10

911 93 8
                                    

At Hotel Le Grand Paris, sesaat sebelum serangan  Akuma.

Seseorang baru saja membersihkan dirinya di kamar mandi. Seorang gadis memakai celana jeans panjang dan kaos pink peach berlengan panjang dengan gambar kucing putih di ujung kanan baju tersebut. Gadis itu sedang mengeringkan rambut hitamnya yang basah dengan pengering rambut yang sudah tersedia dari Hotel. Tak lupa pintu kamar mandi ia kunci. Karena sekarang ia harus lebih berhati-hati terhadap laki-laki yang tinggal satu kamar dengannya. Ia harus lebih menjaga dirinya.

Yaya mengeringkan rambutnya sedikit demi sedikit agar keringnya bisa lebih merata. Dan tak lupa setiap bagian rambut yang sudah kering selalu ia sisir. Agar rambutnya terlihat lebih rapi. Seperti itu hingga semua bagian rambut terkena.

BOOM!

'Suara apa itu?' Batin Yaya dalam hati. Yaya sedikit takut dengan apa yang barusan terjadi. Ia merasa lantai yang ia pijak bergetar. 'Gempa bumi?'

Dengan cepat Yaya memakai kerudungnya. Dan keluar dari kamar mandi. Untunglah rambut Yaya sudah kering semua sehingga tak perlu khawatir rambutnya menjadi lembab karena basah.

"Perhatian, serangan Akuma. Serangan Akuma. Kepada seluruh tamu Hotel Le Grand Paris, harap memasuki kamarnya masing-masing." Suara alarma terdengar diseluruh ruangan Hotel. Yaya mengernyit, ada apa sebenarnya? Apa itu Akuma?

Yaya yang masih tenggelam dalam kebingunan ingin menguak semua yang terjadi. Dia melanggar perintah alarm. Yaya membuka pintu dan melihat sekelilingnya. Ada beberapa orang yang berlarian kesana kemari. Yaya kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Lebih meneliti lebih dalam kejadian sekitar.

Mr. Butler melewati Yaya, dengan mendorong sebuah gerobak yang berisi baju atau handuk putih milik Hotel, entahlah Yaya tidak tahu. "Permisi Mr. Butler."

Mr. Butler berhenti setelah Yaya berkata, "Ya? Ada yang bisa kubantu?"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Yaya kepo.

"Ada serangan Akuma. Saya sarankan Anda untuk tetap berada dikamar selama serangan berlangsung. Demi keselamatan Anda." Jelas Mr. Butler ramah. Yaya mengangguk paham. "Terimakasih."

Mr. Butler mengangguk dan kembali mendorong gerobaknya maju dan membelokkan dirinya ke arah kanan persimpangan lorong Hotel. Tepat Mr. Butler menghilang dari pandangan Yaya, muncul Boboiboy yang keluar dari lift sambil bersiul dan mendekati Yaya.

"Sudah kau dapatkan?" Tanya Yaya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Boboiboy mengangguk, mengeluarkan sebuah benda dari saku celananya. Sebuah flashdisk.

Yaya mengambil flashdisk tersebut dan masuk kembali kedalam kamar, diikuti Boboiboy yang menutup pintu kamar. Yaya membuka tasnya dan mengeluarkan laptop miliknya. Membawanya diatas kasur double bed yang Yaya duduk diatasnya. Menyalakannya dan menancapkan flashdisk yang ia terima pada tempatnya.

Mata Yaya kini fokus menatap layar laptopnya membuat Boboiboy merasa dikacangin dan dilalatin. "Kau sudah mandi, kan?" Tanya Boboiboy.

"Sudah." Jawab Yaya singkat.

"Kalau begitu aku mandi dulu. Jika kau melihat sesuatu yang ganjal teriak saja." Ucap Boboiboy memberikan penjelasan.

"Ya." Jawab Yaya masih memandang layar didepannya. Boboiboy menghela napas dan mengambil handuk serta pakaian yang akan ia gunakan. Membawa dirinya ke tempat dimana dia bisa berehat sejenak di bawah shower ataupun bathup.

Tangan Yaya dengan lihai menggeser mouse untuk menggerakkan panah dilayar laptopnya. Memencet beberapa file, software hingga aplikasi yang membuat orang lain yang kudet dengan teknologi menjadi bingung. Hingga beberapa lama setelah berkutat dengan layar, akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.

Mission in Paris [ FIN ]Where stories live. Discover now