🍂Bagian 4🍂

5.4K 448 27
                                    

Setelah pulang dari Panti, Audy masuk kedalam rumahnya dan melihat rumah yang tampak sepi. Rumah megah tampak tak berpenghuni sangking sepinya. Audy bertanya-tanya kemana semua orang penghuni rumah ini, batinnya bingung.

“Eh non Audy udah pulang,” ucap Bik Asih dengan senyum lembutnya yang baru datang dari arah dapur menyapa Audy.

“Iya bik, oh ya bik yang lain ada dimana? Kok sepi?” tanya Audy bingung karna biasanya rumahnya akan ramai dengan canda dan tawa keluarga harmonis tersebut yang tentunya tanpa Audy. “Oh. kalo itu, Pada gak kemana mana kok non, setau bibi mereka lagi siap-siap non.”

“Siap-siap kemana bik?” Audy menyerngitkan dahinya bingung.

“Kurang tau juga non,” jawab Bik Asih kemudian pamit kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Audy pun mengangkat bahunya kemudian melangkahkan kakinya menuju kamarnya yangan berada silantai dua namun ditangga dia berpapasan dengan Ayahnya, mama tirinya dan kedua saudara tirinya.

“Baru pulang lo!” ucap Jesika dengan nada ketus. “I-iya. Maaf.” Audy menundukan kepalanya karna tatapan dingin sang ayahnya terarah padanya.

“Kalian mau kemana?”

“Bukan urusanmu!” jawab Yendry membuat Audy semakin menundukan kepalanya.
“Maaf Ayah.”

“Sabar mas,” ucap Farah dengan penuh drama melakoni peran yang dimainkannya.

“Kami itu mau jalan, kamu mau ikut nak?” lanjut Farah selaku mama tiri Audy, Farah berakting karna adanya Yendri jika tidak dia tidak akan sudi mengajak Audy apalagi dengan embel-embel 'nak'.

“Ini khusus keluarga.” Seru Yendry dengan tegas yang membuat Audy tertegun. Seakan-akan dirinya bukan bagian dari keluarga tersebut. “Tapikan Audy juga bagian keluarga Yah,” ucap Audy.

“Kamu itu bukan keluargaku, enyalah kau dari hadapanku!” ucap Yendry kemudian mendorong Audy dengan kasar hingga Audy jatuh dan lututnya berdarah akibat terbentur kerasnya lantai.

“Jangan pernah berharap lebih dariku, ANAK MURAHAN. Dan seharusnya kamu itu sudah mati!” ucap Yendry yang berjongkok didepan Audy lalu menampar pipi Audy hingga ujung bibirnya berdarah. Audy hanya bisa menangis dan lemas mendengarkan ucapan ayahnya yang mengingatkannya pada luka yang berusaha dikubur olehnya akan sebuah pristiwa tersebut.

Yendrypun meninggalkan mereka, tiba-tiba muncul dibenak Yendry menghapus jejak air mata anaknya namun, sifat benci dan gengsilah yang lebih menguasai dirinya. Ia menatap tangannya hampa yang kini berkeringat. Yendry menuju mobilnya yang diikuti oleh Farah dan Jesika dan tinggalah Deon yang masih meanatap adik tirinya itu.

"Ck, hidupmu sangat malang dan menyedihkan sekali,"ucap Deon mengejek Audy kemudian berjongkok menatap Adiknya itu, ia kemudian mengeluarkan sapu tangan dari kantong celananya dan disodorkan ke arah Audy, Audy menatap bingung sapu tangan tersebut.

“Lap air mata lo! Jangan lemah!” ucap Deon dengan ketus yang diterima oleh Audy yang terisak pelan menahan tangisnya.

“Makasih bang,” ucap Audy.

“Iya.” Kemudian Deon pergi meninggalkan Audy sendiri, Audypun bangkit menuju kamarnya dengan tertatih- tatih lalu membaringkan tubuhnya diatas kasurnya. Manik mata coklatnya menatap langit kamarnya yang berwarna putih dengan tatapan kosong.

“Aku lelah dengan semua ini. Kenapa dunia ini terasa sangat memusuhiku tuhan? kenapa? Hiks... Hiks.” Audy menangis pilu dan ingatannya kembali pada suatu pristiwa yang tidak akan pernah dilupakannya itu.

Ketika itu, Audy masih duduk dibangku kelas 1 Smp, Audy pulang kerumahnya dan menemukan bundanya yang menangis serta keadaan rumah yang berantakan. Pecahan guci yang ada dimana-mana.

Audypun pergi kearah kamar ayah dan bundanya untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia melihat ayah dan bundanya yang bertengkar hebat namun, sesering-seringnya mereka bertengkar, inilah yang paling kacau. Audy berdiri dibalik pintu dan mendengarkan percakapan ayah dan bundanya.

“Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Aku sayang sama kamu mas,” ucap bundanya yaitu Gian yang sedang memohon dikaki Yendri dengan tangisnya.

Audy yang mendengar itupun terkejut dan menutup mulutnya dengan tanganya agar isakannya tidak terdengar.

