|IMY 29| Diri Yang Lemah

223 38 3
                                    

Ubahlah apa yang tidak bisa kamu terima, terima lah apa yang tidak bisa kamu ubah

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


Ubahlah apa yang tidak bisa kamu terima, terima lah apa yang tidak bisa kamu ubah.

Menerima kenyataan sama saja pemula bagi peminum kopi di awal, rasanya pahit tanpa perasaan. Menerima kenyataan memang susah, apa lagi ikhlas ketika kita sedang di uji seperti ini. Hanya satu kuncinya, sabar. Tapi, apa kita akan terus bersabar? Sedangkan orang yang berada di sekeliling kita tak pernah menghiraukan? Entah lah, ketika rasa itu datang, aku hanya bisa diam.

Satu jam setelah acara pingsannya, Rani mencoba menahan rasa sakit yang menyerang di tubuhnya. Berulang kali ia mencoba untuk merangkak, dengan keadaan kaki yang terbalut besi yang sangat kuat. Rani tak bisa menggapai laci berisi obat, padahal saat ini ia membutuhkan itu.

Darah segar juga luka di kening tak lagi ia hiraukan, hanya satu yang ia butuhkan, obat peredam rasa sakit yang amat kuat ia rasakan sekarang. Bahkan untuk beranjak atau menggapai sangat sulit untuk ia lakukan. Kepalanya seakan di tusuk ribuan belati sekarang, tangannya terus menjaga keseimbangan, sementara yang satunya berusaha untuk menggapai obat di laci. Nihil, yang ia dapatkan hanyalah suara pecahan gelas yang tak sengaja ia lakukan.

Prang!

Suara gelas itu terjatuh bersamaan dengan tubuh lemah Rani yang menggantung di atas ranjang. Rani menatap pecahan gelas yang jatuh begitu dekat, namun kakinya masih di atas. Suara pintu yang terbuka membuat Rani menoleh sekilas dengan tatapan marah dan kesalnya ia sekarang.

"Ya, Allah, Rani!" pekik Evi segera membantu Rani untuk tidur di atas ranjang. Mata Evi kembali membulat, ketika adanya darah di sprei juga selimut serta hidung yang mengeluarkan darah. "Astaghfirullah! Apa yang terjadi?"

Rani hanya menatap sang mama penuh rasa sakit. Bahkan pendengarannya tak lagi berfungsi normal, hanya sedikit saja yang ia dengar. Jari telunjuk Rani pun mengarah pada laci yang berada jauh di antara tubuhnya sekarang.

"Apa? Bilang sama Mama," ucap Evi merasa khawatir dengan kondisi anaknya yang terlihat tak berdaya.

"Obat ..." Belum sempat Rani mengatakan semuanya, tubuh Rani tiba-tiba kejang-kejang, dengan darah yang keluar dari hidungnya, membuat Evi panik tak terduga.

"Tolong! Ya, Allah, Rani. Apa yang terjadi sebenarnya. Sadar sayang," ucap Evi ketika kejang Rani semakin menjadi-jadi.

Tak ada satu pun penjaga yang kemari, membuat Evi berteriak lebih keras lagi. Ia tak bisa berlari, karena pahanya sedang menjaga kepala Rani.

"Tolong!"

"Ada, apa, Nyonya?" tanya salah satu penjaga menghampiri mereka dengan paniknya.

I Missing You (COMPLETED) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin