Twenty-fifth : Everything for You

2.3K 212 199
                                    

[A/N] :

Peringatan keras bagi para jomblo yg sangat rentan terhadap hal2 yg mengandung banyak gula, dimohon perhatiannya untuk berhati2 dalam membaca chapter ini. Karena pada chapter ini mengandung begitu banyak gula.

Jika kalian kuat, silahkan lanjutkan untuk membaca. Namun jika kalian merasa tidak akan kuat menerima hal2 manis, ada baiknya kalian mencari pasangan dulu agar dampak yg ditimbulkan tidak begitu serius bagi kesehatan hati kalian awokwwokwokwokwwk 😚

Selamat bermaljum ria 😘

***

Hanbin berjalan dengan tergesa hingga tiba di ruangan itu. Membuka pintu dan berjalan masuk dengan cepat, menemukan seseorang di ranjang sedang berada dalam posisi setengah duduk. Di sampingnya ada Yunhyeong yang baru selesai membantunya meneguk segelas air putih. Saat melihat Hanbin, kepala maid itu segera bangkit dari duduknya kemudian membungkuk ke arahnya sebelum menyingkir agak jauh dari ranjang. Sementara tuannya hanya fokus pada pemuda berwajah pucat yang kedua matanya memiliki riak air mata saat melihatnya datang.

“Sayang.” Kata itu keluar begitu saja dari mulut Hanbin tanpa bisa dia kontrol saat mendekat ke arah miliknya itu.

Saat pria yang ditunggunya sudah dekat dengannya, Jinhwan segera menghambur ke pelukannya. Dia tidak bisa lagi menahan diri hingga tangisan pun pecah dengan sedu sedan yang terdengar menyakitkan. Derai air matanya sudah membasahi kemeja pria itu, mulutnya tak berhenti mengeluarkan isakan yang menyesakkan. Tubuhnya bergetar hebat dalam dekapan hangat yang dicintainya. Yunhyeong yang melihatnya merasa sangat prihatin, kemudian dia secara perlahan mundur untuk memberikan banyak waktu bagi dua lelaki itu, pergi ke luar ruangan.

“Aku disini.” Hati Hanbin terasa diremas begitu kuat menyaksikan miliknya yang tampak menyedihkan itu. Tangannya yang kuat dengan lembut membelai rambut merah muda di bawah wajahnya. Bibirnya mengecupi surai lembut beraroma stroberi itu dengan penuh kasih, berusaha memberinya ketenangan yang dia butuhkan.

Jinhwan di dada Hanbin masih terisak, dengan terbata dia berucap, “A-aku takut... Hiks. D-dia m-mengejarku, mau m-menjualku pada T-Tuan... Kang... Sesak... Air itu... Sangat d-dingin... A-aku sekarat... K-kehabisan nafas d s-sungai itu... A-aku...”

“Hentikan.” Hanbin memejamkan matanya, mengingat kembali pengakuan Jeon tentang peristiwa enam tahun lalu yang nyaris membuat Jinhwan mati di dalam air sungai yang dingin. Lengannya mengerat pada tubuh mungil yang bergetar di dekapannya. “Jangan lanjutkan. Aku tahu itu menyakitkan, aku tahu kau sangat menderita, aku tahu. Aku tahu...” Suara Hanbin menjadi lemah dan sedikit bergetar.

Pria itu meraih wajah Jinhwan, menatap wajah penuh derai air mata yang membasahi perban kecil yang menutupi luka di kedua sisi wajahnya. Tangannya dengan lembut menghapus air mata itu, kedua matanya memerah dengan sorot yang teramat sendu saat tertuju pada wajah menyedihkan itu. Kemudian dia mendekat dan menyatukan dahi indahnya pada dahi lembut pemuda miliknya.

“Maafkan aku. Jika saja aku tidak tertidur sepanjang tahun itu, kau tidak akan melalui banyak penderitaan selama bertahun-tahun.” Ucapnya dengan suara serak.

Jinhwan mendengarnya dan hatinya seakan-akan runtuh begitu saja. Tangisnya semakin keras dan dia menggelengkan kepala dengan cepat, berkali-kali. Tidak ada yang bisa dia katakan, antara kenangan menyakitkan miliknya dan kenangan menyakitkan milik Hanbin tumpang tindih dalam benaknya. Dia tidak pernah sekali pun menyalahkan Hanbin, meskipun saat itu sempat terbersit di benaknya bahwa Hanbin melupakannya, namun keyakinannya akan kebaikan pria itu sepenuhnya menguasai dirinya. Dia percaya bahwa Hanbin akan menjaga dan melindunginya. Hanya Hanbin satu-satunya di dunia yang bisa memberinya keamanan.

I'm Yours, Master Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon