Bagaimana bisa kemarin ada zombi di atas sana?

Sadar bahwa itu bukan menjadi pertanyaan prioritas, Seokjin berhenti di mulut pintu gerbang tol di kaki gunung Taebaek.

Sejauh mata memandang, Seokjin menangkap sejumlah zombi yang berjalan luntang-lantung di aspal rusak.

Selama Seokjin tidak membuat banyak suara, dia tahu dia aman.

Seokjin pun turun dengan senapan yang sudah ia modifikasi sedikit. Senapan itu tidak akan menembakkan peluru mesiu, tetapi formula ramuan yang telah Seokjin kerjakan sejak kemarin-kemarin. Bunyi tembakannya juga diredam sehingga takkan menimbulkan banyak suara.

Berdasarkan uji cobanya, peluru mikro yang ditembakkan akan otomatis menyuntikkan formula di dalam tubuh target. Semoga saja berhasil.

Ia sudah buat lebih dari seratus ramuan dengan variabel berbeda-beda, berharap setidaknya satu di antaranya bisa menjadi jalan keluar.

Seokjin bergerak sepelan mungkin. Gerbang tol itu merupakan wilayah yang luas dan terpapar sinar matahari. Seharusnya zombi takkan ada yang bertahan di bawah sinar matahari terlalu lama. Namun, Seokjin masih bisa melihat zombi berjalan tanpa perlindungan. Kulit-kulit mereka hangus pelan-pelan, terbakar sinar matahari.

Mendadak, Seokjin jadi teringat ucapan Namjoon kemarin malam.

Jikapun berhasil, bagaimana dengan proses pemulihan? Siapa yang akan mengkondisikan tujuh milyar jiwa setelah mendapat obat?

Seokjin langsung memejamkan mata. Hembusan napas keluar dari hidungnya. Ia rapatkan punggungnya pada badan mobil.

Betul jika Seokjin tidak memikirkan ini jauh-jauh. Tapi tidak ada salahnya jika ia mencoba.

Seokjin melangkah pelan menyusuri badan mobil menuju bagasi. Ia menargetkan zombi yang berjarak tiga meter dari ujung kiri mobilnya.

Peluru berisi formula telah ia masukkan ke dalam senapan, diurutkan sesuai nomor serinya.

Ketika ia sudah berjongkok di belakang bagasi, Seokjin mengangkat senapan. Membidik dari jarak yang cukup dan jari telunjuk siap menekan pelatuk.

Saat Seokjin sudah mendapat bidikan bagus,

"Hei, Seokjin. Kau sedang apa?"

Dor!

Seokjin menembak akibat kaget. Tembakannya mengenai kepala zombi yang menjadi target.

Di sana kesalahannya. Jika peluru mengenai kepala, zombi tidak akan mendapat efek obat. Makhluk tersebut hanya akan mati di tempat.

Dan satu kesalahan lagi. Senapannya berbunyi. Seokjin benar-benar sial sekarang.

Itu semua disebabkan oleh suara seorang omega yang sekarang sedang menyembulkan kepalanya dari balik terpal bagasi.

"Taehyung? Apa yang kau lakukan di sini?!" bisik Seokjin marah.

Omega yang ditanya hanya melepas senyum. Lalu ia keluar dari bagasi dengan sebuah ransel di punggung. Ransel yang Seokjin buang jauh-jauh tadi pagi.

Seokjin merasakan amarah tak terkontrol muncul dari dalam dirinya. Seluruh situasi ini benar-benar memojokkan Seokjin dan Seokjin benar-benar tidak menyangka betapa sial dirinya.

"Aku ingin ikut!" Taehyung merajuk dari tempatnya berdiri.

Tapi Seokjin sama sekali tidak ingin peduli.

Akibat suara berisik senapannya, ratusan zombi mulai tertarik. Mereka berbondong-bondong berjalan menuju mobil. Jantung Seokjin sudah terasa seperti meledak sekarang.

[taejin] ZOMBIE.ZIPWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu