Glad

12.4K 1.7K 56
                                    

"Sedang apa?" Zack mengangkat kepalanya, meneleng pada Arabella yang berbaring menatap langit-langit kamar.

Arabella menoleh sekilas. Ia kemudian mengembalikan tatapannya seperti semula. "Tidak apa-apa."

"Sudah sangat larut. Tidur," titah Zack.

"Tidak bisa," geleng Arabella. "Aku tidak mengantuk."

Zack bangkit untuk duduk bersandar di kepala ranjang. "Kemari."

Arabella menoleh. Menatap bingung Zack yang menepuk pahanya, menggesturnya agar beralih ke pangkuan penyihir itu. "Kau mau apa?"

"Kemari agar kau bisa tidur."

Arabella mengernyit namun tak urung menuruti kemauan Zack. Ia merengsek mendekat lalu memposisikan dirinya berbaring di pangkuan Zack dengan kepala bersandar di dada penyihir itu.

Zack menggerakan tangannya di depan wajah Arabella. Dan saat itulah Arabella menyadari apa yang tengah Zack lakukan. Sihir pengantar tidur.

"Jangan gunakan sihir." Arabella mengibaskan tangannya, dan seketika sihir Zack tersentak keluar.

Zack mengerjap takjub. "Bagaimana bisa?"

"Apa? Soal aku yang bisa menangkal sihirmu? Jangan bilang kau lupa bahwa sihirku yang terbelenggu sangat kuat dan sekarang belenggu itu sudah hancur," ucap Arabella angkuh.

Zack mengerti sekarang. Kalau begini akan jadi lebih susah. Zack mendesah.

"Kenapa? Kau tidak senang?" heran Arabella. Ia memutar tubuhnya hingga wajah mereka berhadapan.

"Senang." Zack mengelus pipi Arabella menggunakan punggung tangannya. "Tapi kalau seperti ini, akan lebih sulit mengontrolmu terlebih jika sisi gelapmu mengambil alih."

Arabella terdiam. Mata biru cerahnya menatap dalam iris hitam kelam Zack yang dibalas dengan tatapan yang sama dalamnya. "Kenapa?"

"Sihirmu sangat kuat. Mungkin hampir menyamai sihir asli milikku. Jika aku tak bisa mempengaruhi pikiranmu untuk tertidur seperti tadi, semua akan lebih sulit terutama sisi iblismu," jelas Zack.

"Seperti saat pertama kali itu? Kau tampak kesulitan menghadapi sisi iblisku." Arabella tersentak menyadari sesuatu. "Dan bagaimana aku bisa punya sisi gelap seperti itu?"

"Karena energi kehidupanmu berasal dari dalam tubuhku. Dan soal sisi iblismu yang pertama kali muncul, aku berfikir itu hanya karena kecenderungan sisi gelap yang jika pertama kali muncul memang akan sedikit lebih mengerikan. Aku tak menyangka itu dampak dari hancurnya belenggu sihirmu. " Ada ringisan kecil di akhir kalimat Zack.

"Apa semua penyihir punya sisi gelap?"

Zack menggeleng. "Tidak. Sisi gelap hanya ada jika penyihir itu cukup kuat untuk membagi tubuhnya."

"Aku tidak mengerti. Berarti sisi gelap itu punya kepribadian sendiri?"

"Sisi gelap adalah dirimu sendiri. Pikiran kalian satu namun dengan sifat yang sedikit berbeda. Sisi gelap cenderung memiliki sifat yang lebih keras," jelas Zack dengan sabar.

"Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Arabella cemas.

Zack tersenyum menawan. "Kalau kita sudah menikah aku bisa mengendalikanmu. Aku akan memperoleh sihirmu begitupun sebaliknya. Aku bisa mengontrolmu terutama saat kau membangkang."

Arabella tidak tahu mengapa wajahnya memanas begitu mendengar kalimat pertama Zack.
"Tapi..." Arabella bergumam. Ingin bertanya namun merasa malu atas pertanyaan itu.

"Ada apa?"

"Aku bukan makhluk abadi. Itu artinya jika aku mati, kau akan menikah lagi, 'kan?" Arabella menggigit bibir bawahnya.

Pathetic Destiny  [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt