☘️ Empat ☘️

Mulai dari awal
                                    

"Ga, sini Mama rapiin dulu dasinya." Keysheva merapikan dasi yang dikenakan oleh Arga.

"Nah udah rapi, oh iya ini uang jajan buat kamu." Keysheva memberikan selembar uang berwarna merah kearah Arga.

Arga menatap uang itu sebentar, lalu ia beralih menatap kearah Keysheva, "Gak usah Ma, Arga udah dikasih sama Papa kok tadi," tolak Arga secara halus.

Keysheva menghela nafasnya pelan, ia tersenyum hangat kearah Arga. Arga memang berbeda dengan Via, dari dulu Arga tidak terlalu suka dimanja, berbeda dengan Via yang selalu ingin dimanja, semua kemauannya harus dituruti.

Keysheva tak bermaksud untuk membandingkan kedua anaknya, tapi memang kenyataannya seperti itu.

"Ma, Via berangkat Sekolah ya." Via mencium punggung tangan Keysheva, "Assalamualaikum Mama."

Keysheva tersenyum kearah Via, "Waalaikumsallam."

"Arga juga Ma." Arga mencium punggung tangan kanan Keysheva, "Assalamualaikum Mama cantik."

Keysheva terkekeh pelan mendengar ucapan Arga, "Waalaikumsallam."

Angkasa mendekat kearah Keysheva, "Aku berangkat duluan ya, kamu nanti bawa mobil sendiri?"

"Iya."

"Ya udah, hati-hati ya." Angkasa mengusap-usap puncak kepala Keysheva.

"Kamu juga hati-hati." Keysheva mencium punggung tangan Angkasa sebagai bentuk rasa hormatnya kepada sang suami.

Angkasa mengangguk pelan, "Iya, emm nanti—"

"Papa ayok..." rengek Via.

Angka memutar kedua bola matanya jengah, "Iya ayok. Aku duluan ya sayang."

"Iya, hati-hati, kalau udah selesai langsung pulang, jangan keluyuran, awas aja kamu," ancam Keysheva.

"Iya sayang astaga."

"Ya udah sana berangkat, ntar telat."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

***

Kaki Via melangkah di koridor Sekolahnya, senyuman tak pernah pudar dari bibirnya, setiap ada yang menyapanya, ia menyapa balik.

"Mau ke Kelas Vendo dulu ah, siapa tau udah ada Vendo," gumam Via.

Dengan langkah semangat ia menuju ke ruang kelas XII IPS 1.

Sesampainya didepan ruang kelas Vendo, Via celingak-celinguk menatap kearah ruang kelas tersebut, mencari keberadaan seseorang.

"Ngapain lo kesini," tegur seorang gadis yang kini berdiri disamping Via.

Via menatap kearah gadis itu, "Kak Maya? Eum Via lagi cari Vendo, hehe, Vendo belum ada ya Kak?" tanya Via sopan.

Maya menaikkan sebelah alisnya, "Gak bareng Vendo lo? Tumben? Marahan ya? Bagus deh."

"Hmm? Via sama Vendo gak marahan kok, kita masih temanan gak musuhan," sahut Via polos.

"Ck! Vendo gak ada, dia belum datang, mending lo ke kelas lo aja sana!" usir Maya.

"Maya, lo ngapain ngobrol sama adek kelas cupu ini," ucap seorang gadis yang datang menghampiri Maya.

"Dia nyari-nyari Vendo," jawab Maya.

Gadis yang memakai name tag Erista Natalie itu membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Ngapain lo masih bengong disitu? Udah sana pergi!" usir Maya sekali lagi, kali ini lebih tegas.

Via meneguk salivanya susah payah, ia mengangguk pelan, "Iya Kak, Via pergi dulu." Via membalikkan badannya, dan mulai melangkahkah kakinya.

"Via, ngapain lo disini? Vendo mana?" tegur seorang lelaki. Lelaki itu tak sendiri, ia bersama tiga orang lelaki lainnya.

"Vendo belum datang Kak, Via tadi gak bareng dia."

"Oh gitu, tumben lo gak bareng dia?"

"Vendo antarin Malvin dulu tadi, takut gak sempat kalau jemput Via, nanti telat katanya."

Lelaki itu mengangguk, "Gak mau nunggu Vendo?"

"Gak usah Kak Rafka, Via mau ke kelas aja, ntar bilangin Vendo ya kalau Via kesini," ucap Via sembari tersenyum.

"Jangan senyum-senyum gitu dong, ntar gue naksir," ucap Rafka asal.

"Gue aduin Vendo lu!" ujar Arya.

"Bercanda kali, baperan amat najis."

"Eumm Kak Rafka, Kak Jef, Kak Alfi, Kak Arya, Via ke kelas dulu ya, dadah." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Via langsung pergi dari hadapan Rafka, Jefran, Alfi, dan Arya.

"Lengkap amat tuh anak nyebutnya," gumam Jefran.

"Btw Vendo lama banget," ucap Alfi.

"Telat paling tuh anak, kuy masuk kelas."

Vendo for Via Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang