☘️ Delapan ☘️

Comincia dall'inizio
                                    

"Bener juga lu Jef."

"Ven, lo aja, kan lo ketua," suruh Arya.

Vendo menatap Arya sinis, "Lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Iya lah."

"Ck! Punya nyali juga lo nyuruh-nyuruh gue—"

Ceklekkk...

"Berisik banget sih." Tiba-tiba seorang lelaki membuka pintu, lelaki itu tampaknya baru bangun tidur.

"Sialan, baru bangun lo," ucap Vendo tak percaya.

Lelaki yang tak lain tak bukan adalah Rafka itu mengangguk pelan, "Hmm. Tadi gue kebangun jam sebelas, ya udah gue tidur lagi."

"Gila! Pantesan gak Sekolah!"

"Ngapain sih kalian kesini."

"Gak papa sih, kan lo gak Sekolah, makanya kita kesini, biar dikira temen yang peduli aja," sahut Jefran santai.

"Masuk lah, ngapain lo semua nunggu diluar? Kenapa gak ketuk pintu?"

"Gak ada yang mau ngetuk pintu," jawab Vendo.

Rafka menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa dah?"

"Sebenernya kita tuh takut kerumah lo Raf," ucap Arya.

"Lah?"

"Maklum, si Alfi sawan, dia kan abis mecahin vas bunga nyokap lo. Kita semua takut lah dimarahin, mana Alfi gak mau ngaku sampe sekarang."

"Eh Ar! Diem dong lo! Ntar kalau Rafka aduin ke Mamanya gimana," ucap Alfi panik.

"Oh jadi vas bunga yang di ruang tamu itu lo yang mecahin Fi?"

"Gak sengaja Raf, gara-gara gue kejar-kejaran sama Jefran," sahut Alfi.

Jefran tak terima namanya disebut-sebut, "Heh! Itu salah lo ya, siapa suruh lo naruh kaus kaki lo yang bau azab itu di muka gue? Jelas lah gue gak terima!"

"Kan bercanda, baperan amat sih najis."

"Nyokap lo ada Raf?" tanya Vendo.

Rafka menggeleng pelan, "Gak ada, Mama gue kerumah Tante gue, ntar malam baru pulang."

"Alhamdulillah, selamat."

"Fi, asal lo tau ya, vas bunga nyokap gue yang itu harganya mahal banget," ujar Rafka menakut-nakuti.

"Beh, mampus lo Fi, berapa kira-kira harganya Raf?" Vendo mengompori.

"Ya kira-kira lebih mahal lah dari harga SPP setahun," jawab Rafka santai.

Kedua bola mata Alfi membulat sempurna, "Gila! Please Raf, jangan aduin gue, gue gak ada uang."

"Masuk dulu lah, ngapain sih di teras gini," ajak Rafka. Ia menyuruh keempat temannya untuk masuk kedalam rumahnya.

"Sendirian lo Raf?"

"Iya nih, kalian jangan macem-macem ya sama gue."

"Idih, najis."

"Eh Ven, btw tadi kenapa lo gak jadi ngantar Via?" tanya Arya.

"Oh iya Ven, kenapa lo gak ngantar dia pulang?"

"Dia bareng Felly, mau sekalian ngerjain tugas kelompok katanya," sahut Vendo.

"Felly? Yang murid baru itu? Yang lo ceritain?" tanya Rafka tanpa henti.

Vendo mengangguk pelan, "Iya, cakep kan."

Jefran menyandarkan punggungnya di sofa, "Iya sih cakep, lo suka?"

"Gak tau."

"Hah lo suka dia Ven?!" pekik Alfi kaget.

Vendo memutar kedua bola matanya malas, "Ck! Dibilang gue gak tau!"

"Via gimana kalau lo suka dia?" tanya Arya dengan nada serius.

"Gimana apanya? Gue sama Via kan cuman temen dekat, gak lebih, lagian gue udah anggap dia kayak adek gue sendiri."

"Bjir sad sekali hanya dianggap adek."

"Dahlah. Raf, ambilin minum kek," ujar Jefran menyuruh Rafka.

"Suka banget nyuruh-nyuruh!"

"Kita tamu, kita raja."

"Pala bapak kau raja!"

***

"Udah selesai kan?"

Via dan Adit mengangguk mengiyakan ucapn Felly.

"Ya udah, sekarang kita pulang aja yuk, udah sore banget nih," ajak Felly.

"Iya," jawab Adit.

"Felly."

"Iya Vi?"

"Via boleh minta tolong?"

Felly menaikkan sebelah alisnya, "Apa?"

"Bisa antarin Via pulang? Kalau gak bisa gak papa kok, Via pesan ojek online aja—"

"Iya Vi, bareng gue aja, rumah lo dimana?"

"Di *****"

Felly mengangguk, "Oke."

Mereka pun berpisah, Adit pulang sendirian, sementara Felly harus mengantarkan Via terlebih dulu.

Mobil Felly berhenti didepan rumah mewah kediaman Via, "Makasih ya Fel, mau mampir?"

"Emm next time aja deh Vi, udah sore banget nih bentar lagi magrib."

"Oke gak papa, sekali lagi makasih ya Fel."

"Iya."

Via keluar dari mobil Felly, "Hati-hati Fel."

"Iya Vi, gue pulang ya."

"Iya."

Vendo for Via Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora