🍂Bagian 26🍂

3.1K 245 4
                                    

Selamat membaca :<)

Alres duduk dengan menggoyangkan kakinya kelantai beberapa kali bertandakan kecemasan yang mendalam takut terjadi sesuatu kepada Audy.

Pikirannya melayang pada pertengkarannya dengan Eski mengenai sahabat kecilnya. Mengingatnya saja membuat hati Alres berdenyut perih mengingat hal mengerikan yang terjadi pada Savian, sahabatnya.

Savian Alexander, cowok yang berparas tampan dan alis mata yang lentik. Savian merupakan sahabat kecil Alres. Berteman semenjak bayi bahkan hingga SMA dan duduk selalu sebangku, Savian merupakan inti Marvelous juga. Namun, Savian sudah beda alam dengan Alres.

Savian telah tenang dialamnya, peristiwa yang menghilangkan nyawa sahabat kecilnya yang terjadi setahun yang lalu membuat kesedihan dan luka terdalam bagi Alres beserta yang lainnya. Dan kepergian Savianlah yang membuat Alres pindah ke Jakarta dan memulai hidup barunya.

Flashback

Pada saat itu Marvelous terlibat tawuran dengan geng Amerka yang ternyata bergabung dengan Defaran, saat itu anggota Marvelous tidak banyak yang datang, hal itu sangat jauh berbeda jumlah pasukan Marvelous yang hadir dengan anggota Amerka  yang bergabung dengan anggota Defaran yang juga merupakan musuh Marvelous.

Banyak anggota Marvelous yang tumbang saat itu, Alres sang ketua berusaha dengan tenaga yang tersisa mempertaruhkan jiwanya dan raganya melindungi anggota nya. Alres yang sedang menghajar anggota Amerka tak menyadari sebuah peluru yang menuju kearahnya namun sebelum peluru itu mengenainya, Savian berlari menuju Alres dan mendorong tubuh Alres hingga peluru pistol itu mendarat mengenai tepat kearah jantung Savian.

Jantung Alres seolah berhenti menyaksikan itu, dengan nafas memburu Alres langsung menghajar sipelaku yang merupakan Ketua Amerka.

Kilatan merah tampak jelas, urat-uratnya menonjol keluar, iris elang yang menghitam tampak dimatanya. Bunyi tulang patah bercampur dengan bunyi bogeman yang ditimbulkan oleh Alres membuat mereka terdiam, tak ada yang bisa dan berani menghentikan Alres hingga suara serak nan lirih memanggil namanya membuat dirinya sadar.

“Al, udah berhenti,” ucap Savian membuat pukulan yang ingin didaratkan oleh Alres terhenti, ia menutup metanya guna menetralkan emosinya.

Geng Amerka dan Defaran melarikan diri karna melihat keberuntalan Alres sesungguhnya terhadap sang ketua Amerka namun mereka juga  merasa puas karna bisa melukai inti Marvelous sekaligus sahabat kecil Alres.

Langkah Alres linglung matanya memerah hingga tubuhnya merosot dihadapan Savian yang tampak lemah dan sekali terbatuk mengeluarkan darah.

Semua anggota Marvelous turut mengitari Savian dengan bahu yang merosot.
“L-lo h-hebat Al, g-gue kagum sama lo,” ucap Savian dengan menahan rasa sakit didadanya. Bibirnya berusaha memberikan senyuman terbaiknya kepada sahabatnya dan anggota lainnya.

Alres menghelah nafas kasar dan menatap Savian. “Gue, gue gagal buat jadi sahabat lo Vi,” ucap Alres dengan suara tertahan.

“Gue udah janji sama Alm.nyokap lo buat jagain lo layaknya abang gue sendiri tapi gue gagal.”

“Lo gak gagal Res. Gue bangga pernah kenal sama lo dan kalian semuanya, seenggaknya ini bakal jadi kenangan terindah buat gue. Gue gak pernah nyesal buat jadi sahabat dari kecil lo Al, ukhuk-ukhuk.” Cairan merah pekat nan kental itu keluar dari mulut yang masih sempat menyunggingkan senyumannya.

“Lan, gue nitip dede gemes gue ya, Alres,” Lanjutnya dengan tertawa hambar yang membuat sekitar mereka semakin sesak.

“Lo, gak boleh pergi, kita sahabatan dari kecil dan harus sampe akhir hayat,” ucap Alres dengan menggebu-gebu.

“Lo ingatkan waktu gue ngomong, kalau ntar gue pergi lo gak sendirian gue akan selalu disamping lo, meski raga gue gak ada tapi jiwa gue ada didalam diri lo.” Senyuman yang tak lepas dari Savian. Mata Savian menatap sekitarnya dengan pandangan sulit diartikan.

“We are best friend together,” ucapnya kemudin menatap Alres.”Jangan nyalahin diri lo sendiri,” ucapnya kemudian kedua mata itu tertutup rapat.

Nafas Alres tercekat, pasokan udara disekitarnya seolah menipis. Jordi memeriksa denyut nadi dipergelangan Savian namun itu telah berhenti.

Alres tertawa hambar. “Savian, lo jangan ngeprenk kita gini bangsat!” ucapnya dengan lirih, tangannya memukul lantai hingga mengeluarkan darah.

“Lo bisa ngelukain diri lo sendiri Al,”ucap Fellon dengan lirih menahan lengan Alres yang masih terus memukul lantai.

“Gue gak becus, gue gak becus jagain sahabat gue sendiri, gue gak becus buat jadi ketua geng ini, gue gak bisa lindungin anggota gue sendiri,” ucapnya dengan putus asa, air matanya lolos melihat tubuh tak berdaya sahabat kecilnya.

Sekuat apapun Alres Renanda Fardiaz dirinya akan lemah jika menyangkut orang terdekatnya, terutama Savian orang yang selalu memberikan canda dan tawa untuk Alres. “Kita ada disini buat lo,” ucap Erlan menepuk bahu Alres.

“Vian becanda dan ini gak lucu,” ucapnya.

Kehilangan....
Suatu hal yang paling menyakitakan.
Air mata saja tak bisa untuk mewakilkan betapa sakitnya kesdihan akan kehilangan.

Telah gugur sudah bunga ditaman.
Meninggalkan tanah kesuburan.
Memberi kesan yang menyakitkan.
Menimbulkan rasa kegagalan yang mendalam.

Bunga itu kini telah menutupi gundukan tanah yang terdapat adanya dirimu.
Mencoba ikhlas adalah jalan terakhir.
Kehilangan seseorang tak dapat terduga kapan itu akan terjadi

Dan setiap orang akan merasakan kehilangan entah itu sekarang ataupun nanti.

Belajarlah buat ikhlas walau itu sulit.

AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang