|IMY 12| Mata Batin

290 52 13
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hanya orang yang tahu, bahwa keberadaan dirimu benar nyata.

Hari Senin selalu tak disukai oleh para murid yang bersekolah. Pada hari itu, murid di tuntut untuk mengikuti upacara bendera dengan hikmat. Seharusnya tanpa disuruh, mereka sudah berbaris dengan sendirinya di lapangan. Para pejuang saja mengorbankan diri sendiri untuk maju di Medan perang, sedangkan kita yang hanya diam dan memakan waktu sebentar masih saja bermalas-malasan.

Didepan sana, wakil kepala sekolah sedang berpidato menyampaikan informasi membuat Maharani mengeluh terus menerus. Baginya isi pidato itu tak penting. Terus membahas sekolah yang sudah maju.

"Gue, malas. Setiap upacara, pasti dia pidato yang gak penting." Maharani menghentakkan kakinya kesal. "Orang killer kayak dia, kok bisa jadi wakil, ya, Lis?" Maharani menoleh pada Allicia yang sedang menatap kearahnya.

Allicia tak tahu kenapa, jika Senin tiba, Maharani selalu saja mempermasalahkan isi pidato. Padahal jika tak mau didengar, hanya pura-pura saja menyibukkan diri, tak perlu bertingkah seperti ini.

"Mending lo diam aja. Jangan cari masalah, deh," sahut Allicia pada Maharani yang menatapnya tajam.

Pidato wakil kepala sekolah tiba-tiba menyita perhatian dirinya. Maharani mempertajam indera pendengaran untuk mendengarkan langsung isi pidato itu. Fajar? Koma? Apa ia tak salah dengar. Ketua OSIS itu koma? Sungguh mustahil. Fajar baru saja berangkat dengan dirinya, membangun ia dari tidur, dan sarapan bersama. Omong kosong apa ini.

"Lis, ibu itu ngelantur, deh. Fajar, kan, gak kenapa-kenapa. Aneh, sih, ini." Maharani menatap seolah bertanya pada Allicia.

Allicia yang sibuk memperhatikan menoleh kembali pada Maharani. Tatapan Allicia sulit untuk dibaca. Ia kemudian menjitak kepala Maharani agar otaknya benar. "Ngaco. Fajar itu di rumah sakit."

"Lis, lo sakit, ya?" tanya Maharani menempelkan punggung tangan pada jidat Allicia yang tidak panas sama sekali, kemudian menempelkan diujung pantatnya. "Sama, pantesan."

"Sialan, lo. Lo yang sakit. Fajar jelas-jelas ada di rumah sakit." Allicia menatap tak percaya pada sahabatnya itu.

"Gue harus demo, nih. Gue yakin, Fajar sehat-sehat aja, kok." Maharani yang ingin bersuara dibuat terdiam ketika Allicia segera membekap mulutnya menggunakan tangan.

Allicia membawa Maharani keluar barisan. Setelah dirasa jauh dari kerumunan upacara, Allicia melepaskan tangan yang membekap mulut Maharani.

"Lo udah gila? Mau berurusan sama wakil kepala sekolah? Mau gak lulus?" tanya Allicia bertubi-tubi.

Maharani yang sibuk mengelap bibirnya pun menatap kearah Allicia. "Tangan lo, asin banget. Lain kali, kalo mau bekap gue, harus cuci tangan, dong." Maharani kemudian pergi meninggalkan Allicia yang hanya bisa terdiam tak percaya.

I Missing You (COMPLETED) Where stories live. Discover now