Company

960 170 35
                                    

Brak! Brak! Brak!

Seokjin membuka mata dengan cepat ketika mendengar ada sesuatu yang melompat-lompat di atap mobilnya. Jantungnya berdegup cepat akibat terbangun tiba-tiba, juga karena khawatir jika kedatangan sesuatu yang berbahaya.

Setelah menaikkan resleting jaket tempur, Seokjin menggamit senapan yang standby di sisinya. Ia keluar mobil dengan hati-hati, membuat membuat suara sesedikit mungkin.

Ckrek

Senapan teracung ke atap mobil dengan gerak cepat. Telunjuk sudah siap menarik pelatuk.

Namun, Seokjin terdiam di sana. Wajah terangkat menampakkan rasa bingung.

Seekor serigala berbulu gradasi antara hitam dan cokelat menatap lurus ke dalam mata Seokjin. Daripada serigala, sebetulnya Seokjin melihat hewan itu seperti anjing Pomeranian yang pernah dimiliki oleh ibunya dulu. Hanya saja hewan di hadapannya ini berukuran lebih besar seperti serigala biasanya dan Seokjin tahu betul dari baunya bahwa hewan kecil itu adalah serigala.

Seekor serigala omega.

Aneh.

Dua alis Seokjin bertautan. Senapannya turun perlahan. Saat Seokjin memiringkan kepala, hewan itu mengikuti. Dua mata berbinar itu menatap Seokjin lamat-lamat.

Tiba-tiba, dia melolong pelan di depan Seokjin satu kali. Lalu turun dari atap mobil untuk berjalan berseliweran di antara kaki Seokjin. Ketika Seokjin mundur untuk menghindar, serigala itu mengikuti. Tampak dari caranya menggerakkan hidungnya, ia mengendus Seokjin.

"Hei, stop!" Seokjin terus mundur tetapi hewan itu tak menyerah membuntuti meski Seokjin berkali-kali mengayunkan kaki seperti ingin menendang.

Hingga Seokjin terpaksa menggunakan suara alfanya, "Berhenti di sana!"

Suara yang disambung geraman itu seketika membekukan sang hewan. Serigala itu memeking pelan. Dua telinga terlipat ke belakang dan kepala menunduk pertanda patuh.

Seokjin menghembuskan nafas pelan. Ia perhatikan bagaimana serigala itu kerap mencuri pandangan namun ditundukkan kembali setiap tahu Seokjin memerhatikan.

Dilihat dari kondisinya, serigala itu tak tampak seperti ancaman. Seokjin pun menurunkan senapan dan berjalan menghampiri.

Serigala itu tersentak, tentu. Namun tak sampai berlari pergi. Ia diam ketakutan di tempat sampai Seokjin berjongkok.

"Maafkan aku yang meninggikan suara. Aku tak bermaksud menggunakan suara itu," ucapnya lembut. Senyuman pelan-pelan terukir di wajah tampannya.

Serigala tersebut masih tidak berani mengangkat pandangan. Namun, ketika sebelah tangan Seokjin terjulur untuk mengusap pucuk kepalanya, serigala tersebut langsung mengejar tangan Seokjin agar terus diusap.

Seokjin tidak bisa untuk tidak mengeluarkan bunyi tawa kecil. Usapan ragu-ragu itu berubah menjadi usapan sungguh-sungguh. Dua tangan Seokjin mengusap pucuk kepala dan daerah lehernya. Terlebih ketika serigala itu melolong ringan sebagai tanda suka. Ekornya menepuk-nepuk tanah, menyalurkan kebahagiaan.

Seokjin tertawa lagi. Manik keemasan serigala itu tampak berbinar-binar. Ketika Seokjin berhenti mengusap, serigala itu memajukan wajahnya untuk mengendus.

"Wow. Hati-hati dengan itu." Seokjin mendorong hewan itu ketika hidung gelapnya sampai di leher. "Meski aku adalah manusia, mengendus leher seseorang adalah hal sensitif," tegurnya dengan senyuman. Seokjin menyentuh hidung serigala itu dengan telunjuk, tidak ingin sampai menyakiti si serigala.

"Lagipula, dari mana kau datang? Dimana pack-mu?" Seokjin bangkit berdiri dan berjalan ke mobil. Serigala itu mengikuti di belakang kakinya.

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now