☘️ Dua Belas ☘️

Start from the beginning
                                    

Via berpikir sejenak, ia berusaha menghilangkan pikiran negatif dari otaknya, ia harus berpikiran positif.

"Via bisa jaga diri kok," ucap Via yakin, ia tersenyum kearah Sandra dan juga Nindy.

"Yakin?" Nindy menaikkan sebelah alisnya.

Via mengangguk yakin, "Iya, Via yakin, Via kan bukan anak kecil lagi seperti yang dibilang sama Kak Maya, jadi Via udah bisa jaga diri Via sendiri."

Nindy dan Sandra saling bertatapan, mereka berdua tampak ragu dengan perkataan Via, mereka ragu gadis itu bisa menjaga dirinya.

"Ya udah, tapi kalau ada apa-apa, cepat kasih tau gue atau Nindy ya," ucap Sandra. Via mengangguk sembari megacungkan jempolnya, "Oke!"

"Vi, tuh Kak Vendo," ucap Nindy saat melihat Vendo masuk kedalam ruang kelas 11 IPA 1.

Via tersenyum senang, ia menghampiri Vendo, "Vendo, mau ngajak Via ke Kantin? Eum, Via lagi gak pengen kemana-mana hari ini, tapi jangan khawatir, Via bawa cemilan dari rumah kok, dan tadi Via udah ma—"

Ucapan Via terhenti saat Vendo berlalu dari hadapannya, ia melihat Vendo menghampiri Felly.

Tentunya hatinya sakit melihat kejadian itu.

Sandra dan Nindy tak tinggal diam, mereka langsung menghampiri Via, mereka tau apa yang dirasakan Via sekarang.

"Ayok duduk Vi," ajak Sandra.

Via mencoba untuk tetap tersenyum, "Via mau ke toilet dulu ya, sebentar aja kok." Via tak sanggup melihat Vendo bersama Felly, jadi ia memutuskan untuk pergi saja, dan tujuannya sekarang adalah pergi ke toilet.

Via menatap dirinya di pantulan cermin yang berukuran cukup besar, "Apa Via punya salah sama Vendo?" gumamnya.

Via mencoba untuk berpikir apakah ia punya salah dengan lelaki itu.

Ia rasa tidak ada.

"Vendo marah sama Via?"

Tanpa ia sadari air matanya menetes, cepat-cepat Via menghapus air matanya, "Kenapa nangis sih," gumamnya.

"Via kan gak kenapa-kenapa, buat apa nangis." Via tersenyum getir.

***

"Nanti malam, mau makan malam bareng gue gak?" tanya Vendo kearah Felly.

"Eum, memangnya kenapa ngajak aku, Kak?"

Vendo berpikir sejenak, "Gak papa, biar kita makin dekat aja."

"Oh."

"Oh doang? Jadi jawabannya gimana?"

"Terserah," sahut Felly.

Vendo tersenyum senang, "Okey, ntar malam gue jemput, rumah lo dimana?"

"Jemput didepan komplek perumahan aku aja ya, Kak."

"Memangnya kenapa?" tanya Vendo sembari menaikan sebelah alisnya.

"Gak papa hehe."

"Gak capek lo jalan kedepan komplek? Memangnya gak jauh?"

Felly menggeleng pelan, "Gak kok, gak jauh."

"Okey, terserah lo aja, alamatnya dimana?"

"Nanti aku kirim di chat."

Vendo mengangguk, "Okey, see you cantik."

Felly tak menjawab, ia hanya tersenyum tipis.

***

Pelajaran hari ini telah usai, bel pulang Sekolah pun sudah dibunyikan.

Via memasukkan buku serta alat tulisnya kedalam tas, "San, Nin, Via duluan ya," ucapnya kearah kedua sahabatnya.

"Okey, hati-hati Vi," sahut Nindy.

Via mengangguk, "Iya, hati-hati juga kalian."

Via melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelasnya. Dan benar saja dugaannya, pasti Vendo sudah ada didepan ruang kelas.

"Vendo? Eum, Via duluan ya, misi." Via hendak berlalu dari hadapan Vendo, namun lelaki itu memegang pergelangan tangannya.

"Lo kan pulang bareng gue," ucap Vendo datar.

"Via tadi udah chat Mama, kata Mama nanti Mama bakal jemput Via."

Vendo menatap Via selama beberapa detik sebelum ia kembali berbicara, "Kenapa tiba-tiba gini sih?"

"Seharusnya Vendo tanya sama diri Vendo sendiri, kenapa Vendo tiba-tiba cuek sama Via?"

Vendo terdiam.

Apakah ia terlalu cuek? Ia rasa tidak.

"Via duluan." Via menepis tangan Vendo yang memegang pergelangan tangannya, setelah itu ia langsung pergi.

Vendo for Via Where stories live. Discover now