"Mil, gue ke kamar kecil bentar ya" Prilly menepuk bahu Mila. Mila menoleh sejenak dan mengangguk tanda mengiyakan sambil tetap mengobrol dengan Kevin. Prilly berjalan menuju kamar kecil dekat lorong. Dia berjalan terus namun pandangannya tak lepas dari ponselnya, seolah kakinya sudah hafal kemana harus melangkah. Dia tersenyum melihat apa yang baru saja di post oleh Ali di path. Ali mem posting sebuah foto. Jika orang-orang biasanya mem posting foto bersama temannya, meme, atau quote pada akun pathnya, maka lain dengan yang diunggah Ali saat ini. Ali memposting foto tangannya sendiri dan caption yang membuat Prilly tersipu.

Untuk ketiga kalinya, tangan ini memegang tangan bidadari.

Prilly tersenyum melihat caption tersebut, seolah dia paham post Ali ditujukan padanya. Bukannya kegeeran tapi jika dihitung-hitung memang sudah tiga kali Ali memagang tangannya. Pertama, di taman, saat Ali mencegah Prilly pergi sehingga Ali bisa meminjamkan jaketnya. Kedua, saat Ali menarik Prilly dari kejaran Pak Bandi. Dan ketiga, saat Ali mencegah Prilly melangkah karena dia ingin mengikat tali sepatu Prilly yang terlepas.

Prilly masih sibuk menatap ponselnya, dia bahkan tidak sadar kalau dia telah sampai di dekat kamar kecil. Kakinya goyah membuatnya memekik kaget. Ternyata lantai yang dia injak licin sehingga dia terpeleset. Prilly kehilangan keseimbangan. Dia pasrah, tubuhnya akan jatuh. Ponselnya bahkan sudah terjatuh entah kemana. Namun tiba-tiba sepasang tangan merengkuh tubuhnya. Salah satu tangan menopang punggung Prilly dan tangan satunya memegang tangan Prilly di sisi yang lain.

Prilly terkejut, jantungnya seperti mau copot. Detak jantungnya berdegup kencang melihat orang yang berada di hadapannya. Ini sudah kedua kalinya pada hari ini, dia merasa terkena serangan jantung. Padahal dia tidak ada riwayat penyakit tersebut. Ali menopang Prilly dengan posisi setengah memeluk. Wajah mereka begitu dekat satu sama lain. Nafas keduanya berlalu lalang, saling memburu. Suasana hening, tidak ada orang karena jam pelajaran masih berlangsung.

"Dan ini untuk keempat kalinya tanganku menyentuh bidadari" ucap Ali pelan membuat bulu kuduk Prilly merinding dan darahnya berdesir. Pipi chubby nya pun merona.Cukup lama mereka dalam posisi tersebut. Keduanya larut dalam situasi yang sulit dijelaskan. Ali terbawa suasana, dia benar-benar terpesona dengan makhluk cantik di hadapannya. Mata indah, hidung mancung serta bibir tipis yang tampak sangat manis. Mata Ali menatap mata dan bibir Prilly bergantian.

Ali mendekatkan wajahnya sambil memiringkan kepalanya ke arah kanan. Didekatkan bibirnya ke arah bibir Prilly. Nafasnya yang hangat menerpa wajah Prilly. Membuat Prilly ikut larut dalam suasana romantis tersebut. Prilly memejamkan matanya seolah mengerti apa yang akan dilakukan Ali. Sementara Ali, sudah memejamkan matanya sedari tadi. Kini jarak keduanya semakin dekat, mungkin hanya berjarak sekitar satu senti. Dan lalu...

Teng teng teng

Suara lonceng istirahat berbunyi nyaring. Ali dan Prilly terlonjak. Prilly hampir jatuh lagi tapi Ali berhasil menahannya untuk berdiri tegap. Keduanya tampak canggung untuk beberapa saat. Mungkin karena mereka nyaris berciuman namun suara lonceng membuyarkan segalanya.

"Kamu harus lebih berhati-hati, lehermu bisa saja patah" ucap Ali ingin menormalkan keadaan. "Lantainya masih basah" Ali melanjutkan sambil menunjuk papan tanda berwarna kuning di dekat Prilly. Prilly memang ceroboh, dia terlalu sibuk memperhatikan ponselnya tadi. Makanya papan tanda lantai basah tak dihiraukannya. Prilly beruntung karena pada waktu yang hampir bersamaan Ali juga sedang ingin ke kamar kecil.

"Makasih, lagi-lagi kamu yang nolongin aku" ucap Prilly. Entah disadari atau tidak, keduanya sudah saling menyebut aku kamu.

"Sama-sama"

Bidadariku

Ali tersenyum pada Prilly. Kini Ali tidak lupa membalas ucapan terimakasih dari Prilly. Sebelum-sebelumnya Ali bahkan tak sanggup mengucapkannya, karena Ali merasa hampir gila setiap kali melihat Prilly mengucapkan tetimakasih sambil tersenyum. Senyum Prilly membuatnya lupa diri, lupa untuk sekedar mengucapkan 'sama-sama'. Ali mengedarkan pandangannya, dia tidak ingin terlihat gerogi. Namun pandangannya malah tertuju pada rok seragam Prilly yang terkena noda. Dia jadi teringat pertemuannya dengan Prilly di taman.

"Rok kamu? Itu.." Ucapan Ali terhenti, Prilly yang seolah tahu apa yang mungkin dipikirkan Ali, segera memotong ucapan Ali. Prilly kira pasti Ali beranggapan noda tersebut karena datang bulan.

"Eh enggak kok! Ini.. Ini tadi ketumpahan softdrink, makanya aku mau ke kamar kecil buat bersihin" jelas Prilly dengan gamblang, dia tidak ingin Ali salah paham. Ali malah tertawa, dari awal Ali memang sudah mengetahui bahwa itu noda minuman. Ali gemas melihat tingkah Prilly yang lucu. Malah Prilly yang salah paham terhadap pemikiran Ali.

"Hahaha emang kamu pikir aku mikir apa?" Goda Ali membuat Prilly heran. Kemudian Ali melanjutkan kalimatnya.
"Aku udah ngira kok, kalau itu ketumpahan minuman" Kini wajah Prilly merah padam, dia merasa malu sudah salah paham duluan.

"Lucu banget sih kamu" Ali sudah terlalu gemas, dia mencubit pipi Prilly ringan. Kemudian keduanya bertatapan, lekat seolah tak ingin melepas pandangan walau sedetik saja.

"Ehmm..." Mila berdehem seperti orang yang sedang menahan dahak, padahal dia tidak sedang batuk. Mila yang merasa Prilly sudah pergi terlalu lama, memutuskan untuk menyusul. Tanpa disangka Mila malah melihat Ali dan Prilly saling bertatapan. Ali dan Prilly tersenyum menahan tawa, karena menyadari kedatangan Mila.

"Tatap-tatapan aja terus sampe besok pagi,, sampe matanya rusak" goda Mila kepada Ali dan Prilly namun dengan nada serius. Prilly membelalakkan matanya, melotot ke arah Mila mengisyaratkan agar Mila diam.

"Santai dong matanya, baek-baek ntar lepas" Mila puas melihat pipi chubby Prilly yang merah. Kemudian tawa mereka bertiga pecah seketika itu juga.

"Kenalin Li, ini Mila, sahabat gue" Prilly memperkenalkan Mila kepada Ali, kemudian dia menoleh ke arah Mila.

"Mil, kenalin ini Ali" sambung Prilly. Kemudian Ali dan Mila berjabat tangan.

"Oh jadi in.." Belum sempat Mila melanjutkan kalimatnya, kedua tangan Prilly buru-buru membekap mulut Mila. Prilly tahu kalau Mila pasti keceplosan. Mila sedikit memberontak.

"Sorry ya Li, kita lupa ada urusan, duluan ya, see you" Prilly segera menarik Mila pergi, dia takut kalau terlalu lama di sana akan membuat Mila keceplosan lagi. Ali hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka.

Tangan ini lah saksinya bahwa bidadari itu nyata adanya. Menyentuhmu akan menjadi kesukaanku bahkan hingga tangan ini menua.

To be continued...

CLASH: Another Ali And Prilly StoryWhere stories live. Discover now