Misery

12.4K 1.6K 34
                                    

"Kau tahu di mana Zack?" Arabella menatap pantulan dirinya di cermin meja rias kamarnya. Dari cermin itu jelas terlihat Vlyn, pelayan wanita pribadi Arabella, yang tengah menata rambutnya.

Seumur hidup Arabella, hanya di tempat inilah ia mendapat perlakuan layaknya seorang putri sungguhan.

"Yang Mulia tidak bilang apa-apa sebelum pergi, Tuan Putri. Mungkin sedang ada urusan penting yang mendesak," jawab Vlyn seadanya.

Arabella mendengus. "Urusan macam apa yang membuatnya tidak pulang selama seminggu penuh," kesal Arabella.

Vlyn tersenyum tipis. "Kerajaan Penyihir adalah kerajaan terbesar. Mungkin karena itu Yang Mulia sangat sibuk hingga belum bisa pulang."

Arabella sama sekali tidak bisa menerima alasan semacam itu."Apa sebelumnya Zack pernah pergi selama ini?"

Vlyn tampak berfikir. "Belum."

Arabella kembali mendengus kesal. Sebelum Arabella sadar saja Zack tidak pernah sesibuk ini. Dan saat Arabella sudah normal, Zack pergi selama seminggu tanpa menyempatkan diri untuk pulang. Dan yang lebih parah, Penyihir itu tidak berkata apapun sebelum menghilang hari itu.

Arabella tidak rindu padanya. Jelas tidak. Hanya kesal setengah mati. Garis bawahi, kesal.

Apa ini hanya karena Arabella membahas Nathan hari itu? Ia jelas tahu bahwa Zack tidak menyukai Nathan. Tapi bukankah Arabella sudah mengatakan kalau dirinya juga tidak menyukai pria dari Keluarga Bangsawan Angelo itu?

Tidak mungkin karena hal sepele seperti itu, 'kan?

"Apa dari sini menuju Kekaisaran Orvins jauh?" tanya Arabella. Biar saja. Jika Zack tidak mau mengantarnya, Arabella akan pergi sendiri.

"Tidak ada jarak dalam Kerajaan Penyihir, Tuan Putri. Kaum penyihir memiliki akses ke sini dengan berteleportasi di manapun mereka berada. Tetapi hal itu tidak berlaku untuk mereka yang half," jawab Vlyn.

Arabella melongo. "Tapi Zack pernah bilang tidak semua penyihir bisa berteleportasi."

"Memang tidak. Tetapi untuk menuju ke Kerajaan Penyihir, setiap kaum penyihir bisa melakukannya dengan bebas."

Arabella menghela nafasnya pasrah. Pupus sudah harapannya untuk berkunjung ke Orvins.

***

Arabella mengepalkan tangannya kuat. Ia berjanji sepenuh hati tidak akan berbicara pada Zack jika suatu saat penyihir itu pulang.

Apa Zack anggap ini lelucon? Apa jika ia muncul kembali secara tiba-tiba Zack akan menertawai Arabella yang tampak menyedihkan karena ditinggal seminggu penuh?

Jahat sekali. Seharusnya Zack tahu, Arabella tidak suka kesendirian. Seperti ini saja sudah mampu membuat hatinya berdenyut nyeri.

Arabella kembali dilempar pada perasaan yang menyerangnya setiap hari dulu. Tidak dianggap, adalah perasaan paling Arabella benci.

Arabella marah. Sangat marah sampai tanpa ia sadari air matanya menetes. Sekarang Arabella benar-benar malu pada dirinya sendiri.

Arabella berdiri sendiri di pinggir hamparan taman bunga yang cukup luas ini. Gelapnya malam yang hanya di sinari oleh lampu taman di dekatnya membuat Arabella tidak perlu takut kondisinya yang memalukan ini di lihat orang lain.

"Sial," umpat Arabella pada dirinya sendiri. Masih dengan wajah merengutnya Arabella mengusap kasar air matanya.

"Dasar jahat!" Kali ini Arabella menghentakkan kakinya kasar.

Pathetic Destiny  [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum