Second : A Smile Like The Sunshine

8.6K 707 124
                                    


[ Thousand Years - Christina Perri ]




Jinhwan terpaku ketika netra jernihnya yang masih basah itu menatap pada sosok tinggi dengan celana kain hitam dan kemeja putih yang terlihat sangat pas di tubuh kekarnya. Berdiri dengan penuh kuasa diiringi senyuman yang sudah lama tak dilihatnya sejak delapan tahun lalu. Ada perasaan lega dan bahagia saat mendapati sosok yang sangat dia harapkan kehadirannya itu kini benar-benar nyata di depan mata. Senyum pun perlahan muncul di wajahnya meskipun air mata masih setia membasahi pipi seputih susunya. Dia bahagia, benar-benar bahagia saat mengetahui jika orang yang telah membelinya dengan harga satu milyar itu adalah pria yang benar-benar dia harapkan. Satu-satunya orang yang akan melindunginya seperti apa yang dikatakan oleh ibunya dulu.


Kim Hanbin.


"Mr. Kim.." Lirih Jinhwan dengan bibir bergetar dan wajah basahnya.

"Tinggalkan kami dan urus sisanya besok." Perintah Hanbin dengan suara beratnya membuat dua orang bawahannya itu mengangguk patuh. Pria jangkung dan bodyguard bertubuh besar itu pun membungkuk hormat sebelum berbalik pergi.

"Kerja bagus, Chan." Ucap Hanbin pada sosok jangkung yang kini menghentikan langkahnya dan kembali berbalik. Tersenyum puas karena sang tuan memuji dirinya yang telah menyelesaikan tugas dengan baik.

"Aku pamit dulu, Master." Pamit pemuda jangkung itu kembali membungkuk lalu berlalu pergi. Meninggalkan tuannya bersama pemuda mungil yang telah berhasil dia selamatkan dari kebusukan kasino Kang.

Hanbin menatap ke arah Jinhwan yang kini tengah menggigil di lantai dengan tatapan dingin. Mengamati betapa menyedihkannya penampilan si mungil yang hanya berbalut kemeja putih kebesaran dengan kaki telanjang itu. Dia pun berjongkok di hadapan pemuda mungil itu untuk bisa lebih dekat menatap wajah cantik yang selalu membayanginya selama beberapa tahun ini.

Tangannya mengangkat dagu runcing Jinhwan untuk membuat pemuda ringkih itu menatapnya. "Kemana kau selama ini, Yoo?" Bisiknya dengan tatapan dalam pada wajah pucat berurai air mata di hadapannya.

Jinhwan yang ditanya seperti itu kembali terisak hebat mengingat betapa beratnya hidup yang dia jalani selama enam tahun ini. Dicaci, diusir, disiksa, dan hampir dilecehkan. Yang membuatnya nyaris saja putus asa dan lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya andai saja keinginan kuatnya untuk bertemu dengan Hanbin tak dia tekadkan dalam hati. Hanya Hanbinlah yang menjadi kekuatannya untuk selalu bertahan meskipun berkali-kali dia nyaris mati dengan cara menyedihkan. Menjaga kehormatannya sekuat yang dia bisa hanya demi seseorang yang dia damba seumur hidupnya.

"Kenapa kau susah sekali ditemukan?"

Suara itu, tatapan dalam itu, aroma itu. Jinhwan luar biasa lega telah menemukannya kembali. Kebahagiaannya benar-benar membuncah saat perjuangannya untuk bertemu Hanbin kini terbayar sudah. Dan dia berharap jika ini semua bukanlah mimpi. Bukan ilusinya semata.

"A-Apa ini nyata, Tuan? K-Kau bukan sekedar ilusiku, kan? Kau sungguh Mr. Kim, kan?" Jinhwan bertanya dengan suara bergetar. Matanya menelusuri setiap inchi wajah sempurna pahatan Dewa itu, memastikan jika ini adalah nyata.

Hanbin menarik tangan kecil Jinhwan lembut dan menyentuhkan telapak tangan yang dingin itu pada wajahnya. Membuat Jinhwan membolakan mata karena untuk pertama kalinya dia menyentuh pria yang sangat dia dambakan itu.

"Kau merasakan kulitku?" Pertanyaan Hanbin dibalas sebuah anggukan. "Itu berarti aku nyata. Aku sudah berada di hadapanmu sekarang. Dan tidak ada yang perlu dicemaskan lagi karena kau kini aman bersamaku."

I'm Yours, Master Where stories live. Discover now