[12]

71 17 2
                                    

Bukannya ini kali pertama aku naik bianglala dan pertama kali juga aku terkagum akan keindahan dari pemandangan yang kulihat dibalik jendelanya, tapi keindahan yang tersuguhkan di balik jendela bianglala ini sungguh membuatku tak berhenti berkedip.

Ladang lavender. Ladang gandum. Lautan biru. Gunung hijau. Langit biru dengan sedikit oranye.

Semuanya tampak menyatu, seakan berada di dalam lukisan saja. Aku tak henti-hentinya terkagum.

"Tak salah jika aku membawamu ke sini." Ucap Jin yang duduk di sampingku, ia sedang menahan tawa.

"Ini benar-benar hebat. Pemandanganya. Indah sekali. Saat aku naik bianglala di kota, pemandangannya tak seindah ini." Aku masih takjub memandang ke luar jendela, lalu aku beralih kepadanya. "Apa aku harus berterima kasih kepadamu? Kalau begitu, terima kasih Jin-ah."

Kali ini Jin menyemburkan tawa.

"Mengapa kau malah tertawa?" Aku merasa tersinggung.

"Reaksi Umji-ya itu selalu menggemaskan, ya." Pujinya. "Lucu."

Aku mendadak tersipu malu dan segera mengalihkan pandangan darinya.

"Umji-ya, kalau kuajak kau naik ini lagi, kau mau?" tanyanya.

Aku kembali menolehnya. "Tentu saja. Mengapa kau bertanya begitu?"

Dia diam sebentar, sebelum sudut bibirnya tertarik sedikit. "Ternyata lebih menyenangkan bila berjalan-jalan dan naik bianglala bersama seseorang ketimbang sendirian."

Aku pun juga ikut terdiam tatkala mendengar ucapannya. Terdengar sedih. Aku tak tahu alasan akan ucapannya tadi. Kami baru saja bertemu dua Minggu yang lalu, tak banyak yang aku tahu soal Jin dan aku jadi ingin lebih banyak tahu soalnya.

"Jin-ah, tak banyak yang aku tahu soalmu." Ucapku padanya.

"Memangnya apa yang ingin kau tahu tentangku?"

Gerbong yang kami naiki ini mulai turun.

"Seperti mengapa kau tak punya ponsel? Bukankah sulit untuk anak seusia kita melakukan komunikasi tanpa adanya ponsel? Apa kau selalu mengirim surat bila ingin berkomunikasi dengan orang lain? Selain memakan banyak waktu, tak ada orang yang mau menggunakan surat sebagai perantara berkomunikasi."

Jin malah tertawa mendengarku berbicara.

"Aku ini serius lho." Tegurku, merasa tersinggung.

"Aku pikir apa. Aku tak bisa membeli ponsel seperti yang kau punya."

"Mengapa? Kau tak punya uang untuk membeli ponsel?"

Dia hanya tersenyum tipis.

"Mau kubelikan ponsel?"

Dia segera mengibas-ngibas tangannya ke depan wajah. "Kau tak seharusnya melakukan itu. Jadi, kau ingin menanyakan apa lagi soal aku?"

"Kau punya pacar? Atau orang yang kau suka."

Seketika Jin tampak kaget. Pandangannya segera beralih ke depan. "Jika aku punya, kita tidak mungkin bersama sekarang."

Ah, benar juga. Kini malah pipiku yang terasa menghangat. Aku ingin mengganti pertanyaan saja.

"Alasanmu sering bolos sekolah? Hubunganmu dengan keluargamu maupun teman-temanmu, baik-baik saja? Dan nama aslimu? Aku tak tahu itu."

Segera ia menoleh ke arahku, memandangku dengan tatapan yang tak dapat kubaca. Apa Jin merasa tersinggung karena aku sudah semena-mena menanyakan tentang kehidupannya? Barangkali dia terganggu.

Aku pun mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Gerbong bianglala milik kami sudah hampir menyentuh tanah.

"Tak apa-apa jika kau tak mau menjawab, tapi aku merasa itu tidak adil..."

Dan ucapanku terputus saat mataku menangkap sosok yang kukenal di antara orang-orang yang memenuhi halaman taman hiburan. Gadis berambut sebahu dengan warna merah jambu, mengenakan seragam sekolah dan jaket selutut berwarna hitam. Dia setengah berlari, berhenti sebentar, memperhatikan situasi di sekitar dengan tampang cemas.

"Eunha-ya..."

Aku segera bangkit dari tempat duduk. Gerbong kami belum juga sampai tanah.

"Umji-ya, ada apa?"

"Aku melihat Eunha." Aku menunjuk sosok tersebut dari balik jendela. Jin ikut memperhatikan. Sosok tersebut kembali berlari, meninggalkan kerumunan.

Aku pun segera berlari sewaktu gerbong sudah mendarat ke tanah, membelah kerumunan hingga di gerbang taman hiburan. Sayangnya aku tak menemukan sosok itu lagi.[]

-------

Aku post ada 2 bab ya, 11 sama 12. Btw, selamat lebaranan. Mohon maaf lahir dan batin <3

Oh iya, jangan lupa mampir ke lapak 'Catatan Hati Seorang BUDDY'. Hehe.

TunnelΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα