🍂Bagian 21🍂

3.3K 272 14
                                    

“Will you be my girlfriend?”

“Aku bukan cowok yang romantis dalam soal ngungkapin perasaan, tapi aku beneran cinta dan sayang sama kamu. Aku gak tau rasa itu sejak kapan tumbuhnya tapi, saat ini aku selalu mau dekat sama kamu Dy, aku nyaman kalo dekat kamu, itu bukan alay atau semacamnya, ini beneran tulus dari hati aku Dy, dan apapun tentang kamu, aku terima karna yang aku sayang itu diri kamu bukan asal usul kamu. Aku mau buat hari kamu lebih berwarna dan bahagiain kamu. Jadi kamu mau gak jadi pacar aku?” ungkap Alres dengan tulus dan bersungguh- sungguh yang terlihat dari mata Alres sementara Audy yang mendengarnya terharu bahwa masih ada yang menyayanginya begitu tulus yang didapatinya terpancar dari mata Alres selain Deon.

Air mata Audy tak kuasa dibendungnya. Alres menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.

“Alres, aku hanya seorang anak yang gak pernah dianggap adanya, aku gak pantas bahagia.”

“Sutttss, Hey aku gak peduli itu. Karna satu hal yang harus kamu tau, aku cinta kamu dan akan tetap begitu, kamu pantas bahagia Dy, jadi?” ucap Alres dengan menempelkan kedua tangannya dipipi kiri dan kanan Audy. Audy tersenyum dan mengangguk membuat senyum Alres terbit.

“Beneran?” tanyanya memastikan jawaban Audy dengan binar mata yangbahagia.

“Iya, aku mau jadi pacar kamu,” jawab Audy membuat Alres refleks mencium kening Audy.

“I love you Audy.”
“I love you too."

Dua sejoli itu saling tersenyum bahagia, malam ini menjadi saksi bisu cinta mereka yang bersatu dalam status baru, pacaran.

Mereka menghabiskan malam penuh bahagia itu dengan makan malam dan diiringi dengan canda tawa mereka yang hatinya sedang berbunga-bunga. Kini mereka tengah duduk dengan kepala Alres di pangkuan Audy dan tangan lentiknya mengusap rambut Alres.

“Dy, kok bokap kamu ceritain tentang Jesika mulu? Mau pecah nih gendang telinga aku denger nama Jesika mulu,” ucap Alres dengan wajah cemberutnya mengeluarkan keluhannya yang sedari tadi ditahannya.

“Ya karna Jesika itu anaknya,” jawab Audy dengan menahan sesak didadanya.

“Tapi bukannya kamu juga anaknya, aku gak sebodoh itu Dy. Aku lihat tatapan bokap kamu ngelihat kamu gak suka. Maaf ya kalo aku udah lancang,” ucap Alres merasa tak enak melihat raut Audy yang menyendu.

“Gapapa, kamu perlu tau tentang aku. Mau denger cerita aku?” tanya Audy yang membuat Alres merasa tak enak, mengembalikan posisinya menjadi duduk.

“Gapapa emang Dy? Kalo hati kamu keberatan  mending gak usah dipaksain deh,” ucap Alres  yang dibalas gelengan oleh Audy dengan senyum lembutnya.

“Hidup aku tidak seberuntung orang lain. Memiliki ayah yang sangat menyayanginya dan selalu memanjanya namun semua itu hanya ada dalam haluanku,” jedanya dengan tersenyum kepada Alres, dan menguatkan hatinya.

“Ayah sama bunda dulunya dijodohin, mereka sama sekali tidak saling mencintai. Mereka selalu nolak tapi nenek sama kakek-kakek aku maksa mereka yang akhirnya pernikahan itu terjadi. Selama dua tahun Ayah gak pernah absen bersikap dingin bahkan selalu marah sama Bunda, tapi bunda mencoba sabar bahkan, Ayah memiliki pacar diluar sana, yaitu mama Jesika yang merupakan teman SMA Ayah.”

“Bunda tau dan sakit hati karna udah jatuh cinta sama Ayah. Hingga bunda ngajak Ayah buat ngomong berdua dengan serius dan disitu bunda keluarin semua keluh kesah dia yang membuat ayah luluh dan mutusin mama Jesika. Hubungan mereka membaik hingga aku masuk SMP, tapi itu berubah dalam sekejap. Pada saat itu Mama Jesika datang kerumah sama Jesika yang seumuran aku ngomong kalo, Jesika itu anak kandung ayah dan ayah percaya.”

“Mama Jesi juga fitnah bunda punya hubungan sama om Doni yang notabennya  mantan suami Mama Farah. Ayah marah sama bunda dan gugat cerai bunda saat itu ayah mulai ngebenci aku. Bunda sangat terpukul saat itu, Aku denger bunda yang nangis-nagis mohon kekaki Ayah tapi Ayah gak mau denger, Ayah keluar dari rumah dan bunda ngejarnya.”

“Saat itu aku melihat sebuah truk yang mau nabrak Bunda, aku lari kearah bunda buat nyelamatin hingga tubuh aku yang terpental karna truk yang manghantam tubuh aku dan itu buat bunda semakin depresi yang sekarang mengidap Mental ilenes." Audy mengahapus air matanya yang berlomba-lomba ingin keluar. Alres segera mendekap tubuh yang rapuh Audy kedalam pelukannya.

“Nangis aja Dy, keluarin semuanya kalo itu bisa buat kamu tenang,” ucap Alres yang mengelus puncuk kepala Audy dengan satu tangannya.

Tangis Audy pecah, dia menumpahkan semua air mata yang selama ini menjadi temannya dihari-harinya. Tangisannya terdengar pilu dan sangat menyayat hati yang mendengarnya termasuk Alres yang satu bulir Air matanya jatuh dari pelupuk matanya, namun secepat mungkin dia menghapus nya.

“Sekarang ada aku, jadi kamu gak perlu sedih. Aku akan memberi warna baru dikehidupan kamu Dy, aku janji itu. Jangan sedih lagi, aku gak suka lihat oarang yang aku sayang nangis.” Alres mencium puncuk kepala Audy dengan tulus, dan membuat tangis Audy mereda.

Dengan mata yang masih memerah, Audy mendongak dan tersenyum tulus.

“Makasih Alres.”

“Semoga ini akan jadi selamanya, kamu tetap disamping aku. Semoga,” sambungnya dalam hatinya.

Audy berharap pelangi ini akan selalu ada memberikan warna-warna indah untuknya. Namun bila pelangi ini tak bertahan lama, ijinkan diriku untuk menikmati setiap pancaran Warna yang kau berikan untuk sebentar saja, hanya sebentar saja, kumohon.

Hallo semuanya
I'm back
Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya guys.

Semangat nabungnya biar bisa peluk Audy versi cetaknya ya:)

Sampai jumpa di next part:)

AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang