49. Threat message

1.3K 57 6
                                    

Update nih, ada yang masih nungguin dan kawal cerita ini sampai tamat? Thankyou yaa!
Selamat membaca.


•••

Sudah tiga bulan dirinya menginjakkan kaki di sekolah ini. Sekolah favorit milik ayahnya. Keysa sedikit terkekeh ketika mengenang masa-masanya dulu di sekolah lama. Cewek itu selalu saja membuat ulah. Menjaili guru, bolos, pura-pura sakit atau makan di kelas ketika guru sempat mengajar. Entah kenapa akhir-akhir ini Keysa tidak melakukan hal-hal absurd itu. Malah cewek itu lebih banyak diam dengan melakukan hal -hal yang sepantasnya bermanfaat. Mungkin jiwa kedewasaannya kali ini berlangsung tumbuh. Menghilangkan sifat kekanak-kanakan yang ada di dalam tubuhnya. Dulu

Cewek itu memakan semangkuk bakso-nya. Ditemani keenam temannya yang juga ikut makan. Padahal kantin pagi ini masih sepi. Masih sedikit siswa maupun siswi yang berangkat ke sekolah. Dan mungkin tidak banyak dari mereka yang pergi ke kantin. Palingan hanya duduk-duduk di kelas sembari menunggu teman-temannya yang lain datang.

"Eh btw elo masih marahan sama Vano?" ujar Asya berbicara. Memecah keheningan yang kian terjadi. Kelima temannya yang lain hanya menoleh ketika Asya sempat-sempatnya berbicara, padahal cewek itu sedang makan dengan lahapnya.

"Enggak, kita udah baikan."

Ucapan itu membuat Asya melongo. Lantas menggebrak meja. "Cepet banget damainya, kemarin aja baru satu hari. Kok sekarang udah baikan aja," ujarnya mencelos. Membuat yang lainnya tertawa atas ketidaksetujuan Asya. Keysa geleng-geleng kepala.

"Emang kayak elo, pacaran mirip kucing sama tikus gelut mulu. Kagak ada mesra-mesranya KDRT mulu," kekehnya. Asya mendelik ke arah Keysa.

"Oh ya, Asya udah pacaran sama Fafa. Lah gue kapan dong!" ujar Salma memberenggut.

"Lah? elo udah putus sama-" ujar Keysa terpotong. Asya menyenggol lengan Keysa supaya tidak diteruskan. Pasti tahu lah penyebabnya apa. Salma paling tidak suka jika masalalunya diungkit-ungkit apalagi mengenai si Mantan yang mungkin belum bisa membuatnya move on

"Eh 3 bulan lagi kita lulus ya, pada mau kuliah dimana nih?" ujar Natha meminum es jeruknya. Cewek itu terlihat santai dan nampak relaks.

"Gue enggak tahu, tapi kata mama- gue suruh ambil jurusan-fakultas kedokteran atau sastra Indonesia, kalau kalian gimana?" ujar Keysa melirik keenam temannya. Asya mengangkat bahunya acuh. Cewek itu masih bingung,

"Apa gue masuk jurnalis aja? Gue sih pengen jadi wartawan," ujar Asya berbicara.

"Elo di UI aja bareng gue gimana, Sya? Gue sih mau masuk fakultas ekonomi. Pengen aja nyari hal baru," ujar Natha balas bicara.

"Gue mau masuk UGM woy, lagipula rumah nenek buyut gue di Jogja. Deket juga ama tuh kampus!" ujar Asya menggebu-gebu.

"Yah, terus yang lainnya ada yang sama gak sama gue? Pengen bareng gitu kita sekampus!" ujar Natha mencemberutkan bibirnya. "Alena? Elo mau dimana? Jangan diem aja elah!" lanjutnya lagi. Memang Alena itu selalu saja diam, tidak banyak bicara. Tapi sedikit saja-lah Natha juga ingin pendapat dari teman-temannya yang lain.

"Gue ngelanjutin kuliah di Inggris," ujar Alena dingin. Asya pun melongo.

"Ha? Gila lo mau di sana Al?" ujar Asya menggeleng-gelengkan wajahnya tak percaya. Dia tahu, Alena memang pintar sejak dia bertemu dengan cewek dingin itu. Meskipun dingin dia hangat pada sahabat-sahabatnya. Alena anak yang rajin, tidak banyak omong, dan memiliki IQ di atas rata-rata. Tidak salah jika Alena selalu mengikuti perlombaan-perlombaan antar sekolah di bidang akademik. Contohnya pada Olimpiade MIPA yang di adakan antar sekolah. Cewek itu selalu saja memenangkan perlombaan. Memang otak jenius! Bahkan, Alena sampai dikirim untuk mengikuti perlombaan di ajang sience yang diadakan di Malaysia.

KEYVANO [Selesai] Where stories live. Discover now