Promise

404 79 53
                                    

Satu hari sudah berakhir, Seokjin tahu. Itu karena ayahnya sudah pergi keluar dari laboratorium bersama semua anak buahnya dan mematikan semua lampu kecuali cahaya pada kubus tahanan.

Beruntung bagi mereka, meski berada dalam penjara, kebutuhan primer mereka masih terpenuhi seperti makanan dan air. Terutama untuk Hoseok dan Jimin yang sedang terluka. Meskipun tidak banyak, tetap harus disyukuri.

"Kalian akan baik-baik saja. Lukanya sudah diobati, hanya tinggal rutin mengganti perban. Aku akan membantu," kata Seokjin begitu selesai mengganti perban untuk Jimin.

Yoongi ada di sampingnya, ikut membantu. Ia bersihkan sisa-sisa kain kasa dan mengenyampingkan sampah bekas.

Dalam keadaan seperti ini, mereka tidak akan punya pilihan lain. Mereka akan lakukan apapun agar bisa bertahan bersama.

"Apakah aku boleh meminta air? Air kita masih ada?" Tanya Hoseok. Suaranya parau seperti yang tidak minum berhari-hari. Padahal baru beberapa menit lalu ia minum, walau tidak banyak.

"Maaf, Hoseok. Yang kau minum barusan adalah yang terakhir," jawab Seokjin pedih.

"Oh." Manik Hoseok meredup. "Oke. Oke, tidak apa-apa."

Seokjin mendesah. Mereka mungkin harus bersyukur, tetapi tidak dipungkiri bahwa mereka memang kesulitan. Ia belum pernah dikurung seperti ini. Itulah mengapa ia tak paham mengapa ayahnya begitu kejam dalam membatasi asupan mereka. Mungkinkah ayahnya memang ingin membunuh mereka secara perlahan di sana?

"Tunggulah sampai besok. Kita bisa bertahan sampai besok." Seokjin berdiri dan bersedekap. "Iya, kan?"

Baik Taehyung maupun Jungkook memalingkan wajah masing-masing. Mereka kelihatan seperti yang sudah hilang harapan. Mendadak, semua orang di sana tampak lebih kurus dari yang sebelumnya.

Seokjin mendesah. Ia tentu paham dengan perasaan mereka, tetapi Seokjin tahu bahwa ia belum boleh menyerah sampai harapan itu hilang sepenuhnya. Ia pun berjalan menghampiri dinding kaca. Telapak tangannya mendarat pada permukaan dingin itu untuk mengetuknya beberapa kali. Matanya memerhatikan keseluruhan lab yang menjadi pemandangannya sejak kemarin.

Mereka harus keluar dari sini.

"Seokjin, jika kau berpikir untuk pergi, lupakan saja. Mereka tahu kita pergi, kita akan disengat lagi. Aku tidak mau."

Taehyung benar. Tapi Seokjin sulit sekali menepis keinginan untuk pergi. Bagaimana pun caranya.

Brak!

Terdengar pintu lab dibuka. Seolah yang sudah biasa, tidak ada yang menaruh perhatian. Mungkin hanya petugas yang patroli di malam hari.

Hanya Seokjin yang memerhatikan. Dua orang petugas datang membawa senjata berat dan mengenakan seragam over-all seperti yang lainnya. Masker menutupi mulut dan goggles sebagai pelengkap seragam mereka terpasang baik, menghindari siapapun untuk mengenali identitas mereka.

Mereka mendekat dan Seokjin memerhatikan manik salah satu dari mereka. Warna cokelat yang berbinar itu menyapanya.

"Jungwon?" bisik Seokjin tak percaya.

Bisikan Seokjin di tengah kesunyian tersebut membuat semua menengok.

"Siapa?" tanya Taehyung sambil berdiri. Ia ikut memandang dua petugas yang mulai menembaki kamera CCTV dengan senapan tanpa suara.

Petugas yang memiliki manik cokelat itu menyimpan telunjuknya di depan masker. "Aku akan membantu kalian keluar. Tapi kalian harus siap. Tidak akan lama sampai mereka tahu ada yang tidak beres di sini," ucapnya. Dari suaranya, terindikasilah identitasnya, yaitu Yang Jungwon.

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now