CHAPTER 14

54 37 2
                                    

🍁 First story'🍁
Happy reading guys 😇







Revan menyambar jaket Levis miliknya dan memakainya kemudian mengambil kunci motor yang berada diatas nakas. Ia melajukan motornya membelah  jalanan yang dihiasi oleh sorot lampu kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Motor yang dikendarai Revan  berhenti disebuah tempat yang dipenuhi banyak anak muda sebayanya. Suara bising menggema setelah ia melepaskan helmnya hingga seseorang pria menghampirinya.

"Wishh bro akhirnya Lo balik lagi ke sirkuit, anak-anak pada nungguin Lo balapan lagi" ujar  pria bernama Roy.

"Malam ini pasti bakal seru, jagiloan kita balik lagi" tambah Roy dengan semangat.

"Siapa lawan gue?" Tanya Revan tak ingin basa-basi, ia butuh melepaskan penat dan menyingkirkan segala amarahnya.

"Sama sekali nggak berubah, Lo selalu to the point. Lawan Lo malam ini ada di ujung sana" menunjuk ke arah laki-laki yang duduk diatasnya motornya dengan tampang songong.

Revan hanya melihat sekilas lalu menganggukkan kepalanya, ia tak tau siapa lawannya itu tapi dilihat dari gayanya pasti seorang trouble maker atau mungkin anak berandalan. Ia tak ingin memikirkan hal itu, ia hanya butuh melampiaskannya amarahnya di sirkuit nanti.

"Udah siap?" Tanya Roy yang dibalas anggukan oleh Revan. Kemudian keduanya menuju garis start.

Seorang wanita dengan pakaian minim berjalan ketengah jalan, Revan memasang helm full facenya. Saat wanita itu menurunkan bendera ditangannya menandakan balapan akan segera dimulai. Setelah bendera tersebut diangkat maka dengan segera keduanya melesat meninggalkan garis start.

Lawan Revan terus saja memacu motornya meninggalkan Revan yang biasa saja dibelakangnya. Jadi ini lawan gue cemen banget banci ikut balapan pretty pikir pria itu. Namun ia tak mengenali siapa lawannya sebenarnya, dasar songong. Saat garis finish berada di depan mata lawannya, Revan menambah kecepatannya hingga lawannya tak berkutik kala melihat Revan lebih dulu sampai di garis finish.

Cowok itu menghampiri Revan dengan segala sikap angkuh dan sombongnya "Lo bisa juga ngalahin gue, tapi cuman kali ini nggak untuk selanjutnya" ungkapnya sambil menatap Revan dengan tajam.

"Gue pikir Lo banci" ujarnya meremehkan Revan. Namun semua ocehannya tak ditanggapi oleh Revan.

Saat Roy ingin memberikan hadiah balapannya malam ini, Revan tak mengambilnya tetapi berkata "nggak usah kasih ke gue, buat dia aja kurang duit kayaknya kebanyakan ngoceh" ucap Revan sarkastik sontak membuat lawannya mengepalkan tangan.

Revan memakai helmnya kembali lalu melajukan motornya untuk bertemu Satya, karena bila ada masalah Satya sahabat yang selalu mensupport dan memberi saran untuknya. Setelah sampai di rumah Satya ia melihat sebuah mobil nampaknya Satya ada tamu lain karena kedua orangtuanya sedang diluar kota.

Ia mengetuk pintu beberapa kali hingga dibuka oleh asisten rumah tangga Revan, Revan melenggang masuk ke dalam rumah  ingin langsung ke kamar Revan menunggu hingga tamunya pulang. Namun saat ingin melintasi ruang keluarga sayup-sayup ia mendengar suara yang amat familiar ditelinganya.

Semakin ia mendekati sumber suara itu semakin ia merasa sesak, pikirannya semakin kacau dan rasanya jantungnya berpacu berkali kali lipat. Satya yang melihat Revan berdiri mematung menatap kearahnya juga tak tau harus melakukan apa. Sedangkan gadis yang menjadi sumber ketegangan belum mengetahui kedatangan Revan, ia heran melihat sepupunya melihat ke arah belakangnya dengan intens seolah ada sesuatu.

Karena rasa penasaran yang tinggi gadis itu membalikkan tubuhnya sehingga dapat melihat dengan jelas seorang yang menatapnya dengan kosong. Ia kemudian tersenyum melihat sosok yang sangat ia rindukan sedang berada dihadapannya saat ini, dengan langkah pelan ia mendekati Revan tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.

Revan sedikit terhuyung ke belakang saat mendapat pelukan tiba-tiba dari gadis dihadapannya, pikirannya kosong. Ia hanya bisa terdiam kaku tidak melepaskan pelukan yang diterima dan tidak pula membalas pelukan dari gadis yang pernah mengajarkan apa itu cinta.

Bukan hanya itu, gadis yang memeluknya adalah gadis yang sama yang telah membuatnya hancur. Membuat Revan yang hangat menjadi Revan yang dingin, hobi balapan dan lupa cara tersenyum. Namun semua telah berubah sejak Krisya datang kedalam hidupnya, memberi warna tersendiri bagi dunia kelamnya.

Ketika nama Krisya muncul dalam pikirannya sontak Revan melepaskan pelukan gadis itu. Menyisakan rasa kecewa dalam diri gadis tersebut dan amarah yang memuncak dalam diri Revan.

"Jangan peluk gue sembarangan" ujar Revan sarkastik disertai tatapan datar yang ditujukan pada gadis dihadapannya.

"Kenapa nggak boleh? Dulu Lo nggak pernah nolak gue, Lo aneh Van" mendengar perkataan gadis tersebut membuat Revan terkekeh sinis.

"Gue aneh, hahahaah harusnya Lo ngaca biar Lo tau kalo Lo yang aneh bukan gue. Tiba-tiba meluk orang lain sembarang. Sadar Vic Lo cuman masa lalu" Yap gadis tersebut adalah Victoria, saudara sepupu dari Satya dan mantan pacar Revan.

"Vann, gue minta maaf karena pergi tanpa ngomong sama Lo dulu, gue tau gue salah please maafin gue" ucap Victoria ditengah tangisnya

"Bagus kalo Lo sadar kalo Lo salah" ujar Revan. "Sat gue balik, kedatangan gue kali ini salah besar" setelah menyelesaikan ucapannya Revan melangkah meninggalkan kediaman sahabatnya.

Victoria yang hendak mengejar Revan terhenti saat Satya menahan lengannya. "Nggak usah ngejar dia, Lo harus ngerti resiko dari tindakan Lo beberapa tahun lalu"

"Tapi dia berubah saat gue sat"

"Iya dia berubah, sangat berubah dan itu karena Lo. Jadi jangan berharap terlalu tinggi sama dia, karena sesuatu yang udah Lo hancutin nggak akan bisa Lo balikin jadi utuh" ucap Satya lalu meninggalkan Victoria yang masih menangis.


🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁



Sedangkan Krisya saat ini terus saja mondar-mandir di kamarnya, sejak pertengkaran mereka siang tadi Revan tak sekalipun mengabarinya. Ia ingin mengirim pesan pada Revan namun ia gengsi. Krisya juga berpikir bahwa Revan lah yang salah, masalah sepele dibesar-besarkan.

"Dia masih anggep gue pacar nggak sih? Udah ngajakin berantem nggak ngabarin sama sekali lagi. Masa gue harus hubungin dia duluan" ujar Krisya pada dirinya sendiri.

Berkali-kali ia mengecek handphone berharap ada satu saja notifikasi dari Revan namun harapannya pupus. Atau gue hubungin aja kali ya siapa tau dia lagi sibuk pikirnya. Krisya meraih kembali ponselnya yang baru saja ia letakkan disampingnya.

Me
Van, kamu masih  marah ya sama aku?

Setelah mengirim pesan singkat kepada Revan, ia terus melihat layar handphonenya namun tak ada balasan dari Revan. Karena lelah menanti balasan dari Revan, tanpa sadar tertidur.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁




















Thanks udah baca
Silahkan vote and comment
See you next chapter 😍

Reisya {ON GOING}Where stories live. Discover now