14

877 86 27
                                    

Marinette Pov

Aku baru saja selesai dari belajar bersama Alya dan Nino. Serta guru mainstream terbaru kita, Cat Noir. Aku tak menyangka ternyata Cat Noir sangat ahli dalam Matematika. Dia menjelaskan semuanya secara detail sehingga kami bertiga faham dan semoga ujian besok lancar.

Cat Noir yang selama ini kutahu, orangnya ceroboh, sama sepertiku. Suka bercanda. Kadang dia tidak berpikir sebelum bertindak. Tapi dia banyak membantuku setiap aku kesulitan dalam menghadapi musuh kami. Seorang partner yang baik.

Aku berharap Adrien bisa datang. Dia pasti sangat suka. Aku tahu perasaannya jika orangtua melarang kita apa yang kita inginkan. Semua orang merasakan. Aku juga pernah merasakannya. Tapi aku terkadang juga berpikir, mungkin dia terlalu lelah dengan semua jadwal kegiatan diluar sekolahnya. Kuharap dia baik-baik saja.

Kring kring

Aku masuk kedalam toko rotiku. Ibuku langsung menyambutku, "Hai sayang! Bagaimana belajarnya?"

"Baik bu. Semua temanku datang kecuali Adrien." Jawabku sedikit lemas.

"Marinette?" Ucap seseorang menyapaku. Aku menatap seorang gadis berkerudung pink yang berada di depan kasir.

"Yaya? Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku setelah mengetahui orang yang menyapaku.

"Membeli roti. Aku tak tahu jika ini toko rotimu." Ucap Yaya menunjuk barang belanjaannya.

"Kau mengenalnya, sayang?" Tanya Sabine kepada Marinette.

"Iya Ibu. Dia temanku. Kita bertemu di Taste of Paris kemarin. Dia yang membantuku menangkap semua macaron yang jatuh karena kecerobohanku." Ucapku mengingag kejadian kemarin.

"Oh, itu tidak masalah Mari."

"Jadi, apakah kau yang menolong putriku dari lampu raksasa?" Tanya Sabine sedikit mendesak. Aku menepuk keningku. Astaga Ibu! Aku sudah berapa kali, jangan ingatkan kembali tentang kecelakaan itu!

"Tidak. Saat itu aku juga tidak tahu apa-apa." Jawab Yaya yakin. Sabine yang mendengarnya kecewa. Aku segera menenangkan Ibuku.

"Ibu, kita tidak tahu apa yang terjadi di sana. Semua orang juga tidak tahu. Kekuatan itulah yang menolongku. Bukan siapapun." Ucapku berusaha memahami isi pikiran Ibuku.

Ibuku hanya tersenyum."Ibu hanya bertanya, sayang. Jangan dianggap serius."

"Jadi, siapa namanya? Yaya? Jika kau mau, kau boleh main ke kamar Marinette untuk berbicara sebentar. Sekaligus menguatkan hubungan kalian." Ucap Sabine kepada Yaya. Aku menatap Yaya, menantikan jawaban Yaya. Yaya berpikir sejenak.

"Baiklah. Tapi sebentar saja." Aku tersenyum mendengar jawabannya. Aku pun menyuruhnya mengikutiku dari belakang. Membuka pintu belakang toko. Menaiki tangga. Dan sampailah di rumahku.

"Rumahmu apartemen?" Tanya Yaya melihatku sedang membuka knop pintu.

"Iya. Tapi hanya sederhana." Jawabku. Pintu terbuka, menampakan ruangan kecil, sederhana namun elegant.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mission in Paris [ FIN ]Where stories live. Discover now