🍂Bagian 3🍂

5.8K 500 6
                                    

Setelah mendengarkan penjelasan terkait bundanya dari Buk Yana, Audy memutuskan untuk menemui bundanya kekamar yang ditempati bundanya. Audy masuk keruangan yang menjadi tempat bundanya di rawat beberapa tahun ini. Ia melangkahkan kakinya dengan pelan, takut jika bundanya akan terbangun dari tidurnya yang nampak pulas.

Setelah tepat disamping ranjang bundanya, Audy mengelus pelan rambut sang Bunda yang dulunya rapi kini telah kusut berantakan. Audy berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah namun gagal. Air matanya jatuh tanpa permisi membuat aliran dipipinya.

“Bunda, Audy kangen pelukan bunda,” keluh Audy yang sudah pasti tidak akan terdengar oleh bundanya. “Bunda, Audymu kini sudah besar. Audy udah kelas dua SMA. Oh ya bunda, ayah itu sebenarnya sayang kok sama bunda makanya bunda harus sehat dulu, biar bisa bareng sama ayah lagi. Maaf bun kalo Audy bohong sama bunda, Audy sayang banget sama bunda. Soal kehidupan Audy, Audy bahagia kok tinggal bareng ayah. Mereka baik jadi bunda gak usah khwatirin Audy. Bunda cepat sembuh ya, “ ucap Audy mengeluarkan curahan hatinya yang kebanyakan hanya kebohongan mengenai kehidupannya.

Audy berpindah mengelus tangan bundanya, hingga pergerakan tangan Audy berhenti karna tangan yang dielusnya bergerak dan matanya juga terbuka. Bunda Audy menatap Audy sinis kemudian duduk menghadap Audy dengan wajah memerah menahan emosi.

“PERGI KAMU!!!” teriak bundanya dengan mendorong Audy dengan kasar.
“Bunda apa kabar?” tanya Audy meski tubuhnya sudah didorong.

“SAYA GAK PUNYA ANAK KAYAK KAMU, ANAK SAYA ITU MASIH SMP!, Nata anakku,” teriak bunda dengan mencekram pergelangan tangan Audy dan menarik rambutnya dengan kasar. Suster yang berlalu lalang terlonjak kaget dan segera memasuki ruangan sumber dari teriakan tersebut, lebih tepatnya ke ruangan Gian, bunda Audy.

“Anakku, kamu pasti masih hidupkan? Maafin bunda sayang yang lalai jagain kamu, bunda ini gak becus jadi Bunda kamu nak,” ucap Bunda penuh dengan rasa bersalahnya, menarik rambutnya dengan histeris yang membuat hati Audy semakin teriris melihat kondisi sang bunda.

“Yendry, anak kita masih hidup kan? anakku dimana? Nata, bunda kangen sama kamu sayang. Kamu pasti masih hidup,” sambungnya dengan lirihnya membuat Audy semakin menangis teringat peristiwa yang tak akan pernah dilupakannya itu.

Suster suster tersebut menahan tubuh yang kini kurus dan tampak rapuh milik Gian, bunda Audy. Suster tersebut ingin menyuntikan cairan penenang agar Gian pingsan dan tidak lagi mengamuk-ngamuk, namun Audy segera menghentikannya dan menyuruh suster tersebut mundur dulu.

“Bun. Aku, Nata bun. Aku udah besar,” ucap Audy dengan menyakinkan bundanya itu.
“Kamu bukan Nata, anak saya!” ucap Gian dengan menarik rambut Audy. Lagi-lagi Audy harus merasakannya namun tarikan itu sama sekali tidak sakit lagi baginya karna sudah biasa ia dapatkan.

“Pasti kamu Anak sijalang itu kan? DASAR ANAK JALANG,” teriak Gian dengan Mendorong keras tubuh Audy sehingga dahi Audy mengeluarkan darah akibat terbentur dinding. Audy memegang kepalanya dan tersenyum pedih melihat noda darah ditangannya.

“USIR ANAK JALANG ITU DARI SINI!” teriak Gian sehingga suster-suster tersebut mulai bertindak dengan menyuntikkan cairan penenang tersebut untuk menenangkan Gian.

“Yendri, jalang itu ngancurin keluarga kita. Yendri, Nata itu anak kamu, bukan anak Doni,” ucap Gian dengan lirih hingga kesadarannya mulai menghilang dengan perlahan, mata indah itupun tertutup karna pengaruh obat penenang yang telah disuntikan. Audy menyadari air mata bundanya yang jatuh segera mengusapnya pelan.

“Cepat sembuh Bunda, Natamu menunggu kesembuhanmu,” ucap Audy kemudian mencium kening bundanya. Suster-suster yang masih ada diruangan tersebut menatap penuh iba kepada Audy yang hatinya entah terbuat dari apa hingga setabah itu menghadapi cobaan yang datang kepadanya.

“Ya ampun Audy, dahi kamu berdarah,” ucap Buk Yana terkejut, walaupun Audy sering disakiti oleh bundanya namun hanya kali ini hingga sampai berdarah.

“Gapapa kok buk, cuma dikit kok,” ucap Audy menyentuh lukanya.

“Pergelangan tangan kamu juga membiru Audy. Sini biar Ibuk obatin dulu,” ucap Buk Yana menuntun Audy kearah sofa dan mengembil kotak P3K yang terletak di meja tepat samping sofa yang didudukinya.

“Buk, Audy gapapa kok.”

“Udah, Audy diam aja, biarin Ibuk ngobatin luka kamu,” ucap Buk Yana yang dipatuhi oleh Audy. Sesekali Audy meringis karna kasa yang dibasahi oleh alkohol menyentuh lukanya. Buk Yana menutupi dahi Audy dengan handsaflash bermotif panda kemudian membalut tangan Audy dengan perban.

“Selesai,” ucap Buk Yana mengelus tangan Audy yang diperban.

“Makasih ya buk, ibuk udah baik banget sama Audy,” ucap Audy dengan tulus kemudian memeluk Buk Yana yang dibalas anggukan oleh Buk Yana dan senyum lembutnya.

“Kamu gak perlu berterima kasih nak, Ibuk tulus bantuin kamu.”

Hay hay~
Jangan lupa ya vote and comment
Karna vote itu gratis tis tis hehe:v

Bubay readers sampai ketemu di part selanjutnya 😊

AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE) Место, где живут истории. Откройте их для себя