|IMY 9| Merasakan

285 54 4
                                    

Orang lain tak tahu dirimu
Bahkan orang tua mu sendiri tak tahu bagaimana matamu melihat, otakmu berpikir dan hati merasakan semua hal yang kamu rasakan di dunia ini.

Maharani memberontak dalam pelukan hangat Fajar. Yah, pria yang menyelamatkan gadis bodoh itu dalam rengkuhan maut yang hanya akan menimbulkan banyak masalah, nantinya. Maharani terus saja menangis dan mencoba untuk melepaskan diri.

"Lepas!" sentak Maharani dengan sekuat tenaga.

Fajar justru mengeratkan pelukan. Bahkan nafas yang memburu dari gadis itu, dapat ia rasakan dipenjuru raganya. Maharani terus saja memberontak untuk melepaskan diri.

"Gak akan. Lo itu terlalu bodoh." Fajar menundukkan wajah menatap Maharani yang menangis.

"Gue gak mau hidup!" Maharani berteriak marah seakan ia adalah manusia paling bodoh di dunia ini. "Gue, gak ... Sanggup lagi. Gue mau mati aja." Maharani kembali menangis.

Fajar terlihat menggelengkan kepala. "Apa dengan lo bunuh diri, masalah akan kelar? Enggak. Lo harus kuat, walaupun gue gak tau apa yang sedang lo alami, tapi gue yakin lo bisa lewati ini semua."

Apapun bisa kita lalui, jika hati tegar pada kenyataan. Tak terus mengeluh dan mempermasalahkan. Bahkan ia sudah ikhlas menerima kenyataan bahwa raganya terlepas dari badan. Apa yang harus kita perbuat? Hanya menerima. Yakin, bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Maharani dengan satu sentakan berhasil melepaskan diri dari Fajar. Ia berdiri dan menatap Fajar dengan derai air mata juga emosi yang menguak.

"Lo gak akan ngerti! Jadi jangan ikut campur!" bentak Maharani membuat Fajar menatapnya dingin.

"Apa yang gue gak ngerti? Lo mau coba jelaskan?" tanya Fajar membuat Maharani menggeleng.

Mata Maharani kemudian mengarah pada sungai yang mengalir. Melihat Fajar yang dalam keadaan tenang, membuat ia segera berlari dan menaiki jembatan ingin kembali loncat. Melihat Maharani yang terlihat seperti ini membuat hatinya emosi. Fajar pun hanya mendekat dan ingin melihat aksi selanjutnya dari wanita itu.

Saat Maharani tengah memejamkan mata, Fajar bersuara. "Bahkan lo takut untuk loncat. Apa butuh bantuan?" Fajar bertanya pada Maharani yang berusaha untuk menguatkan diri.

Maharani memang gadis yang memiliki keras kepala tinggi. Sudah nakal, tak tahu aturan, sekarang menangis dan niat untuk membunuh diri sendiri.

"Bunuh diri jangan tanggung-tanggung. Mending gue antar ke gedung tinggi, aja, yuk. Dijamin langsung mati." Fajar menghela nafas berat ketika Maharani tetap saja ingin mengakhiri hidup. "Rani, ingat orang tua lo." Fajar tersenyum ketika Maharani membuka mata.

Maharani yang mendengar Fajar berceloteh membuka mata, ketika orang tua dibawa-bawa. Membawa orang tua, hanya akan membuat ia terluka lebih dalam lagi. Orang tua? Bahkan ia tak pernah merasakan apa arti kasih sayang yang sebenarnya. Ia sudah tak peduli dengan hidup.

"Apa mereka ingat gue?" tanya Maharani dengan suara bergetar hebat.

"Jelas. Mana ada, orang tua yang gak ingat sama anak." Fajar mengutarakan membuat Maharani menggeleng keras.

"Arti orang tua lo, sama gue itu beda jauh." Maharani tertawa sumbang dengan penuh kepedihan ia menampilkan tatapan sendu. "Gue punya orang tua, tapi gue gak pernah merasakan kasih sayang mereka. Apa lo tau perasaan gue? Sakit, Fajar!" Maharani berteriak dengan penuh kemarahan.

I Missing You (COMPLETED) Where stories live. Discover now