Menangis dengan isakan kecil. Bi Inah salut dengan ketabahan Vega, memang semenjak Vega lahir bundanya tidak mau memberikan cewek itu asi. Bayi yang masih lahir langsung diberi susu instan.

"Bi, kalau aku mati apa ada yang mau doain aku?" tanya Vega lirih.

Sesak, Bi Inah merasa sesak dengan pertanyaan yang diberikan Vega. Bi Inah tidak tahu lagi harus menjawab apa. Bi Inah percaya, setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Bi Inah terus berdo'a agar majikan kecilnya ini dapat merasakan bahagia yang tidak pernah cewek itu dapatkan, selain Archer.

Teriakan dari arah ruang makan membuat Bi Inah dengan segera menuju tempat itu. Bi Inah meninggalkan Vega karena takut akan dijadikan sasaran amukan dari majikannya.

Vega merebahkan tubuhnya di atas kasur, cewek itu melihat lengannya yang banyak akan goresan goresan silet yang tentunya sangat perih. Ia menghembuskan nafas kasar seraya mengelap air matanya, menangis dalam diam selalu Vega lakukan. Walau sebenarnya rapuh, cewek itu tetap bisa tersenyum dan tertawa seakan akan ia tidak mempunyai masalah.

"Satu persatu orang bakal ninggalin gue. Gue harap Archer dan sahabat gue gak akan pernah ninggalin gue," kata Vega lirih.

Vega mengambil ponselnya, kebiasaannya ketika sedang sedih adalah memutar lagu agar moodnya kembali naik. Tidak hanya memutar lagu, Vega mencoba mengirimi Archer pesan singkat. Ia ingin bertemu dengan cowok itu malam ini, tidak peduli nantinya akan dimarahi keluarganya.

VegaAurora: Archer?

Vega mengernyit bingung, tidak biasanya Archer lama menjawab pesannya. Sudah setengah jam cowok itu mengabaikan pesannya, tidak dijawab hanya dibaca saja.

VegaAurora: Ar?

VegaAurora: kok cuma diread doang? Aku ada salah sama kamu?

VegaAurora: Ar? Klo emang ada bilang ya:( aku gk bisa diginiin

VegaAurora: Archer? Jangan bikin aku khawatir:( maafin aku kalo ada salah, tapi aku mohon jangan sampai ada kata putus yang terucap dari bibirmu:)

Vega berdecak, ia ingin menangis hanya karena Archer mengabaikan pesannya. Bukannya ia lebay, hanya saja ia takut jika Archer akan memutuskannya. Vega tidak bucin, ia hanya takut sumber bahagianya akan pergi menjauhinya. Ia tidak mau Archer menjauhinya.

Vega menundukkan kepalanya dalam dalam, ia hanya ingin air mata sialan itu tidak lagi jatuh. Apapun yang berhubungan dengan Archer, ia akan menjadi sosok yang rapuh. Vega melirik ponselnya, Archer membalas pesannya hanya dengan tanda tanya membuat Vega semakin takut. Takut akan sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

VegaAurora: Kamu kenapa?

ArcherFerro: gue gpp.

Bukan lagi aku-kamu yang digunakan Archer tetapi lo-gue, itu artinya Archer benar benar marah padanya. Tapi sungguh, Vega benar-benar tak mengetahui apa yang membuat kekasihnya bersikap seperti ini.

VegaAurora: aku ke rumah kamu ya?"

ArcherFerro: gk ush.

VegaAurora: gpp, aku sekarang ke rumah kamu

Vega bergegas mengganti pakaiannya, ia tidak peduli jika orang tuanya melarangnya pergi. Karena ia memilih lewat pintu belakang untuk menghindari keluarganya yang berada di ruang tengah.

Untungnya ia sempat memesan ojek online tadi, jadi ia tidak akan menunggu terlalu lama. Di luar abang-abang ojek sudah menunggu Vega, dengan segera Vega menaiki motor dan menyuruh abang ojek segera menjalankan motornya.

Butuh waktu kira-kira tiga puluh menit untuk sampai di rumah Archer. Sesampainya di sana Vega langsung masuk ke dalam rumah Archer. Betapa terkejutnya ia saat melihat Archer yang tengah mabuk. Entah berapa botol yang sudah dihabiskan oleh cowok itu.

"Archer berhenti!" sentak Vega saat melihat Archer yang masih meneguk beernya.

Archer berdecih lalu berdiri menghampiri Vega.

"Goblok!" bentak Archer tepat di depan muka Vega.

Vega ketakutan, Archer di depannya saat ini bukanlah Archer yang seperi biasanya. Vega memegang pundak Archer tapi ditepis cowok itu dengan kasar.

"Kamu kenapa?" tanya Vega diiringi isakan kecilnya.

"Murahan!"

Deg.

Bagaikan ditusuk ribuan jarum, Vega merasa sakit di hatinya saat Archer berbicara kasar padanya. Vega tahu Archer mabuk dan tidak sadar mengatakan hal itu, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.

"Ar-"

"Kenapa harus Abim bangsat!" sentak Archer.

Vega tak kalah kaget, dari mana Archer tahu tentang hal itu?

Archer terdiam lalu menjambak rambutnya frustasi, ia kelepasan hingga membentak Vega dengan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. Tapi tetap, Archer masih gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu.

"Maaf," cicit Vega.

"Kamu salah paham, Ar," ucap Vega pelan.

"Kenapa harus Abim?" tanya Archer, kali ini suaranya bergetar.

Archer bisa berubah jadi bucin jika berhubungan dengan Vega. Buktinya, ia rela mabuk hanya karena salah paham.

"Aku nolak dia, kamu percaya kan sama aku?" tanya Vega menatap manik Archer lamat-lamat.

Pertahanan Archer seketika runtuh, ia tidak bisa kehilangan Vega. Archer lantas memeluk Vega dengan kuat, bahkan air matanya menetes. Mengapa ia berpikiran sempit seperti ini?

Sementara Vega membalas pelukan Archer, ia mengabaikan bau alkohol yang semerbak. Baunya mungkin menempel di bajunya, tapi Vega tak peduli.

"Aku sayang kamu, jangan pernah ada niat buat ninggalin aku," ujar Archer pelan.

"Aku juga, maaf harusnya aku bilang dari awal supaya kamu gak salah paham."

Tbc.

Vote and komen:)

Jangan siderr yaaa

I'M LONELY (REVISI) Where stories live. Discover now