«Part 01»

Mulai dari awal
                                    

Mengembuskan napas pelan, pria tadi menyahut, "Erick, nama yang bagus. Saya Antonio Yudhanegara. Orang-orang biasa memanggil Yudha, saya harap kita bisa berteman baik."

Erick mengangguk, saat ini dia memang membutuhkan teman dari kalangan manusia untuk misinya di bumi. Lagipula, dari aura Yudha terlihat bahwa dia pria baik-baik.

"Seorang makhluk dari planet lain bagaimana bisa sampai ke bumi? Terlebih kamu ini seorang pangeran," tanya Yudha to the point.

Sementara Erick bimbang, antara harus mengatakan kebenaran atau mengalihkan pembicaraan.

Melihat lawan bicaranya seperti enggan menjawab, Yudha menambahi, "Maksud saya, apakah kamu mengalami masalah? Kamu butuh bantuan saya?"

Mendongakkan kepala, Erick mengangguk samar. "Seperti katamu, saya makhluk luar bumi. Meskipun memiliki kekuatan super, tetapi saya tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan saya," jawabnya.

"Baiklah, saya mengerti. Istirahatlah dahulu, petang nanti kita pergi dari sini," suruh Yudha.

Setelah menepuk bahu Erick, Yudha melangkah keluar gubuk untuk mencari buah-buahan yang kiranya bisa mereka makan.

***
"Selamat datang!"

Erick menatap sekeliling, dia sudah sampai di tempat tinggal Yudha. Sebuah rumah minimalis dua lantai dengan nuansa klasik, tatanannya sederhana, tetapi terkesan mewah, hanya memandangnya saja Erick sudah bisa merasakan aura nyaman dari rumah ini.

"Di sana kamarmu." Yudha menunjuk salah satu pintu di lantai atas.

Erick manggut-manggut. "Terima kasih," ucapnya.

"Tidak masalah, anggap saja rumah sendiri. Meski kecil, tetapi setidaknya mampu menampungmu sampai kamu mendapat pekerjaan," kata Yudha.

"Ayah!"

Suara teriakan anak kecil disusul kemunculan bocah perempuan usia 5 tahun mengalihkan perhatian keduanya.

Yudha berjongkok, menyesuaikan tingginya dengan anak gadis itu. "Hai, Sayang! Udah makan?"

Gadis itu memeluk Yudha erat. "Udah. Ayah kok lama perginya? Aku kangen tau," adunya dengan bibir mengerucut di akhir ucapannya.

Yudha terkekeh, ia mengelus rambut putri semata wayangnya itu dengan sayang. "Maafin ayah, ya?"

Gadis kecil itu nampak berpikir sejenak, jari telunjuknya ia gunakan untuk mengetuk-ngetuk dahi. "Maafin nggak, ya? Emm ... nggak, ah. Aku nggak mau maafin Ayah," putus anak itu.

"O gitu, ya?" Yudha langsung melancarkan aksinya, dia menghujani putrinya dengan ciuman. Gadis kecil itu tertawa sambil terus memohon agar ayahnya menyudahi aksi tersebut.

Netra perak Erick menatap bocah itu tanpa kedip, suara tawa khas anak kecil miliknya membuat Erick teringat seseorang. Seseorang yang membuatnya bertaruh di planet ini.

"Namanya Ayunda, dia baru berusia 5 tahun. Anak itu memang sedikit aktif, kamu tidak merasa terganggu 'kan?"

Erick menoleh, menatap Yudha yang sudah kembali berdiri lalu menggeleng. Perlahan tangannya terulur menyentuh rambut sebahu Ayunda, senyumnya muncul begitu saja saat mata belo berwarna hitam itu bersitatap dengannya.

"Om siapa?"

"Ayunda, ini temen ayah. Namanya Om Erick," terang Yudha.

Ayunda menatap Erick lalu mengulurkan tangan mungilnya. Melihat itu Erick berjongkok, menyamakan tinggi mereka lalu menjabat tangan mungil bocah di depannya.

"Hai, Om! Aku Ayunda. Om kok ganteng banget, sih? Kata bibi kayak bintang film di TV. Om bintang film, ya?" sapa Ayunda menggebu-gebu.

Erick terkekeh, begitupula dengan Yudha. "Om bukan bintang film, Ayunda," jawab Erick.

Ayunda mengangguk, bibir mungilnya membentuk huruf O. "Om ... mau gendong," pintanya sambil melebarkan tangan.

"Om Erick mau istirahat, Sayang," peringat Yudha.

"Hanya menggendongnya, saya mampu," balas Erick yang merasa kasihan dengan bocah yang tengah cemberut itu.

"Saya tidak meragukan kemampuanmu, tapi lebih baik istirahatlah dahulu. Besok saya antar kamu ke suatu tempat," saran Yudha.

Erick mengangguk. Sebelum berdiri dan berlalu menuju kamar yang disiapkan untuknya, dia mengelus rambut Ayunda sekali lagi.

"Selamat istirahat, Tuan Putri," ucapnya.

Ayunda tersenyum lebar. "Dadah, Om."

Kemudian Erick meninggalkan anak dan bapak itu menuju kamarnya, dia perlu memulihkan tenaga untuk menyambut hari esok. Entah apa yang akan terjadi besok, Erick yakin Yudha mampu membantunya.

Semua keinginan Erick bukan kemustahilan. Dia akan mendapatkan semua yang ia inginkan, bagaimanapun caranya. Dia ini seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar, terlebih ia memiliki kemampuan super, siapa yang bisa mengalahkannya? Namun, Erick lupa satu hal, dia saat ini berada di tempat yang tidak seharusnya. Dia berada di tempat yang berbeda dengan alamnya, tentang siapa yang lebih kuat, bukankah ia yang sudah lama menetap dan mengenal tempat ini?

••

#TBC

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang