Everlasting

13.6K 1.9K 16
                                    

Sepuluh tahun yang berat pun berlalu. Sepuluh tahun dengan penantian dan harapan kosong, menjadikan Zack menjadi sosok Raja Penyihir yang begitu kejam.

Tidak ada ampun bagi setiap pelanggar peraturan. Sekecil apapun itu, hukuman mati adalah akibat dari setiap kesalahan.

Pribadi dingin Zack terbentuk semakin dalam. Tak ada raut lain selain datar nan dingin di wajah rupawan itu. Hatinya begitu beku, tidak tersentuh.

Yang ia lakukan hanya menunggu. Menunggu pemilik kehangatan itu mencairkan kembali kebekuan hatinya. Menunggu si pemilik senyuman menawan itu kembali dari tidur lelapnya selama sepuluh tahun.

Sisi iblis Zack lebih sering lepas kendali. Walau begitu, ia tumbuh menjadi raja yang arif dan bijaksana. Sisi iblis itu tetap ada. Namun bukan untuk menyiksa rakyatnya yang tidak bersalah.

"Ingatlah umurmu, Zack. Kau sewajarnya sudah menikah sekarang."

Zack menatap dingin ayahnya yang entah sejak kapan sudah menapaki lantai istana. "Aku makhluk abadi."

"Ayah punya calon Ratu yang cocok."

Zack memincingkan matanya. "Simpan untukmu sendiri."

Ayah Zack, Edmunt, menghela nafasnya mencoba bersabar.
"Memang ada apa denganmu? Bukankah sudah sepuluh tahun sejak gadis itu mati?"

Mendengar kalimat terkutuk itu, Zack bangkit dari kursi kebesarannya. Ia melangkah dengan murka pada Edmunt yang memandangnya tenang.

"Kau tidak tahu apa-apa." Zack.

"Jelas aku tahu."

Srang!

Cahaya hitam seketika melingkari leher Edmunt. Zack menatap wajah pucat ayahnya dengan begitu tajam. "Aku punya wewenang untuk membunuhmu jika kau tidak pergi."

Sihir itu menghilang. Zack berbalik kembali ke kursi takhta. Ia duduk dengan tenang menyaksikan Edmunt berlalu dari ruangannya.

Tak lama setelah kepergian ayahnya itu, seorang penyihir tangan kanan Zack memasuki ruangan lalu berlutut di hadapan takhta.

"Ada apa?"

"Ada tiga orang pencuri yang sudah kami tangkap, Yang Mulia."

"Di mana sekarang?" Zack bangkit berdiri.

"Ruang Eksekusi, Yang Mulia."

***

"AAAAARRGHH!!-- ampun, Y-yang Mulia."

Zack mempererat cengkeraman tangannya pada leher salah satu dari tiga pencuri itu. Sihirnya terus ia kerahkan membuat pencuri itu menjerit kesakitan.

Belati kesayangannya kembali muncul dalam genggaman tangan Zack. Tanpa ragu, Zack mengayunkan belati itu menusuk dada seorang pria dalam cengkeramannya.

BRAK!!

Pria itu lanjut mengerang kuat sembari menggeliat penuh kesakitan saat sihir dari belati itu terus menyakitinya tanpa ampun.

Dari ketiga pencuri itu, pria ini adalah yang kedua setelah seorang temannya yang Zack bunuh. Kini hanya tersisa satu pencuri lagi.

Zack beralih menatap seorang anak remaja yang berlutut memohon ampun. Merasa ditatap oleh Sang Raja, anak remaja itu mendongak memperlihatkan mata basahnya.

"Ampuni nyawa saya, Yang Mulia. Saya mengaku salah. Saya mencuri demi menghidupi adik saya yang sakit."

Zack menggeram. Tangannya kembali merih leher anak remaja itu.
"Apakah kurang bantuan dari istana pada setiap kalian yang membutuhkan?!"

Pathetic Destiny  [Completed]Where stories live. Discover now