Eighth : Cigarette, Wine, And You

5.8K 477 102
                                    

"You are my cigarette and my wine makes me so addicted and drunk."



>>> I'm Yours, Master <<<










Hanbin menyesap rokok kelima di balkon kamarnya setelah beberapa saat lalu telah menghabiskan seperempat botol wine di dalam kamar. Kini dia tengah memandangi halaman luas mansion mewahnya yang dipenuhi jejeran lampu dengan penerangan sedang. Menikmati semilir angin malam yang dingin menembus kulitnya yang hanya tertutupi piyama tipis berwarna hitam dengan kancing yang tak dikaitkan seluruhnya. Menampilkan bagian dada hingga perut bagian atasnya yang berotot. Hisapan demi hisapan pada rokoknya jelas sekali menggambarkan kegundahan hatinya yang tak terperi. Karena pemuda yang telah mencuri hatinya itu kini sama sekali belum ingin berbicara padanya. Bahkan sepertinya bertatap muka pun enggan.

Asap rokok itu mengepul di udara lalu tertiup angin malam dan membawanya pergi kemudian menghilang. Setidaknya, rokok bisa menjadi teman Hanbin untuk menumpahkan segala perasaan galaunya. Meskipun benda mati itu tak mampu memberi solusi, namun dia bisa menjadi tempat berbagi saat tak ada lagi siapapun yang bisa mengerti. Kembali asap rokok itu mengepul setelah hisapan terakhir berakhir. Berganti dengan batang baru yang tersimpan di bagian rata tembok pembatas. Kedua belah bibir ranum itu pun mengapit benda panjang berwarna putih kecil yang telah lama menjadi candu baginya. Membakar ujungnya dengan api dari pemantik berukiran rumit kesayangannya. Asap beraroma tembakau dan menthol itu kembali menyeruak di udara sekitar kepala Hanbin.

Kedua pupil besar dan hitam yang jernih itu kini tertutup oleh kelopak matanya yang indah. Mengantarkan sebuah bayangan indah dari senyuman secerah sinar matahari pagi yang sangat disukainya. Senyuman yang ketika merekah membuat ratusan bunga miliknya mungkin akan merasa iri karena kecantikan yang disuguhkannya. Pun dengan kedua netra indah yang dihiasi dua kelopak sipit yang memiliki daya magnet luar biasa bagi siapapun yang jatuh tertatap dalam kejernihannya. Lalu, kedua belah bibir tipis semerah ceri dan semanis madu yang telah mengunci kewarasan Hanbin dalam buaian lembut yang diberikannya. Telah menjadi candu yang jika Hanbin tak bisa mengecapnya lagi, maka jutaan batang rokok pun mungkin takkan mampu mengobati candunya.

Karena candu itu telah mendatangkan rindu. Dan rindu takkan terobati dengan siapapun atau apapun yang bukan pemiliknya.

***

Pemuda dengan tampilan yang sedikit berantakan itu turun dari ranjangnya seraya menyeka air mata yang membasahi pipi putih pucatnya. Berjalan ke arah pintu lalu membukanya setelah sebelumnya mengucap syukur karena pintu kamarnya tak lagi dikunci dari luar. Baru menutup pintu dan berbalik, si pemuda mungil itu terkesiap saat mendapati sang kepala maid berdiri di hadapannya dengan tatapan selidik.

"Jinanie, kau mau kemana?"

Bukannya menjawab, Jinhwan malah melengkungkan bibirnya lalu kembali menangis seraya menghambur memeluk Yunhyeong. Sontak saja pria manis itu terkejut karena Jinhwan tiba-tiba saja sesenggukan di bahunya. Kedua tangannya pun naik membalas pelukan si mungil. Menepuk perlahan punggung sempit yang bergetar itu untuk menyalurkan ketenangan dan kenyamanan.

"Hyungie.. Hiks.. Maafkan Jinanie.."

Yunhyeong mengangkat kedua alis sebelum akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman keibuan.

"Kenapa kau minta maaf, hm?"

Ditengah isakannya Jinhwan menjawab. "Maaf karena membentakmu dan mengatakan hal yang menyakitkan tadi..."

I'm Yours, Master Where stories live. Discover now