“Kamu itu wanita murahan dan aku muak denganmu!” ucap Yendry dengan sarkatis, menepiskan tangan Gian yang ingin menggapainya.

“Mas saya berani bersumpah, saya gak selingkuh mas sama si Doni mas, dan nata itu anak kandung kamu mas.”

“Bohong! semua itu bohong. Dasar  wanita murahan!’ tangan Yendry melayang kemudian menampar pipi Gian hingga membuat ibu beranak satu itu jatuh kelantai. Darah Audy berdesir hebat melihat ayahnya yang memukuli bundanya. Kemudian  Yendry keluar dari kamar dan menemukan Audy yang menangis dalam posisi terduduk disana.

“Ayah jangan pergi,” mohon Audy dengan lirih dikaki Yendri.

“Saya bukan ayah kamu!” ucap Yendry dengan tegas dan dingin kemudian menghempaskan tangan Audy dari kakinya dengan kasar.

Bundanya yang melihat Yendry keluar dari rumah mereka, mengejar Yendry yang ternyata saat itu, Yendry sedang berjalan kaki karna mobilnya ada dibengkel dekat taman kompleks perumahan.

Audy mengikuti bundanya dari belakang dengan berlari walau nafasnya sudah memburu. Hingga dimana, di dekat taman, sebuah truk besar yang melaju dengan kecepatan tinggi kearah Gian yang sedang berlari ke jalan raya untuk menyebrang menuju suaminya, Yendry.

“Bunda awas!!!” teriak Audy kemudian berlari menuju bundanya yang diam membeku, sedangkan Yendry yang mendengarkan itu berbalik dan terkejut melihat mobil truk besar yang akan menabrak istrinya. Audy mendorong tubuh bundanya kepinggir jalan dan tak menunggu lama tubuh Audy terpental cukup jauh dengan keadaan seragam yang penuh darah, tertabrak truk tersebut.

Jalanan itu langsung ramai, Gian dan Yendry melihat itu berlari kearah gadis yang kini lemah bersimpah darah dikerumuni oleh warga.

“Nata!!” teriak Gian kemudian memangku kepala anaknya dipahanya.

“Nata, tetap buka mata kamu sayang, Nata jangan tinggalkan bunda sayang, hiks hiks,” ucap Gian dengan isakan tangisnya sedangkan Yendry membeku melihat itu kemudian dia berlari dari kerumunan itu, pikirannya saat ini sangat kalut serta syok atas kejadian yang baru saja terjadi.

Yendry akhirnya mengunjungi salah satu club untuk melampiaskan segala kalut keminuman berakhol tersebut.

“Bun, b-ba-badan Nata s-s-sakit bun,” ucap Audy dengan terbata bata dan batuk dengan mengeluarkan darah dari mulutnya.

“Kamu harus kuat yah demi bunda okey, tetap buka mata kamu sayang, tetap buka okey. hiks hiks,” ucap Gian kemudian memasuki mobil Ambulance yang baru saja datang.

Audy yang dulu kerap dipanggil Nata oleh keluarganya. Tubuh Audy terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan tidak membuka matanya selama lima bulan, dan selama itu pula bunda Audy semakin tertekan hingga pesikisnya terganggu.

Saat pertama kali Audy sadar dari komanya yang dilihatnya hanya ada kakek dan neneknya dari bundanya dan juga Ayahnya.

“Nata, kamu sadar sayang, Alhamdulillah ya Allah,” ucap Wedah, nenek Audy dari keluarga bundanya.

“Yaampun nata, nenek kangen sama kam,” ucap Ema, nenek nya dari ayahnya.

“Ayah sama bunda dimana? nek, kek,” tanya Audy tiba-tiba membuat mereka langsung terdiam hingga Aksan memjawab pertanyaan cucunya yang sedari tadi diam.

“Yendry, kami tidak tau dia berada dimana sedangkan, bundamu stress dan mengalami depresi selama tiga bulan terakhir ini,” jelas Aksan dengan tak tega melihat cucunya yang matanya mulai berkaca-kaca.

“Nata jangan nangis, disini ada kakek-kakekmu dan nenek-nenekmu yang menemanimu sayang,” ucap Rey, kakek dari Keluarga bundanya.

“Maafkan kami Nata, ini semua salah kami. Seandainya kami tidak menjodohkan mereka dahulu, semuanya tak akan terjadi,” ucap Ema dengan lirih.

“Iya, pasti tidak seperti ini dan kamu tidak akan terluka. Maafkan kami,” sambung Wendah. Audy menatap kakek serta nebeknya dengan senyum kebarnya. “Ini bukan salah kalian. Jangan  menyalahkan diri kalian kek, nek.”

“Mungkin udah takdir nata nek,” lanjut Audy dengan senyum pilunya yang dapat didengar oleh kakek dan nenek-neneknya.

Audypun tersadar dari jurang hitam ingatan masa lalunya itu, Audypun menangis dengan pilu hingga merasa lelah dan terlelap tanpa mengganti seragamnya. Kejadian itu sangat mengerikan baginya dan akan selalu membekas disana, dihatinya.

AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE) Where stories live. Discover now