3 - // Ikut Seminar //

670 50 0
                                    


Salma dan Adam sudah duduk manis di ruangan rektorat. Mereka menunggu pimpinan kampus atau bisa disebut rektor. Salma dan Adam, mereka berdua sama-sama alumni kampus dimana tempat bekerja sekarang. Bedanya, Salma sebagai dosen tidak tetap, sedangkan Adam sudah resmi menjadi staf tetap akademik kampus tersebut. Mereka berdua satu angkatan, bahwa satu organisasi dulu ketika masih kuliah.

“ kok lama banget sih ini Prof. Hendar.” Salma gelisah sesekali menatap Adam.

“ tenang dong, sal. Paling juga lo dikasih amanah lagi, ga mungkin kamu dipanggil Prof. Hendar gara gara bikin ulah.”

Adam berusaha menenangkan Salma.

“ ya kan bisa aja gue buat kesalahan disini, bisa aja ada mahasiswa yang ngadu soal cara ngajar gue yang masih amatir, atau tugas yang gue kasih terlalu susah, atau gue langsung dilaporin karena telat masuk kelas hampir setengah jam. Sumpah dam, itu murni insiden ban pecah.” Nada suara Salma sudah seperti sales promotion girl, cerewet dan nyerocos, kebiasaan emang susah diubah.

“ seorang SALMA PUTRI HADIWIJAYA. BIKIN ULAH? Langsung hujan gede 7 hari 7 malem, sal.” Adam penuh penegasan. Sang sahabat selalu berhasil membuat dirinya minder dan seolah tidak ada harga dirinya. Ya. Seorang SALMA PH merendah, apa kabar dengan dirinya? Apa ada yang lebih rendah lagi dari merendah, hah?

Seorang lelaki paruh baya dan berwibawa memasuki ruangan.

“ sudah lama nunggu?”

“ baru 5 menit yang lalu, pak.” Salma dan Adam membetulkan posisi duduknya.

“ maaf saya tadi mampir dulu ke gedung fakultas.”

“ maaf pak, bapak manggil saya, ada yang bisa saya bantu pak?” Salma membuka pembicaraan.

“ ah iya. Mengenai seminar nasional di Yogyakarta minggu depan, saya tidak bisa ikut. Bentrok dengan kegiatan saya di Jakarta.”

“ terlebih, semnas di Yogyakarta itu lebih interest untuk yang lebih muda, jadi saya rasa, kamu sendirian saja berangkat kesana.”

Salma dan Adam saling melirik.

“ keberatan?”

“ engga pak. Sama sekali engga, minggu depan saya akan berangkat pak, saya juga udah kasih tugas untuk mahasiswa.” Prof. Hendar mengangguk. Salma tidak pernah berubah, selalu profesional, bertanggung jawab, dan disiplin, sama  seperti ketika masih mahasiswa, pikirnya.

“ kamu bisa koordinasi dengan Adam jika ada berkas yang diperlukan dari kampus.” Prof Hendar melirik Adam, Adam mengangguk.

“ baik pak, terimakasih banyak. Kami permisi.”

“ are you sure?” Salma sedari tadi Adam perhatikan, raut muka nya sedikit memelas sejak keluar dari ruangan Prof Hendar tadi.

“ gapapa kok, dam. Cuman agak lemes aja, nanti minum vitamin dirumah.” Salma lalu meneguk secangkir teh hangat dihadapannya.

“ lo kalo disana butuh sesuatu, kabarin gue ya, sal.”

“ kalo perlu gue langsung nyusul lo kesana.”

“ gue disana cuman 2 hari, Adam.” Sedikit meninggi di akhir kalimat.

“ biasa aja dong, gausah ngegas. Ya siapa tau kan si anak manja ini masih ada niatan pengen dianterin Ayah kemana-mana, persis kaya waktu jaman PKKMB dulu.” Adam menahan tawa tanpa melihat kearah Salma.

“ ADAM!!!!!” salma setengah berteriak, ia langsung ingat bahwa mereka berada di kantin fakultas, seorang dosen dan staf akademik sudah pasti tidak etis tertawa gila.

“ eh sal, tar lo disana pap ke gue ya.”

“ gayanya. Kaya bocah SMA aja minta pap segala.”

Workholic LecturerWhere stories live. Discover now