|IMY 35| Pertemuan

194 32 2
                                    

Ketika kita bertemu, apa kau tak mengingat diriku? Satu saja kenangan apa tak ada dalam benakmu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ketika kita bertemu, apa kau tak mengingat diriku? Satu saja kenangan apa tak ada dalam benakmu?

"Pa, aku masuk dulu, ya. Asalamualaikum," ucap Rani sembari membuka pintu mobil.

"Walaikumsallam. Hati-hati." Rani pun hanya tersenyum, ketika mobil sudah lenyap tak ada lagi.

Matanya menatap gerbang sekolah yang tertutup rapat, pertanda bahwa jam pelajaran sudah di mulai. Ia melihat jam tangannya, hanya telat lima menit, Rani memang sengaja melakukan ini semua. Padahal jika di hitung, catatan merah yang ada di ruang BK dan milik Fajar sudah tak dapat di hitung oleh jari. Dirinya yang pintar dan berprestasi membuat tak ada satu pun guru yang berani mengeluarkan dirinya. Jika ia dikeluarkan, lantas siapa yang akan maju untuk lomba cerdas cermat internasional? Tidak ada yang berani selain dirinya.

Langkahnya membawa ia menuju pos satpam, tepat di mana Fajar sering menegur dirinya. Ketika sampai, keadaan bahkan sunyi dan tak ada satu pun orang yang berjaga di dalam. Rani yang sudah kebiasaan untuk memanjat pun memanfaatkan situasi seperti ini. Perlahan namun pasti, tangan kanan sudah memegang besi yang menyanggah gerbang, namun ketika tangan dan kakinya ingin naik, pinggang di tarik secara tiba-tiba membuat Rani terjatuh di tanah. Rani pun marah, dan ingin memukul pelaku yang sudah menggagalkan aksinya, namun pukulan di tangannya seolah tertahan dan tak bisa dilepaskan.

"Fajar," lirih Rani ketika ia menemukan bahwa Fajar yang menahan dirinya.

Rani menurunkan tangannya. Mata mereka saling bertemu, Rani yang menatap Fajar dengan penuh kerinduan, sementara Fajar yang menatap Rani dengan kekesalan.

"Lo itu bego atau gimana, sih? Udah tahu telat, tapi masih aja nekat masuk. Catatan merah lo udah banyak," tutur Fajar sembari menyodorkan buku di mana catatan kenakalan Rani yang paling banyak.

Rani hanya memusatkan perhatian pada kedua manik mata milik Fajar. Bahkan amarah Fajar tak lagi ia hiraukan. Ia menatap Fajar dengan penuh kerinduan, berharap Fajar akan menyadari, bahwa ada seseorang yang memiliki kenangan bersama dirinya sekarang. Air mata Rani jatuh, ketika ia mengingat, bahwa Fajar tak lagi mengingat dirinya.

"Eh, kenapa lo nangis?" tanya Fajar tercengang.

Rani pun menggeleng. Ia pun berusaha untuk tegar dan menghapus air matanya. Fajar sendiri yang mengatakan bahwa ia tak boleh lemah.

"Gue mau masuk." Rani pun berkata sembari menahan sesak di hatinya.

"Gak bisa! Lo udah salah di sini. Kapan, sih, lo berubah? Sekali-kali jadi cewek gitu. Jangan jadi cowok Mulu yang gak ngerti aturan sekolah." Fajar pun menatap Rani tajam. "Mending lo pergi atau keluar dari sekolah, biar gue gak capek, catat nama lo terus di buku gue."

"

Iya, terus gue harus gimana?" Rani pun mencengkeram erat kerah seragam milik Fajar, membuat Fajar menatapnya tajam. "Bilang ke gue! Gue harus gimana? Biar ingatan lo kembali."

Fajar yang mendengar itu pun menyentak tangan Rani, membuat tubuh wanita itu terjatuh untuk yang kedua kali. Rani menatap tak percaya ke arah Fajar yang menatapnya tajam. Ini seperti awal perkenalan mereka, Fajar kembali pada dirinya yang dingin dan tak mau di sentuh. Fajar bahkan melupakan semuanya.

"Ingatan apa, sih? Tiba-tiba lo datang ke ruangan inap gue, bilang kalau gue udah sadar? Emang selama ini, selain di sekolah kita saling kenal? Enggak!" sentak Fajar marah.

Rani pun menggeleng lemah. Fajar benar-benar melupakan apa saja yang terjadi dengan mereka berdua. Fajar benar-benar jahat, karena melupakan dirinya begitu saja. Rani tak akan menduga, pria yang menjadi alasan di mana ia bertahan, justru melupakan dirinya.

"Udah, lah. Mending lo masuk aja, gue malas hukum lo, cewek nakal." Fajar pun menelusuri Rani dari atas hingga bawah. "Rok pendek, gue, kan, bilang, ganti yang panjang. Apa orang tua lo gak punya uang? Ganti rok lo besok."

Rani pun berdiri. Rani pun dengan cepat melalui Fajar dan beranjak naik di atas gerbang, membuat Fajar memejamkan matanya, pasalnya pemandangan kaki wanita itu membuat dirinya tak bisa bernapas. Ia juga tak menyangka, bahwa wanita itu melakukan aksi nekat seperti ini. Suara yang timbul akibat mendarat membuat Fajar membuka matanya, melihat wanita itu berlari dan meninggalkan dirinya.

Fajar pun seakan memikirkan ucapan wanita itu. Siapa sebenarnya Rani? Apa wanita itu pernah ada di dalam hatinya? Kenapa ketika ia melukai Rani, hatinya merasa sakit? Padahal neraka hanya saling kenal dalam sekolah, tak ada pertemuan lain setelah itu. Tapi kenapa, Rani mengatakan bahwa ia melupakan dirinya? Fajar pun menggeleng tak mau memikirkan itu semua.

Ketika Fajar ingin masuk, satu wanita lagi membuat dirinya merasa kesal. Fajar ingin pergi, namun tangannya di cekal oleh Delima.

"Ada apa?" tanya Fajar dingin.

"Aku punya alasan di balik itu semua. Jangan menghindari aku, dong," balas Delima berusaha untuk mengatakan apa yang terjadi.

Fajar pun melepaskan cekalan yang ada di tangannya. Menatap Delima dengan tatapan dingin tak terduga. Ia masih sakit hati, gara-gara Delima, ia jadi terluka dan mengalami kecelakaan seperti ini. Membuat tugas dan apa yang ia rencanakan jadi sia-sia.

"Kita bicara lima menit dari sekarang," ucap Fajar.

"Jangan di sini. Yang ada, aku di hukum," balas Delima kemudian menarik tangan Fajar untuk mengikuti dirinya.

Tujuan mereka saat ini adalah taman sekolah yang tak berada jauh di dekat gerbang sekolah. Delima pun mengajak duduk agar menghindari hukuman atau guru yang melihat mereka, padahal ketua OSIS adalah pacarnya sendiri. Pria yang sedang duduk di sampingnya.

"Aku minta maaf, sayang. Aku tahu aku salah, aku ngelakuin itu karena aku mau tes seberapa cemburu kamu." Delima pun menjelaskan tentang kejadian dua bulan lalu.

"Cemburu? Kamu bahkan buat aku sekarat di rumah sakit. Kamu sadar, perbuatan itu bisa bikin aku mati, bahkan ketika aku jatuh, kamu gak nolong aku. Aku kecewa sama kamu," jelas Fajar mengingat seberapa kejadian yang membuat ia harus terluka parah dan mengalami koma.

Saat kejadian itu, bahkan Delima tak mau membantu dirinya. Dari yang ia lihat sebelum ia menutup mata, Delima justru pergi dan meninggalkan dirinya sendiri di jalan raya. Entah apa ia harus percaya bahwa Delima melakukan itu hanya untuk mengetes dirinya cemburu atau tidak? Ini sudah gila baginya. Cinta mengubah pandangan, bahwa cemburu atau tidak menjadi tolak ukurnya. Fajar merasa kecewa karena Delima.

"Kita putus," ucap Fajar kemudian beranjak pergi.

Baginya ini hubungan yang tak lagi sehat. Hubungan yang membuat ia sesak.

I Missing You (COMPLETED) Where stories live. Discover now