Bab 2

3.5K 598 128
                                    

Play Mulmed
(Paul Kim - Every Day, Every Moment)

...

Jennie menatap sekelilingnya guna memastikan keadaan aman. Setelah melihat bahwa keadaan cukup kondusif, gadis itu berjalan mengendap-endap menuju perpustakaan. Lagi-lagi ia membolos jam pelajaran sebab merasa bosan dengan sosok tinggi penuh wibawa memuakkan Lee Teuk, sang guru sastra. Lalu ketika dirinya berbelok di salah satu lorong rak ujung, dirinya mendapati sosok yang minggu lalu telah menolongnya tengah duduk di salah satu meja yang ada sana. Tanpa membuang waktu, gadis itu pun mendekat dan mendudukkan diri di hadapan pemuda Kim itu.

"Halo!" sapanya dengan berbisik agar penjaga perpustakaan tidak memarahinya karena membuat keributan.

Pemuda itu mengangkat pandangannya dari buku dan mengernyit aneh ke arah gadis yang duduk di hadapannya itu tanpa menyahut.

Sombong sekali, pikir Jennie sedikit jengkel.

"Apa kau membolos juga?" tanya Jennie berusaha mencari topik pembicaraan. Syukurnya kali ini pemuda itu mau menjawab.

"Tidak," jawabnya kembali menatap buku.

Jennie menatapnya sedikit tidak percaya sebelum kembali bertanya, "Lalu kenapa di perpustakaan saat jam pelajaran berlangsung?"

"Menghabiskan jam kosong Guru Choi karena dia tidak masuk." Pemuda itu menghela napas sebentar sebelum mengangkat pandangannya dan balas bertanya—lebih karena terpaksa. "Kau?"

Sebagai gadis yang jujur, Jennie menganggukkan kepalanya. "Aku buruk di pelajaran sastra."

"Kalau begitu harusnya kau masuk. Kapan pintarnya kalau tidak mau mempelajari?" sindir Taehyung lalu bersikap acuh lagi dengan buku sialan di depannya.

Mendengar itu, Jennie lantas mengerucutkan bibirnya sebal. Padahal mereka tidak dekat, tapi bisa-bisanya pemuda ini bersikap sebegitu sinis terhadapnya. Bukankah harusnya saling bersikap baik antara satu sama lain? Sifat pemuda ini ibarat es di kutub utara, dingin sekali.

"Bicaramu sok sekali. Memangnya kau pintar di mata pelajaran sastra?" Tanya Jennie jengkel.

"Tidak terlalu, tapi setidaknya aku tidak membolos sepertimu."

"Hei, kau ada masalah apa sebenarnya padaku?" Lantaran kesal mendapat perkataan tajam seperti itu, Jennie akhirnya bertanya dengan nada tinggi hingga penjaga perpus dari ujung ruangan terdengar berdeham memperingati. Gadis Kim itu pun menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan.

Taehyung memberikan tatapan datarnya dan berkata dengan dingin, "Aku tidak suka pada gadis berisik. Jika kau datang ke sini hanya untuk membuat keributan, sebaiknya pilih tempat membolos lain. Aku masih baik membiarkanmu berkeliaran tanpa melaporkanmu pada guru."

Detik itu juga, Jennie sengaja memajukan tubuhnya untuk memberikan tatapan tajamnya kepada pemuda Kim itu. "Dasar menyebalkan!" katanya sebelum segera berlalu dari hadapan pemuda itu dengan langkah lebarnya.

Menatap kepergian gadis Kim itu, Taehyung tak kunjung mengeluarkan suara. Lalu setelah tubuh langsing itu menghilang di ujung lorong, ia mengusap kasar wajahnya, menghela napas, lalu bersandar pada kursinya dengan lemas. Sejujurnya, Taehyung tidak pernah tahu bagaimana harus bersikap pada orang baru di sekitarnya, terkhusus apabila orang tersebut adalah wanita. Rasanya canggung dan sangat tidak nyaman.

"Maaf."

🥀

"Demi apa pun, dia orang yang paling mengesalkan seumur hidup aku berinteraksi dengan sekitarku." Ucapan dengan nada penuh dendam itu disampaikan Jennie berapi-api pada Jaehyun.

Dear You, Kim Taehyung [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang