Vision

13.5K 1.9K 6
                                    

Arabella bergerak gelisah dalam tidurnya. Bibirnya tak henti mengerang.

Entah apa yang membuatnya gelisah, tetapi Arabella merasa sesuatu menghampiri dirinya di dalam sana.

.

.

.

.

.

Penglihatan Arabella seluruhnya putih. Tak ada apapun bahkan tidak tahu kakinya berpijak pada apa.

Arabella memejamkan matanya, berusaha kembali dari alam mimpi. Ia yakin, sangat yakin bahwa ini hanya satu dari sekian banyak mimpi buruknya.

Arabella menarik nafasnya sedalam mungkin sebelum kemudian kembali menghembuskannya.

"Kau tidak bisa lari."

Kelopak mata Arabella kembali membuka. Ia tersentak saat wajah seorang wanita sudah berada sangat dekat dengan wajahnya. Hanya berjarak kurang dari satu jengkal.

Arabella mundur selangkah.

Namun wanita itu berpindah dengan jarak yang sama darinya seketika. Tanpa berjalan. Menghilang lalu dalam hitungan sepersekian detik sudah ada tepat di depannya.

"Kau tidak bisa menghindar."

Arabella tidak takut sama sekali. Ia balas menatap tajam netra hijau gelap wanita di depannya.

Tangan wanita itu terangkat menyentuh pipi tirus Arabella. Menatapnya lekat seolah mengagumi mangsanya.

Arabella menepis kasar tangan wanita itu. Mendapat perilaku demikian, sang wanita melayangkan tatapan tajamnya pada tatapan datar Arabella.

"Kau akan takluk...padaku."

"Bicaramu berlebihan."

Wanita itu justru tertawa.
"Kau akan takluk secepatnya. Kau senjataku."

"Sialan!"

Merasa geram, Arabella mengangkat kedua tangannya menebas wanita itu. Namun ia justru hanya meraup angin yang kosong. Tangannya menembus tubuh wanita itu.

Wanita itu kembali tertawa puas.
"Kau tak akan bisa melawan tuanmu."

"Kau bukan tuanku!"
Arabella menggeram.

Wanita itu tersenyum jahat.
"Sudah berjalan."

Sedetik kemudian tawanya menggelegar.
"Sudah terjadi."

Arabella menatap heran sekaligus benci wanita yang terus tertawa itu.

"Kau tak bisa lari, senjataku!"

Emosi Arabella mendidih. Dia paling benci jika dirinya diklaim sebagai milik seseorang. Terlebih sebagai senjata yang hanya digunakan demi kepentingan semata.

"Akan kubunuh kau!"

Arabella berusaha mengeluarkan sihirnya, namun wanita itu telah terlebih dahulu mencengkeram erat leher Arabella hingga ia merasa tubuhnya terangkat.

"Kau tak bisa menghindar lagi. Sudah dimulai."






Apa?




Apanya yang sudah dimulai?!











Tak ada yang peduli padamu, Arabella.

Arabella tersentak. Dadanya mencelos. Ia menoleh cepat mencari-cari asal suara menggema itu saat wanita bermata hijau tadi seketika menghilang.

Putri malang. Bahkan penyihir itu. Kau pikir dia peduli padamu?

Pathetic Destiny  [Completed]Where stories live. Discover now