Secret Society

647 128 25
                                    

"Darimana saja kau?!" jerit Jimin saat ia melihat Taehyung berambut basah dan wajah kusut di depan pintu rumah. Matahari sudah terbenam seluruhnya.

"Hanya... bersama Seokjin," jawab Taehyung lemas. Ia masuk ke dalam rumah tanpa melirik satu inci pun pada Jimin.

"Maksudku, kalian pergi ke mana? Barusan aku pergi ke klinik dan kalian tidak ada. Dan kau basah-basah seperti ini! Apa yang kalian lakukan?"

Taehyung tidak memberi perhatian, bahkan ketika Hoseok dan Namjoon ada di ruang tengah menonton semuanya. Omega itu hanya pergi lurus ke kamarnya dan berkata, "Kami tidak melakukan apa-apa," sebelum masuk ke kamar. Suara kunci diputar menggema di seluruh rumah.

Hoseok mengerutkan jembatan hidungnya. "Dia bau Seokjin. Aku tidak suka."

"Ini salahmu yang melempar dia ke alfa yang belum punya mate." Jimin memukul kepala Hoseok. Sang Alfa mengaduh pelan.

Dengan dua tangan menyilang di depan dada dan Jimin pun melanjutkan, "Mungkin memang lebih baik jika di antara kita yang melihat Seokjin. Pria itu terlalu berbahaya untuk Taehyung. Bagaimana jika ia tidak sengaja menandai Taehyung dan mencoba untuk mengawininya?"

"Jika mereka saling suka, seharusnya tidak masalah," lanjut Hoseok tanpa beban. Kata-katanya menyebabkan Jimin menatapnya tajam.

Namjoon yang menonton itu semua langsung angkat bicara, "Besok pagi aku akan bicara padanya, sekaligus memberinya makanan."

"Bagus," puji Jimin. "Dia juga butuh berkeliling. Ia harus tahu bagaimana desa ini bekerja."

Anggukan kepala Namjoon dibarengi oleh dengusan Hoseok.

"Ada apa denganmu? Kau tidak suka Seokjin, tetapi berani melempar Taehyung padanya. Kau sangat aneh." Jimin duduk di samping Hoseok dan bersandar di bahunya saat berkata begitu. Tangannya mencomot ubi kering yang semula menjadi cemilan milik Hoseok dan Namjoon pada malam hari itu.

"Aku tidak pernah menyukai siapapun di luar desa ini. Mereka bukan apapun selain ancaman."

Dari tempatnya menyandarkan kepala, Jimin bisa mendengar Hoseok menggeram. Namun, geraman itu tidak sampai mengintimidasi. Hoseok hanya kesal.

"Tapi...?" tanya Jimin. Ia mencomot satu ubi lagi.

"Taehyung menyukainya. Aku bisa melihatnya," gerutu Hoseok. Ia mengunyah ubi sebagai pengalih emosinya.

"Jadi kau ingin mereka bersatu atau...?"

Hoseok melirik Namjoon dengan tajamnya. "Aku hanya ingin Taehyung bisa mengalihkan perhatian Seokjin. Kupikir Taehyung bisa membuat Seokjin menjadi lebih sibuk. Kau tahu, supaya dia tidak menggagalkan rencana kita."

Jimin berkedip. "You have a point," katanya. "Tapi Seokjin juga berpotensi membahayakan Taehyung. Dia baru datang kemarin, ingat?"

Kata-kata Jimin membuat Hoseok menghembuskan napas. "Aku tahu."

"Sudah. Besok aku saja yang akan bertemu Seokjin. Jika kau begitu khawatir, jangan kau biarkan Taehyung bertemu dengannya lagi." Namjoon bicara, lebih pada Jimin.

"Aku ragu Taehyung akan bertemu dengannya lagi. Hari ini mungkin berat untuk keduanya. Aku yakin, sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi. Entah apa itu."

Ketiga pria itu pun sama-sama menatap pintu kamar Taehyung dengan sendu. Tidak ada yang tahu keputusan membawa Seokjin masuk adalah ide bagus atau bukan. Dia mungkin berbahaya, tetapi Seokjin juga bisa menjadi solusi dari keresahan mereka selama ini.


***


Keesokan paginya, Seokjin sedang sikat gigi saat Namjoon datang.

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now