27. Loving Without Being Loved

1.5K 117 6
                                    

Dan atas paksaan Ester yang tidak ingin nyawa seseorang melayang hanya karena seorang pemimpin mafia bernama Drake Russell, disinilah saat ini mereka berada. Di dalam klab De Vandal yang sepertinya tidak bisa disebut klab lagi.

Pecahan beling berserakan dimana-mana. Meja dan kursi sudah tidak jelas bentuknya. Dan beberapa orang yang hanya sibuk menonton tanpa berani mendekat pada tokoh utama dari segala kekacauan yang terjadi kini.

Drake menatap semua orang yang masih tidak menyadari kedatangannya dengan datar. Dia paling membenci situasi dimana orang lebih mementingkan tontonan daripada keselamatan mereka sendiri. Tidak sadarkah mereka jika perbuatan Vivian kali ini bisa saja merenggut nyawa? Atau hanya dirinya yang pernah melihat kegilaan seorang Vivian?

Entahlah.

Dan Vivian ini. Drake menghela nafas, wanita itu benar-benar berniat menghancurkan bisnisnya.

Oleh karena itu, tanpa buang-buang waktu lagi, Drake berdeham, membuat semua orang yang semula fokus pada Vivian menoleh padanya, si asal suara. Tak tanggung-tanggung, Vivian juga ikut menoleh.

Armand menghampiri Drake dan membungkuk sopan kepada tuannya itu. Namun, Drake hanya melirik tanpa berniat membalas.

Sementara di atas salah satu meja bar, Vivian tersenyum manis. Entah kenapa Drake menjadi lebih waspada pada wanita itu. Mungkin karena Ester sedang bersamanya saat ini?

"Privet, Mr. Drake!" sapa Vivian. "Akhirnya anda datang juga."

Drake membalas sapaan itu masih dengan wajah datarnya. "Apa kau sadar akan apa yang telah kau perbuat, Vivian?"

Vivian mengangguk dengan senang hati.

"Kalau begitu kau juga tahu bukan, bahwa gajimu selama 10 tahun pun tidak akan mampu membayar semua kerugian yang kau buat di sini?"

Lagi-lagi wanita itu mengangguk tanpa ragu.

"Hentikan semua ini. Sebelum aku benar-benar menendangmu keluar." ucap Drake.

"Kau tidak akan melakukannya, Drake." jawab Vivian percaya diri. Wanita itu turun dari meja bar dengan lenggokan andalannya sembari menuangkan wine pada gelas yang sejak tadi dia genggam. Kemudian Vivian menyerahkan gelas itu pada Drake.

"Kau terlalu percaya diri, Jalang."

Sekilas ada kemarahan yang muncul di mata Vivian. Namun, wanita itu berhasil menormalkan ekspresinya lagi. "Bersulang untukku, Drake."

Dan Drake tentu saja tidak melakukan permintaan yang lebih mirip perintah tersebut. Pria itu memberikan gelas yang semula ada di tangannya kepada Alec yang ada di balik punggung.

Saat itulah Vivian menyadari jika Drake tidak datang kemari sendirian. Melainkan ada dua orang yang bersamanya. Untuk Alec, Vivian sudah kenal, dia adalah tangan kanan Drake. Namun, gadis yang ada di sebelah Alec, Vivian seperti pernah melihatnya, tapi tidak tahu dimana.

Seolah bisa membaca pikiran Vivian, Drake kemudian berkata, "Gadis ini adalah gadis yang ada dalam lukisan yang semula kau kira itu adalah kau."

Seperti yang bisa ditebak, reaksi Vivian terlalu berlebihan. Wanita itu langsung melemparkan botol di tangannya ke arah Ester yang langsung ditangkap Drake dengan mudah.

Dan hanya sampai di sanalah batas kesabaran seorang Drake. Pria itu tanpa segan melempar botol di tangannya ke arah lantai.

"Apa kau tidak mengerti kalimatku.... Jalang?" tanya Drake masih dengan suaranya yang datar. "Berapa banyak lagi fasilitas barku yang akan kau rusak? Kau tahu bukan, aku tak cukup penyabar untuk menghadapi masalah seperti ini?"

TRAPPED BY MR.MAFIADär berättelser lever. Upptäck nu