One Chance

1.1K 167 27
                                    

Seokjin tidak mengerti mengapa ia selalu bangun kesiangan. Padahal ia sudah berusaha segiat mungkin untuk bangun sesaat setelah alarm berbunyi. Namun, ia tidak pernah bisa mendengar alarm itu. Terlebih setelah ia menjalani masa rut. Seokjin sudah sangat menggila.

Matahari sudah berada di atas kepala. Artinya, hari sudah sangat siang dan tidak lama lagi matahari itu akan kembali bergeser ke barat. Bisa gawat jika Seokjin terlalu lama diluar.

Namun, bukan Seokjin namanya jika ia menyerah dan diam di apartemen mencari keamanan. Seokjin tetap keluar dengan senapannya. Kali ini dengan menyemprotkan penghalang bau karena bau alfa pasca-rut masih berlumuran di tubuhnya. Ia tidak perlu menarik perhatian lebih dengan bau serigalanya.

Sebetulnya, Seokjin tidak perlu terlalu banyak menggunakan pelindung karena dia adalah seorang alfa. Berasal dari gen yang sangat bagus dan kuat, serigala Seokjin bisa menaklukkan apapun dengan kedipan mata. Namun, masalah lain juga perlu ia pertimbangkan.

Seokjin melangkah pelan menuju sebuah gedung terbengkalai. Di dalamnya gelap gulita. Seokjin langsung menyalakan senter di ujung senapan. Ia tidak langsung masuk. Senternya terarah ke dalam, mencoba melihat isinya.

Itu adalah bekas bank. Setidaknya itulah yang Seokjin lihat dari layout ruangan yang porak poranda dan nama merek dagang yang tertempel besar di bagian tengah, sudah pudar dan retak. Debu pasir dimana-mana.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka.

Seokjin pun mengendus, menggunakan indera penciuman serigalanya untuk mencari. Ia mencium banyak bau. Alfa, Beta, dan Omega bercampur di sini. Seokjin menebak di dalam banyak sekali yang bersembunyi.

Seokjin melangkah mundur pelan-pelan. Senapannya turun. Kepala berpikir keras.

Bagaimana cara memancing mereka untuk keluar?

Ia pun melihat ke dirinya sendiri. Ia sudah cukup tertutup. Ia hanya harus berhati-hati agar mereka tidak menyerang kepalanya yang polos.

Oke. Seokjin menarik-ulur nafasnya pelan-pelan.

Ia pasti bisa.

Senapan dinaikkan kembali. Kakinya maju satu langkah, dua langkah. Bau-bau mereka tercium sangat dekat. Suara nafas berbenturan antara Seokjin dan mereka. Geraman-geraman ringan mulai terdengar.

Seokjin menaikkan pertahanan setinggi mungkin. Tidak ada yang tahu kapan ia akan diterkam.

Kakinya maju lagi. Ia sudah berdiri di tengah-tengah lobby. Nafasnya memelan. Telunjuk sudah sampai di pelatuk. Ia berputar pelan-pelan.

"GAAAAH!"

Seorang, bukan, sesuatu menyerangnya.

Seokjin mengeraskan rahang. Makhluk itu mirip manusia. Bukan, mereka memang seharusnya manusia. Hanya saja dengan rangka tubuh yang sudah tak karuan, darah dimana-mana terutama bagian mulut, dan maniknya berwarna abu pucat.

Makhluk itu melompat ke arahnya, mata terbuka lebar dan mulut yang berteriak-teriak. Tubuhnya menggambarkan tubuh seorang wanita. Rambutnya panjang sebahu, berantakan tak karuan. Bau yang keluar adalah bau seorang omega.

Pasti dia menyerang Seokjin setelah mencium bau alfanya.

Seokjin langsung gunakan senapannya untuk memukul kepala makhluk itu agar tidak terlalu dekat dengannya.

Namun, omega itu tidak terlempar terlalu jauh. Kepalanya menengok patah ke arah Seokjin dan berteriak lebih keras. Hal itu mengundang makhluk-makhluk lain yang sejenis untuk ikut menyerbu Seokjin.

[taejin] ZOMBIE.ZIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang