Want

435 79 40
                                    

Seokjin menggenggam tangan Jungwon erat-erat. Anak itu masih belum bisa berjalan dengan benar. Tulang pergelangannya seperti yang tidak mengizinkan sang empu untuk berjalan dengan baik di masa-masa tegang.

Mereka berjalan mengikuti Namjoon di depan dan dijaga oleh alfa-alfa bertubuh besar di belakang mereka. Melintasi jalan utama desa, Seokjin tahu bahwa mereka sedang berjalan menuju kantor pimpinan desa, tempat dulu Jimin membawanya saat pertama kali datang.

Ketika ia masuk, Seokjin menangkap figur seorang pria paruh baya yang mengenakan jas lab, sedang diskusi dengan rekan-rekannya menghadap selembar cetak biru yang digelar di atas meja.

"Dokter," Namjoon membungkuk sopan. "Mereka yang kau minta sudah datang."

Pria yang dimaksud mengangkat pandangan dan Seokjin merasakan bagaimana dunianya berhenti untuk sesaat, begitupun dengan napasnya yang tertahan sejenak.

Pria itu berdiri dari duduknya. Ia dan Seokjin terkunci dalam sebuah kontak mata. Ketika pria di depan melangkah mendekat, Seokjin malah membeku di tempat. Ada perasaan menyengat di matanya. Lalu genggamannya pada Jungwon mengerat, membuat sang omega meringis sakit.

Seokjin hampir bergerak mundur ketika sang dokter berhenti di hadapan. Namun, kakinya tetap tertanam di lantai kayu bangunan tersebut. Ia tidak membalas senyuman pria paruh baya tersebut padanya. Hingga pria itu menepuk bahunya, Seokjin baru bisa berkedip.

"Wah, kau sama sekali tidak berubah," ucap pria itu dengan senyuman lebar. "Lihat wajah tampanmu itu. Kau bertahan di dunia apokalips dengan wajah setampan itu? Apakah kau selama ini menjalankan perawatan?"

Tawa pria di depannya sangatlah renyah, mengikuti dengan guyonannya yang tidak lucu. Seokjin merasa seperti sedang mengingat masa lalu. Ia ingat ketika mereka sering tertawa bersama, saling melempar lelucon-lelucon payah, bekerja bersandingan di laboratorium hingga terpisahkan oleh apokalips.

Ayahnya, Kim Yutaek.

"Ba-bagaimana..." rasanya sulit sekali untuk bicara. Menyusun kalimat apalagi. Di kepalanya hanya bisa terngiang, "Bagaimana bisa... bagaimana bisa..."

"Sepertinya kau punya banyak pertanyaan." Sang ayah membuat sebuah pernyataan. Ia pun kembali duduk di kursinya yang semula. Seokjin langsung mengangguk.

"Duduk. Akan kujawab tiap pertanyaanmu." Yutaek menunjuk dua kursi kosong di dekatnya.

Barulah Seokjin memiliki kekuatan untuk bergerak. Ia menghampiri kursi itu dan duduk, menyeret Jungwon bersamanya. Genggaman tangan mereka tidak lepas. Jungwon pun hanya diam tanpa perlawanan.

"Pertama-tama," Yutaek memangku dagu di atas meja. "Aku tidak pernah mati, jika itu yang kau tanyakan."

Seokjin menelan ludah. Itu adalah jawaban yang tepat sasaran sebagai awalan. Seokjin memang bertanya-tanya di kepala bagaimana bisa ayahnya masih hidup setelah dua tahun hilang kontak.

"Kedua," Yutaek mengangkat telunjuk dan jari tengah yang melambangkan angka dua. "Selama ini aku terus meneliti di Korea Utara dan seluruh desa ini merupakan proyekku."

Seokjin masih diam, begitu terpana melihat ayahnya yang tidak menua sedikitpun setelah dua tahun. Ia benar-benar tak pernah menyangka akan bertemu dengan ayahnya lagi di tengah-tengah apokalips.

"Bagaimana denganmu?" Kali ini Yutaek yang bertanya. "Apakah omega manis ini adalah hasil yang kau dapatkan?"

Seokjin melirik Jungwon secara otomatis dan omega itu sedang menatapnya sekarang.

Bagaimanapun, Jungwon memang harus tahu kenyataannya, cepat atau lambat.

Kemudian, dari mulut Seokjin terucap kata, "Ya. Namanya Yang Jungwon."

[taejin] ZOMBIE.ZIPWhere stories live. Discover now