🍂Bagian 11🍂

3.9K 336 18
                                    

Happy Reading:)

“Hey! Lo kok ngelamun?” tanya Alres kepada Audy yang sedang ngelamun, kini mereka berada disebuah taman dekat minimarket 24 jam.

Alres tidak sengaja bertemu dengan Audy yang berjalan seorang diri dengan menenteng sebuah plastik yang berisikan beberapa buah dan cemilan untuk mengganjal perutnya, karna mama tirinya melarangnya memakan makanan yang ada dirumah, begitulah yang dilakukan Audy setiap ayahnya tugas keluar kota bahkan keluar negeri.

“Aku gak apa-apa kok Res,” jawab Audy yang seakan sadar dari lamunannya.

“Kalo punya masalah itu bagi aja sama gue, gak baik mendam sendiri.” Alres memakan pop mie miliknya. Audy membuang nafas lelah, pikirannya saat ini sedang berkecamuk. Dirinya tidak ingin lebih merepotkan orang lain dalam masalahnya.

“Alres, sebaiknya kamu gak deket sama aku deh,” ucap Audy membuat Alres tersedak kuah pop mie, melihat itu Audy langsung memberikan Alres minum.

“Lo ngomong apa sih? Ngigo lo?”

“Aku gak ngigo Alres, aku serius,” ucapnya dengan menunduk, Alres menarik salah satu bangku taman dan meletakkannya dihadapan Audy, kemudian mengangkat dagu Audy hingga pandangan mata mereka bertemu.

“Ngomong sama gue, siapa yang udah jahatin lo?” Alres mengalus surai lembut milik Audy, Audy menggelengkan kepalanya.

“Enggak ada Alres, cuma-,”

“Cuma apa Dy? Lo gak nyaman sama kehadiran gue?” ucap Alres beranjak daribangkunya.

Alres segera mengatur emosinya yang mulai tidak stabil, sedangkan Audy terkejut dan merasa bersalah, dia ingin agar Alres tidak ikut dihina karena dirinya.

“Bukan itu maksud aku Al, dengerin dulu,” bela Audy menarik lembut tangan Alres.

“Jadi apa Dy? Bilang aja lo gak nyaman gue ada didekat lo, lo terganggu ya mungkin, dan gue mungkin terlalu maksa deket dengan lo,” ucap Alres yang kini terbawa emosi karena Alres sangat benci dengan ucapan gadis itu yang menyuruhnya untuk menjahuinya.

“Al, Aku cuma gak mau, kamu ngerasain apa yang aku rasain," ucap Audy dengan tubuh gemetar.

“Lo bohong!! Yaudah kalo itu mau lo, gue lakuin mulai detik ini juga. Gue gak bakal deket lagi sama lo.” Alres pun kemudian meninggalkan Audy yang membeku mendengar ucapan Alres.

“Kenapa rasanya sakit banget ya. Padahal aku yang nyuruh dia buat jauh dari aku, ck. Bodoh!” guman Audy. Audy duduk dibangku taman dengan kesunyian yang menemaninya dan angin malam yang menjadi penenang baginya.

Mengapa bahagia itu sulit ku gapai?
Apa salahku??
Aku dijahui teman-temanku.
Aku yang tidak dianggap oleh Ayahku.
Tuhan, aku ingin bahagia juga.
Mungkin, jika aku berada disisimu.
Aku akan bahagia.
Hidup ini terlalu kejam untukku.
Mereka memusuhiku.
Tuhan,,, Audy lelah

Audy memejamkan matanya hingga air matanya mengalir dipipinya, sekejap dia menutup matanya dengan rapat hingga rasa sakit dikepalanya datang, rasa sakit yang akhir-akhir ini selalu menyerang kepalanya. Audy menormalkan sejenak pernafasannya yang tidak teratur, ia mengambil sebuah obat sakit kepala yang dibelinya tadi karna sakit yang tiba-tiba saja selalu datang padanya.

Audypun segera meminum obat tersebut tanpa Air minum, bukan karna Audy tidak memiliki minuman hanya saja Audy telah terbiasa meminum obat tanpa Air minum.  Setelah nafasnya mulai normal dan sakit dikepalanya mulai mereda. Audypun melangkahkan kakinya pulang jam karna hampir mendekati tengah malam.
Miss You

Bahkan Langit dan Awan yang berada disebuah ketinggian saja pernah menangis apalagi aku yang hanya sebuah kapas yang lemah.

Setibanya diteras rumah, Audy melihat sebuah mobil baru saja masuk kedalan garasi, mobil milik Jesika yang artinya, Jesika baru saja pulang.

Dan tak lama pemilik mobil tersebut keluar memampilkan sosok Jesika yang berpakaian ketat, rok navy yang berada diatas lutut serta baju tanpa lengan berwarna putih, Jesika berjalan lunglai bahkan beberapa kali hampir jatuh, Audy yakin bahwa Jesika sedang 'mabuk'.  Jesika berdiri disebelah Audy, mendorong tubuh Audy hingga tersungkur.

“Awas!!! Lo ngehalangin jalan gue,” gertak Jesika, Audy menghelah nafasnya melihat Jesika yang kasar kepadanya.

“Jesi kamu kelihatan mabuk banget, biar aku aja yang bantu nganter kamu kekamar, takutnya kamu jatuh.”

“Gue gak butuh bantuan lo, ribet amat sih," kesal Jesika dengan mendorong Audy, hingga lagi-lagi Audy menabrak dinding.

“Apaan sih ribut-ribut,”ucap Farah yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah mendengar kegaduhan dari luar yang disusul oleh Deon.

“Yaampun Jesi!” teriak Farah yang melihat penampilan anaknya yang acak-acakan kemudian Farah menatap tajam Audy.

“Bik, cepet bawa Jesi kekamarnya!" titah Farah yang menyadari pembatunya juga terbangun dan berdiri tidak jauh dari mereka.

“Baik nyonya,” balas Bik Asih kemudian memapah tubuh Jesika yang setengah sadar.

“Dan kamu dari mana aja kamu hah?” tanya Farah dengan emosi kepada Audy yang membuat Audy terkejut.

“Tadi aku dari mini market nyonya dan ketemu sama Jesika diteras rumah,” jawab Audy dengan takut.

“Jangan sampe kamu ngadu ke Yendry kalo Jesika pernah mabuk, awas aja kamu kalo ngadu,” ucap Farah mencekram dagu Audy dengan kasar.

“Ngerti gak!!!” ulangnya membuat Audy terlonjak kaget dan segera menganggukan kepalanya.       

“Ngerti nya, ngerti.”

“Pergi kamu,” ucap Farah kemudian mendorong tubuh Audy hingga menabrak pagar tangga.

“Tidur, jangan keseringan begadang,” peringat Deon setelah Farah kembali kekamarnya, kemudian Deon meninggalkan Audy yang berkecamuk dengan pikirannya, bagaimana abang tirinya itu bisa tau bahwa dia sering begadang.

Audy yang merasa tubuhnya sangat lelah, entah mengapa tubuhnya mudah sekali merasakan lelah seminggu terakhir ini. Audy mengangkat bahunya acuh dan melangkahkan kakinya menuju kasur sederhana miliknya.

Mata Audy tak sengaja menatap ke arah lemarinya, ia menyipitkan matanya memastikan penglihatannya itu tidak salah, ia melangkahkan kakinya ke arah lemarinya yang terdapat stice notes yang bertuliskan :

Maaf gue gak pernah bisa bantu lo, Jangan nangiss ^_^
By: Deon

Audy terdiam membacanya kemudian tak terasa air matanya kembali jatuh. Lagi dan lagi air matanya kembali tumpah. Bebannya terlalu erat untuk dihadapinya. Mengapa? Pertanyaan yang selalu melintas dipikirannya.

“Bahkan Langit dan Awan yang berada disebuah ketinggian saja pernah menangis apalagi aku yang hanya sebuah kapas yang lemah,” guman Audy dengan suara lirihnya.

Tbc...

Sampai lupa dipart selanjutnya ya guys
Bubay teman-teman sampai ketemu dipart selanjutnya...
Jangan lupa vomment ya, gratis kok hehe

AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang