23. His Father

1.3K 118 7
                                    

Ciro Tacconi berdiri dari tempat duduknya saat mendengar informasi yang dibawa oleh salah satu anak buahnya. Beberapa orang yang semula duduk bersamanya melakukan hal serupa saking terkejutnya.

Namun, sayang seribu sayang, Ciro dan para anak buahnya tidak memiliki banyak waktu untuk terkejut karena informasi yang baru saja disampaikan anak buahnya telah sampai di dalam ruangan Ciro sendiri.

Drake Russell bersama pelayan pribadinya, Alec. Masuk dengan santai ke dalam markas Ciro seolah sedang bertamu ke rumah kawan lama.

Drake menatap tajam ke segala penjuru arah. Memperhatikan beberapa orang yang menodongkan senjata padanya.

"Awalnya kukira aku salah memasuki bangunan." ucap Drake sebagai pembukaan. "Bangunan ini lebih mirip sebuah kandang sapi daripada sebuah markas."

Beberapa orang sudah bersiap menarik pelatuk pistol yang mereka todongkan pada Drake, tapi Ciro mengangkat tangannya, menyuruh mereka untuk menurunkan senjata mereka.

Walau gugup dan takut berbaur menjadi satu, Ciro tetap berusaha terlihat berwibawa di hadapan para anak buahnya. Dia tidak boleh lemah. Oleh karenanya, pria itu kemudian membalas ucapan Drake, "Kita sedang kedatangan seorang tamu hebat, tidak sopan jika kalian mengangkat senjata kalian begitu saja."

Drake tersenyum miring di tempatnya. Pria itu kemudian berkacak pinggang, tapi Ciro tahu benar Drake sedang bersiap dengan pistol yang ada di holster pinggang pria itu.

"Ada apa sampai bangunan yang mirip kandang sapi ini dihadiri langsung oleh Tuan Drake Russell yang terhormat?" tanya Ciro. "Kau tidak mungkin kemari hanya untuk berdiri dan berkacak pinggang di sana, bukan?"

"Baiklah, cukup basa-basinya." Drake menghela nafas. "Katakan, dimana kau menyembunyikan gadisku?"

Ciro berlagak terkejut akan pertanyaan Drake. "Gadismu? Kau yakin ada gadis yang mau bertahan di sisi seseorang yang sangat kejam sepertimu?"

Mendengar itu, Drake langsung mengeluarkan pistolnya. Ditodongkan pistol itu langsung pada sasarannya, yaitu Ciro, membuat anak buah Ciro yang melihat serta merta mengangkat senjata mereka kepada Drake.

"Oho!" Ciro mengangkat kedua tangannya. "Kau terlalu buru-buru, Russell."

"I know, I'm not."

"Baiklah, terserah apa katamu." Ciro mengendikkan bahu. "Tapi aku benar-benar  tidak tahu menahu tentang gadis yang kau maksud."

Drake mencari kebohongan di mata Ciro Tacconi, tapi pria itu tak menemukannya.

"Ada apa denganmu, Tuan Russell? Baru kali ini kau salah mencurigai orang, apa keawasanmu berkurang semenjak mengenal gadis buta itu?" cibir Ciro.

"Berkurang atau tidaknya keawasanku, bukan urusanmu." balas Drake. "Kau hanya perlu mengingat satu hal, berani menyentuh gadisku berarti kau menantang mautmu sendiri."

Ciro mengendikkan bahu. "Kau pikir ancamanmu berpengaruh padaku?"

Drake tidak membalas. Sepenuhnya pria tersebut mengabaikan pertanyaan Ciro dan berlalu pergi dari ruangan sempit itu. Alec berjaga-jaga, andai ada yang menyerang tuannya dari belakang. Namun, sampai akhirnya mereka memasuki mobil, tidak ada satupun peluru yang menyentuh Drake.

"Jika bukan Ciro, siapa lagi yang menculik Ester?" Drake bertanya frustasi.

Mengapa dia serta merta langsung menuduh Ciro Tacconi? Karena hanya pria itu yang setia menjadi rivalnya sejak dulu, menantang Drake, dan melakukan hal-hal gila agar De Vandal turun tahta dari puncak yang kini sedang ditempatinya.

"Tuan, orang yang membenci anda bukan hanya Ciro Tacconi, tetapi banyak. Jika anda mau, saya bisa menemani anda menemui mereka semua walau saya harus menyetir sepanjang malam."

Drake melirik sekilas pelayan pribadinya itu. Tak lama kemudian Drake mengangguk. Tak ada petunjuk, itu berarti tak ada bukti. Dan Drake hanya bisa menyelidiki semuanya dari nol.

Walaupun sebenarnya pria itu sudah menduga satu orang, Drake masih tak yakin betul.

♚♚♚

Ester sudah menyelesaikan acara mandinya dan langsung mengenakan pakaian yang disiapkan di atas ranjang oleh pelayan. Kini gadis itu kembali menjadi patung karena tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih pelayan itu tidak muncul lagi semenjak Ester keluar dari kamar mandi.

Berdiam diri tanpa melakukan apapun membuat Ester mau tak mau mengantuk. Baru saja tubuhnya akan rubuh ke belakang akibat mata yang perlahan tertutup, pintu kamar terbuka. Ester memfokuskan diri pada siapapun itu yang muncul.

"Selamat datang di mansionku, Nona."

Ester mengerutkan kening mendengar suara yang tidak pernah dia dengar sebelumnya itu. "Anda siapa?"

"Kau akan tahu nanti, saat si keparat Drake itu muncul."

"Drake?" Ester membeo. "M-maaf, aku tidak mengenalnya. Mungkin anda salah menangkap orang."

Suara tawa menggema di kamar itu. Ester bergidik ngeri mendengarnya.

"Aku tidak salah orang, Nona." jawab orang itu. "Ah, aku lupa sesuatu."

Ester menajamkan pendengarannya, berharap mengerti sedang ada di situasi macam apa dia ini.

"Kami mengenalnya sebagai Drake Russell, tapi kau mengenalnya sebagai Drian D'Angelo."

Ester menutup mulutnya, syok. Tidak mungkin Drian yang selama ini bersamanya adalah orang lain bukan? Terlebih Drake Russell? Siapa yang tidak mengenal nama itu dan keterlibatannya dalam banyak kasus kriminal?

"Aku tahu yang kau pikirkan." pria itu kembali bersuara. "Mereka bukan orang yang berbeda, Nona. Drake dan Drian yang kau kenal adalah satu. Drake Russell Drian D'Angelo. Hanya saja dia bisa menjadi pribadi yang berbeda saat bersamamu. Sedangkan padaku? Dia sungguh tidak tahu diri, seenaknya melupakan orang yang sudah membawanya pada puncak kesuksesan."

"A-apa maksud anda, Tuan?" tanya Ester dengan suara bergetar. "Drian adalah orang yang sangat baik, berbeda dengan yang kau ceritakan. Aku yakin kau salah paham tentang mereka. Drian tidak mungkin adalah Tuan Drake Russell."

Suara tawa kembali terdengar menggema. "Tentu saja semua orang mengenal Drake, termasuk orang buta sekalipun. Harus kuakui anak itu benar-benar hebat, tentu saja, dia lahir dari gen yang hebat pula."

"Tuan, tidak mungkin–"

"Tidak peduli sebanyak apapun kau menyangkal, memang inilah faktanya, Nona." potong pria itu. "Aku harus menceritakannya padamu dan kau harus menjauhi Drake karena berada di sisinya hanya akan membahayakan nyawamu."

"Lalu anda, kenapa anda menculikku?" tanya Ester, kali ini suaranya terdengar marah. "Urusan anda adalah dengan Drake atau Drian atau siapapun itu anda menyebutnya! Aku tidak ada hubungannya dengan ini semua! Kembalikan aku ke rumahku, aku ingin bertemu ibuku!"

"Bukan aku yang akan melakukannya." jawab pria itu. "Drake yang akan menjemputmu kemari."

"Dia tidak mungkin tahu ada dimana aku sekarang dan dia tidak mungkin datang!"

"Mengapa begitu?"

"Drake sedang ada di luar negeri."

Pria itu terkekeh singkat kemudian menjawab, "Kau terlalu buruk dalam menilainya, Nona."

Ester mengernyit.

"Putraku tidak mungkin sepengecut itu."

Satu lagi fakta yang menghantam kepala Ester.

Pria yang sejak tadi bicara dengannya adalah orangtua Drake.

Selamat datang, Masalah!

♚♚♚

Kira-kira kenapa hayo? Jangan lupa vote dan commentnya ya. Luv💜

TRAPPED BY MR.MAFIAWhere stories live. Discover now