PART 4 || PERMINTAAN MAAF

Start from the beginning
                                    

"Terus gimana? Lo serius mau kabur?" tanya Anggara.

"Nggak tau lah, Ko. Belum ada yang benar-benar bikin gue ngerasa harus berjuang lebih sampai harus kabur dari rumah. Itu masih ada di pikiran gue, tapi belum bisa gue lakuin karena nggak ada motivasi lebih buat ngelakuinnya."

"Lo kabur dari rumah butuh motivasi dulu, yah, Lan?" Junior kembali terbahak mendengar jawaban Nolan.

"Diem lo, taik kuda!"

"Kalau lo kabur, gampang sih kayanya buat lo. Pekerjaan? Ada tuh jadi petinju, duit juga pasti mengalir. Lo kalau kabur gak akan khawatir soal duit mungkin?" ujar Anggara.

"Gak selamanya gue harus jadi petinju, Ko. Itu mah bukan pekerjaan, tapi cuma sekedar penyalur hobi. Sekarang mungkin masih baik-baik aja, tapi siapa yang tau nantinya 'kan?" jawab Nolan.

"Belum lagi orang tua lo tau semua kekayaan lo yah? Dari kartu kredit, ATM, dan kendaraan juga. Kalaupun lo punya duit sendiri, kabur-pun tindakan bodoh karena mereka bisa membekukan kartu-kartu lo itu. Kendaraan juga pasti bakal gampang diambil, mereka pasti gak akan biarin lo bawa satupun motor atau mobil dari garasi walau itu dari duit lo sendiri." ujar Junior.

"Ya intinya masih susah lah! Gue masih belum bisa kabur dari orang tua gue. Masih berat juga rasanya," ujar Nolan.

"Gue paham, sih. Walaupun orang tua lo nyebelin, tapi namanya anak pasti masih kepikiran lah buat ninggalin mereka. Kalau sekarang, menurut gue, lo ikuti aja dulu kemauan mereka, kalau lo masih bisa dan permintaan mereka juga nggak terlalu menekan atau menghancurkan mimpi lo, it's okay. Orang tua juga mau yang terbaik buat anaknya." Anggara menyodok bola berwarna hijau dan masuk.

"Emang pantes banget lo dipanggil Koko! Pemikirannya dewasa, jadi sayang sama lo, Ko!" Junior hendak memeluk Anggara yang langsung dihadiahi pukulan menggunakan tongkat milik Anggara.

"Jauh-jauh lo dari gue, pantat monyet!"

"Baru gue puji, malah dikatain pantat monyet!" gerutu Junior.

Nolan tersenyum miring melihat kedua sahabatnya. Kemudian, lagi-lagi ia memikirkan kejadian kemarin. Benar kata Junior, ia memang memikirkan kejadian dimana ia membentak Gemini dengan sangat kasar. Bukan karena ia menyesal melakukan itu, tetapi melihat bagaimana tangisan serta panggilan 'Ayah' dari mulut gadis itulah yang membuatnya kepikiran.

Selama ini Nolan selalu berbicara kasar pada orang lain dan tidak pernah membuatnya sampai harus uring-uringan seperti ini. Tapi kali ini, entah kenapa ia merasa telah salah bertindak. Hatinya merasa tidak tenang.

"Bengong lagi! Lama-lama lo kesurupan Kunti di markas ini baru tau rasa, Lan!" Junior mengejek Nolan lagi yang kembali termenung.

"Gue mau cabut duluan." Nolan berdiri dari duduknya, mengambil jaket yang tergeletak di sebelah sofa ia duduk lalu memakainya.

"Mau kemana lo? Tumben banget mau balik jam segini. Biasanya malah lo pulang pagi buta kalau mereka nggak ada," tanya Junior melihat jam di tangannya menunjukkan pukul sembilan malam.

"Nyokap sama Bokap gue lagi ada di rumah. Mereka lagi nggak dinas keluar." Nolan menjawab tanpa menatap Junior ataupun Anggara. Ia berbohong.

Nolan bergegas pergi dari markas sebelum Anggara ataupun Junior mengetahui kebohongan melalui gerak-geriknya. Karena kenyataannya, kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Mereka baru saja berangkat ke luar kota pagi tadi. Kedua temannya itu sangat tahu jelas, kalau ia bisa keluar rumah malam seperti ini tanpa larangan adalah saat kedua orang tuanya tidak berada di rumah.

Kali ini, ia tidak ingin pulang. Ia ingin pergi ke kota tua, tempat terakhir ia memesan jagung bakar dari gadis berkacamata lusuh. Nolan ingin menemui Gemini.

My Nerd Girlfriend (JUPITER SERIES #2) [REVISI]Where stories live. Discover now