakit

377 63 12
                                    

Ada beberapa rasa dan sakit yang tak pernah bisa diungkapkan oleh apapun. Mungkin diam bisa menjadi pilihan, karena dengan diam, kita bisa menyembunyikan semuanya.

Matahari telah terbit. Sinar yang cukup terang menjadi pertanda bahwa hari telah memasuki waktu siang. Jam pelajaran disekolah pun sudah bisa dimulai, karena beberapa menit lalu, bel telah dibunyikan. Para murid tentu tengah berada dikelas untuk menerima pelajaran dari dewan guru yang mengajar.

Pintu mobil mewah terbuka sempurna, menampilkan seorang gadis dengan gaya yang sedikit berantakan menatap kearah gerbang tak percaya. Dia Maharani. Gadis yang tak ada henti, mencari masalah dengan guru BK dan anggota OSIS. Maharani membulatkan matanya, ketika gerbang sekolah sudah tertutup rapat dan keadaan halaman sekolah yang terlihat sepi. Kakinya melangkah kearah pos satpam.

"Pak, tolong bukakan, lah," pinta Maharani pada petugas satpam sekolah.

Satpam itu berdiri didalam gerbang, sementara Maharani tengah berdiri didepan gerbang sekolah yang tertutup.

"Enggak, bisa, toh. Ini udah siang, neng." Satpam sekolah enggan untuk membuka gerbang sekolah.

Maharani berdiri dengan gusar. Bahkan ia menggerakkan kakinya, ketika panas matahari mengenai kepalanya. Ia tampak memikirkan satu ide yang bisa ia gunakan untuk masuk ke sekolah. Satu ide pun terlintas dibenaknya. Ia meraih dompet dan mengeluarkan uang dua ratus ribu. Uang itu ia sodorkan ke satpam yang berjaga.

"Loh, Iki opo, toh?" tanya Satpam itu dalam logat jawanya.

"Anggap aja, uang makan siang, pak. Sebagai imbalannya, tolong bukakan gerbang buat saya." Maharani pun terus menyodorkan uang yang tak kunjung diterima oleh satpam itu.

Satpam itu menggeleng keras. Uang tak bisa membalikkan hatinya. Tugasnya adalah membantu sekolah ini, untuk membasmi murid nakal seperti anak wanita yang ada dihadapannya.

"Maaf, neng. Bapak, teh, gak bisa. Walaupun bapak miskin, tapi penegakan peraturan nomor satu, neng." Satpam itu menolak membuat Maharani kembali memasukkan uangnya kedalam dompet.

"Jadi, bapak gak mau buka, nih?" tanya Maharani sembari menatap kearah satpam itu menantang.

"Tidak bisa, neng," balas satpam itu.

Maharani pun hanya mengangguk. Karena tak ada pilihan lain, ia mulai menaiki gerbang sekolah tanpa sedikit rasa malu apapun. Bahkan dalam rok yang terlihat, ia pun tak pedulikan. Tujuannya hanya satu. Ia ingin masuk kedalam sekolah.

"Loh, neng. Jangan atuh. Aurat kemana-mana," ucap satpam berusaha untuk menghentikan aksi Maharani yang nekat memanjat gerbang sekolah yang tinggi itu.

"Maharani!" teriak salah satu guru membuat Rani terdiam dan hanya bisa melihat guru itu berjalan kearahnya.

Fajar yang berada di samping guru BK itu, hanya bisa membuang pandangannya kearah lain. Bagaimana tidak? Paha mulus milik Rani terekspos jelas didepan matanya. Ia juga laki-laki, yang memiliki nafsu pada perempuan.

Satu pertanyaan timbul didalam benaknya. Apa Rani tidak malu? Aurat yang bertebaran dengan rok yang bisa dibilang kekurangan bahan, memanjat gerbang sekolah setinggi itu.

"Turun!" bentak guru BK yang diketahui bernama Nisa.

Nisa merupakan jejeran guru BK yang terkenal killer juga galak yang melebihi batas normal manusia. Bahkan, ia tak segan-segan untuk memberikan hukuman yang akan memberikan efek jera, namun bagi Maharani, ia tak bisa merubah sikap anak yang baginya memiliki kepribadian luar biasa.

I Missing You (COMPLETED) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora