Shame

12.6K 1.6K 37
                                    

Arabella menunduk dalam. Pikirannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu. Kata-kata Zack yang sangat membekas di pikirannya tak mampu ia lupakan bahkan hingga sekarang.

Tadi saat Zack membawanya pulang, Arabella sempat bertanya perihal ia yang di bawa ke istana. Bahkan Arabella sampai berfikir bahwa ia telah melakukan kesalahan besar hingga harus menghadap raja atau kaisar. Zack bilang Arabella sedang berada di Kerajaan Penyihir.

Arabella sontak tertawa saat itu, "Kau pasti bercanda." Tapi melihat raut wajah Zack yang datar, Arabella terpaksa bungkam.

Bagaimana tidak heran? Kerajaan Penyihir adalah suatu hal yang dianggap sebagai mitos. Tidak ada yang pernah menemukan kerajaan penyihir bahkan sampai sekarang. Kaum penyihir pun hidup berbaur bersama manusia sebagai rakyat biasa.

Tapi lagi-lagi, Arabella dibuat terbungkam oleh jawaban Zack, "Kerajaan Penyihir adalah inti dari keseimbangan alam. Dan alam tunduk kepada raja penyihir."

Dan satu hal yang membuat Arabella melongo takjub adalah saat Zack memberinya jawaban perihal Zack yang tampak bebas keluar masuk istana. "Karena aku adalah Raja Penyihir."

Singkat, padat, jelas, dan datar namun mampu membuat Arabella tersedak air liurnya sendiri. Karena sialnya Zack tidak berbohong.

"Hanya penyihir istana saja kau sombong."

Arabella meringis. Nyalinya menciut seketika. Apa kabar dengan dirinya yang dulu sering sekali membanggakan diri sebagai Putri Kekaisaran dan menganggap Zack yang adalah Penyihir Istana lebih rendah darinya. Walau itu memang hanya candaan, tetap saja sekarang Arabella malu sendiri.

Yang ia ejek dulu adalah Seorang Putra Mahkota yang kelak akan menjadi pemegang kuasa atas alam. Kedudukan yang jauh lebih tinggi darinya. Bahkan saat ini Arabella sudah jauh lebih kecil dibanding dengan Zack.

Bagai Gajah dengan Semut.

Arabella bahkan yakin betul ia sudah bukan lagi seorang Putri Kekaisaran sekarang. Menghilang sepuluh hari saja tak ada yang mencarinya. Bagaimana dengan sepuluh tahun? Selesai sudah.

Zack yang seorang Raja Penyihir, di mana seluruh semesta tunduk padanya, dan Arabella, makhluk yang sudah tidak dianggap eksistensinya.

Sudah jelas perbedaannya, bukan?

Arabella mendengus. Apa-apaan Zack itu. Arabella sudah tidak ingin hidup tapi justru ditolong. Tidakkah Zack sadar bahwa kematian Arabella itupun karena memang Arabella yang membunuh dirinya sendiri.

Tidakkan itu cukup menyadarkan Zack betapa Arabella sudah bosan hidup?

Arabella sempat memiliki harapan perasaannya terbalaskan oleh Zack saat mengetahui penyihir itu yang menyelamatkan nyawanya. Namun harapan itu terpatahkan dengan kata-kata Zack yang bahkan berkata membencinya.

Memangnya kenapa Zack membencinya? Untuk pertanyaan yang satu itu saja Arabella tidak mampu menjawab.

Arabella mengusap wajahnya. Sial. Selalu saja air matanya mengalir jika mengingat itu.

"Menangis lagi?"

Arabella tersentak. Ia menghapus air matanya kasar saat tiba-tiba, Zack sudah ada di depannya.

"Hanya rindu rumahku," dusta Arabella.

Zack mendengus. "Kau pikir aku bodoh?"

Zack melangkah mendekati ranjang kemudian merebahkan punggungnya di sana. Sebelah lengannya terangkat menutupi wajahnya.

Arabella memperhatikan wajah Zack lamat-lamat. "Zack," panggilnya.

"Hm?"

"Aku tahu." Arabella menggigit bibir bawahnya. "Kau mencintaiku iya, 'kan?"

Pathetic Destiny  [Completed]Where stories live. Discover now