Victim

13.4K 1.8K 67
                                    

Zack menegakkan punggungnya saat merasakan sesuatu tidak beres. Jantungnya tiba-tiba saja berdegup keras. Perasaan aneh merayap dalam dadanya.

Zack melirik pada Arabella yang berbaring di pangkuannya. Zack memang memposisikan Arabella seperti itu sementara ia mengerjakan tugas kerajaannya di meja kecil yang ia letakan di atas ranjang.

Perasaan yang seperti ini hanya Zack rasakan jika orang-orang terdekatnya, yang ia anggap penting, sedang dalam bahaya. Tetapi melihat Arabella yang baik-baik saja bersamanya saat ini membuat Zack kembali berfikir ulang akan alasan di balik perasaan ganjilnya.

Zack menggeser meja kayu di depannya ke samping. Mengangkat tubuh Arabella dari ranjangnya.

Arabella tampak mengerjap kebingungan. Namun Zack memberi tepukan ringan di atas kepalanya yang berarti 'tidak apa-apa'.

Zack segera berpindah dari kamarnya menuju kamar yang seharusnya Arabella tempati. Ia mendudukkan tubuh perempuan itu bersandar pada kepala ranjang.

Memberi kecupan ringan di puncak kepalanya, Zack kemudian mengirim sinyal panggilan pada Viana.

Tak lama, Viana muncul di hadapannya. Wanita itu kemudian menunduk hormat.

"Segala kehormatan menerima panggilan, Yang Mulia." Viana kemudian kembali menegak.

"Jaga dia. Dia sudah sudah sarapan. Selain itu belum melakukan apapun."

"Baik, Yang Mulia."

Kemudian tanpa aba-aba Zack menghilang dari sana. Ia memusatkan pikirannya yang membawanya pada istana tempat tinggal ayahnya.

Zack mengernyit. Apa yang terjadi hingga ia terbawa kemari? Zack semakin curiga saat langkah kakinya membawa tubuhnya berjalan menuju kamar ayahnya.

Zack segera membuka pintu kamar itu. Dengan penasaran matanya menjelajahi seisi kamar. Ia dibuat terbelalak menyaksikan keadaan Allura dan ayahnya.

"Allura?"

"Zack!" Panggil Allura langsung. Tubuhnya berdarah-darah dan penuh dengan luka. Sedang Edmunt tidak sadarkan diri dengan wajah begitu pucat.

Apa yang terjadi?

Zack masih menatap penuh keterkejutan. Rambut putih Allura perlahan kembali menghitam.

"Zack, bantu ayah!" Allura kembali berseru menyadarkan Zack. Zack berjalan tergesa menghampiri ranjang.

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu!"
Allura menjawab dengan sesenggukan.
"Tapi ini pasti ada pertukaran darah! Dan aku sungguh tidak tahu!"

Zack meneliti ruangan. Melihat darah yang mengalir di tubuh Allura juga secangkir teh di atas nakas membuat Zack mulai mengira-ngira.

"Kau meminum itu?"

Allura sontak mengangguk.
"Ayah bilang itu hanya teh biasa."

Zack melangkah mengamati secangkir teh tersebut. Dan ia menyadari adanya larutan darah ayahnya di sana.

Zack beralih pada ayahnya yang terbaring lemah. Ia memegang wajah pucat itu dengan perasaan getir. Bahkan tangannya hingga bergetar saat menyadari bahwa tubuh itu sudah kehilangan kehidupannya.

Zack melemas. Tubuhnya terduduk di lantai.

"Bantu ayah, Zack! Bantu-"

"Ayah sudah tidak ada," sela Zack langsung.
"Ayah sudah tidak ada. Tak ada yang bisa kita lakukan."

Allura sontak terbungkam. Air mata membanjiri wajahnya semakin deras. Isakkannya semakin jelas terdengar.

"Tidak mungkin..."
Allura mulai meraung keras. Menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa sang ayah.

Pathetic Destiny  [Completed]Where stories live. Discover now