☘️ Sebelas ☘️

Start from the beginning
                                    

Sandra reflek menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya, "Upss."

"Kok lo ngasih sih?"

"Memangnya salah ya?"

"Salah dong Vi, lo suka kan sama Kak Vendo? Kalau lo begitu, sama aja artinya lo ngorbanin perasaan lo."

"Lo mau, Kak Vendo beneran jadian sama Felly?"

Via terdiam sejenak, mencerna ucapan Nindy yang kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga.

"Lo itu ngasih celah untuk Kak Vendo bisa deketin Felly, Vi."

"Begitu ya? Jadi, Via harus gimana sekarang?" bingung Via.

"Ya mau gimana lagi, udah terlanjur, semoga aja Kak Vendo gak serius sama Felly," ucap Sandra dibalas anggukan Nindy, "Aamiin," sahut Nindy.

Brakkk!

"Siapa disini yang namanya Felly?!"

Seluruh murid yang berada didalam ruang kelas 11 IPA 1 terkejut mendengar suara gebrakan meja.

Ternyata orang yang menggebrak meja itu adalah Maya, murid kelas 12 IPS 1.

Via menatap kearah Maya serta kedua temannya, "Kak Maya, kenapa nyari Fel—"

"Diem lo! Gue gak ada urusan sama lo!" Maya memotong ucapan Via.

"Kakak nyari saya?"

Suara itu, siapa lagi jika bukan suara Felly. Gadis itu berjalan menghampiri Maya tanpa rasa takut, ah mungkin ia belum mengenal siapa Maya.

"Cih! Oh ini murid baru yang belagu itu?!"

Felly menaikkan sebelah alisnya, "Maksud Kakak apa ya?"

"Jangan pernah lo deketin Vendo, ngerti? Jangan keganjenan deh lo jadi cewek!"

"Saya gak ngerti maksud Kak Maya apa, saya bukan cewek ganjen seperti yang Kakak pikirin, saya juga gak pernah deketin Kak Vendo," ujar Felly membela diri, toh memang benar kan ia tak pernah mendekati Vendo, lelaki itu saja yang mendekatinya.

"Terus, gimana caranya Vendo bisa suka sama lo?! Ya udah pasti lah, lo caper ke dia, iya kan?!"

Felly menggelengkan kepalanya, "Enggak, Kak! Saya—"

"Masih mau ngebela diri lo?! Gue tegasin ya sama lo, jangan pernah lo deketin Vendo lagi, karena Vendo itu cuman milik gue, bukan lo—" Maya beralih menatap kearah Via yang duduk di kursi, "—Ataupun Via," sambungnya.

Felly mengangguk saja, mengiyakan ucapan gadis itu, "Oke, sudah? Masih ada yang mau dibicarakan? Kalau tidak ada, saya mau duduk lagi."

Maya geram dibuatnya, ia melayangkan tangan kanannya, hendak menampar pipi Felly, "Gak sopan banget lo!"

"KAK MAYA JANGAN!" Dengan cepat Via menahannya, Via memegang tangan Maya, "Jangan, Felly kan gak salah apa-apa, kenapa Kak Maya mau nampar dia?"

Maya menatap sinis Via, ia menepis kasar tangan Via, "Eh anak kecil! Lo gak usah ikut campur ya!"

"Via bukan anak kecil Kak, kita cuman beda satu tahun—"

"Diam lo anj—"

"May!" ucap Rista memotong perkataan Maya.

"Apa?!" kesal Maya.

"Itu, ada Vendo."

Maya membalikkan badannya, ia melihat Vendo yang berdiri didepan kelas, menatap datar kearahnya. Maya gugup, ia tersenyum canggung kearah Vendo, "Emm— ayok cabut!" Maya mengajak Rista dan juga Kiran untuk pergi.

"Lo gak papa?"

Bukan, Vendo bukan bertanya kepada Via! Tapi kepada Felly, ia tampak sangat khawatir dengan gadis itu.

Felly menggeleng pelan, "Gak papa Kak, seharusnya Kak Vendo bukan nanyain keadaan aku, tapi Via." Felly langsung pergi keluar dari ruang kelas.

Vendo beralih menatap kearah Via, gadis itu tersenyum kearahnya.

Berat rasanya untuk tetap tersenyum saat melihat Vendo begitu perhatian dengan gadis lain, tapi Via harus melakukannya, ia harus tersenyum seolah semuanya baik-baik saja.

"Want hug?"

Tanpa ragu, Via mengangguk, ia sangat menginginkan pelukan Vendo, ia ingin berada didalam dekapan lelaki itu.

Vendo langsung memeluk Via, ia mengusap-usap puncak kepala gadis itu, "Lo gak papa kan?" tanya Vendo.

Via hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Maya gak sakitin lo?"

Via melepaskan pelukannya, ia menatap kearah Vendo yang lebih tinggi darinya, "Kak Maya gak sakitin Via, tapi tadi Kak Maya mau nampar Felly, dan untungnya Via sempat cegah."

"Good girl." Lagi-lagi Vendo mengusap puncak kepala Via, dan itu membuat Via tersenyum senang.

Vendo for Via Where stories live. Discover now