25. I'm So Fucking Love You

1.7K 127 5
                                    

Drake tiba di halaman sebuah bangunan besar yang berada di tengah-tengah salah satu hutan di Moscow. Mengamati sejenak bangunan yang merupakan mansion itu, Drake menelan ludah, karena tak ada banyak hal yang berubah. Beberapa kenangan yang pernah terjadi di sana menyeruak tanpa ijin ke dalam pikiran Drake. Rata-rata kenangan tersebut adalah saat Drake bersama ibunya.

Benar sekali. Ini adalah rumah masa kecil Drake. Mansion yang ditempati sang ayah.

Beberapa penjaga yang berada di teras mansion langsung menghampiri Drake begitu tahu siapa yang turun dari mobil yang berhenti di halaman. Mereka memberi hormat pada Drake.

"Tidak perlu bertele-tele." ucap Drake datar. "Dimana bajingan itu?"

Beberapa penjaga itu saling melempar tatap. Mereka mengerti, sejak belasan tahun yang lalu hubungan Drake dan tuan mereka tidak pernah harmonis. Alhasil walau dengan berat hati, para penjaga itu mengantar Drake menuju sebuah ruangan yang menjadi tempat favorit sang tuan untuk menyendiri selama ini.

Drake mengikuti para penjaga itu sendirian. Sementara Alec dia perintahkan untuk menunggu di tempat semula, karena Drake juga tidak akan berlama-lama di sini.

Begitu sampai di depan pintu dengan ukiran rumit di permukaannya itu, penjaga yang mengantar mengatakan bahwa kemungkinan besar sang tuan ada di dalam. Kemudian mereka undur diri saat merasa tidak dibutuhkan lagi.

Tanpa babibu, Drake mendorong pintu di hadapannya dan tampaklah sebuah ruangan dengan beberapa barang di dalamnya. Tidak ada pria yang dicari Drake, oleh karena itu Drake berniat melihat-lihat ruangan tersebut sembari menunggu lelaki si tua bangka.

Ruangan yang diinjak Drake saat ini berisi meja dan kursi kerja , sofa, serta beberapa bingkai foto dan lukisan yang menggantung di temboknya.

Satu bingkai foto yang paling besar merupakan foto keluarga yang berisikan sang ayah, ibunya, dan Drake kecil. Ada juga beberapa foto sang ibu yang tengah tersenyum, sangat indah sehingga orang mengira pemilik senyum itu tidak membawa beban sedikitpun. Dan beberapa foto sisanya adalah foto-foto masa kecil Drake yang pria itupun lupa kapan foto itu diambil.

Sementara semua lukisan yang berjumlah enam buah itu, kesemuanya adalah karya yang dilukis sendiri oleh Drake. Walau beberapa di antara hanya berisi gambar tidak jelas karena Drake melukisnya sebelum dia pergi dari rumah ini.

Drake benci mengakui bahwa pemilik ruangan ini adalah ayahnya, karena di sini pria tua itu bertingkah seolah dia sangat menyayangi keluarganya. Padahal tidak.

"Benar-benar sebuah nostalgia bukan?"

Drake menoleh menuju asal suara dengan wajah datar. Terlihat tuan besar rumah ini masuk dengan cerutu yang senantiasa berada di tangannya kemudian menghampiri Drake.

Drake rasa tidak banyak yang berubah dari ayahnya, selain rambut yang hampir memutih sepenuhnya itu dan juga wajah tegas yang kini semakin dipenuhi kerutan.

"Selamat datang, Drake, Anakku." sambut ayahnya sembari merentangkan tangan, hendak memeluk Drake.

Drake memiringkan tubuh, menolak pelukan itu. "Aku datang kemari bukan untuk bermanis-manis denganmu, Tuan. Katakan, dimana Gadisku?"

Ayah Drake tertawa hambar kemudian menghisap cerutunya. "Kau masih tidak berubah, Drake. Seburuk apapun perlakuanku padamu dulu, itu hanya caraku untuk mendidikmu, terbukti sekarang kau menjadi orang yang hebat bahkan melebihi ayahmu sendiri. Namun, darahku tetap mengalir dalam nadimu. Aku ayahmu, kau anakku, aku tetap menyayangimu sebanyak apapun kau membenciku."

Drake menatap jengah pada ayahnya kemudian menjawab, "Aku tidak marah karena perlakuan burukmu padaku, Tua Bangka Sialan! Persetan dengan itu, kau membunuhku juga tidak masalah!"

TRAPPED BY MR.MAFIAWhere stories live. Discover now