21. Shocked

98 27 7
                                    

Silent readers yok munculkan eksistensimu:D

—Selamat Membaca—

Jauh pada hari sebelumnya, kehadirannya memang dinanti, tetapi untuk saat ini, terlalu mengejutkan jika tiba-tiba ia menampakkan diri.

***

Suasana yang semula terasa bahagia kini berganti menjadi kekhawatiran yang makin mendera. Winter, Althaf, dan Fawwaz duduk di sofa panjang di ruang rawat inap Aleta. Disertai Ammar dan juga istrinya--May. Ammar dan May yang saat itu tengah sibuk dengan pekerjaan segera berangkat ke rumah sakit ketika mendapatkan kabar bahwa Aleta jatuh pingsan dari Winter. Sementara Aleta, wanita itu saat ini terbaring lemah di brankar rumah sakit, tertidur karena pengaruh obat, dengan wajahnya yang kian kuyu dan pucat.

"Tadi dokter mengatakan kepadaku kalau sel kanker di tubuh Aleta telah menyebar jauh hingga organ tubuh lainnya. Itu artinya kanker kolorektal yang diderita oleh Aleta telah mencapai stadium empat.

"Operasi pengangkatan jaringan kanker pada usus besar beserta jaringan sehat di sekitarnya adalah salah satu jalan pengobatan yang harus Aleta lakukan, ditambah dengan serangkaian kemoterapi untuk menghilangkan sel-sel kanker yang tersisa," terang Ammar, yang merupakan satu-satunya orang di antara mereka yang mendapatkan informasi itu langsung dari dokter setelah Aleta diperiksa.

"Apa enggak ada jalan lain selain operasi, Mas?" tanya May usai mendengar penjelasan dari suaminya.

"Sebenarnya ada, May. Dokter tadi sempat menyarankan juga agar kita membawa Aleta ke China, lebih tepatnya St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Metode pengobatan yang digunakan di sana tanpa melibatkan operasi. Melainkan metode intervensi, imunoterapi, dan cryosurgery."

Winter menghela napasnya. Gadis yang sedari tadi diam dan berperan sebagai pendengar itu sesungguhnya tidak sepenuhnya paham dengan apa yang Ammar jelaskan, tetapi ia ingin tahu jalan pengobatan semacam apa yang terbaik untuk Aleta. Winter hanya ingin Aleta cepat sembuh dan kembali seperti sedia kala.

"Menurut Om Ammar, perawatan yang mana yang terbaik untuk tante Aleta? Yang kira-kira bisa bikin tante Aleta cepat sembuh, Om." Winter menggigit bibir bawahnya ketika merasakan suaranya hampir bergetar. Gadis itu tidak pernah membayangkan bahwa sosok yang sangat ia sayangi itu menderita salah satu penyakit mematikan.

Ammar tampak mengusap wajahnya, lalu mengembuskan napasnya perlahan. Pria itu tahu bagaimana perasaan keponakannya yang satu itu. Aleta terlampau dekat dengan Winter. Membuat keduanya seolah melekat dan tak bisa terpisahkan. Meskipun Shamora selalu berusaha memberikan jarak di antara keduanya.

"Sebetulnya enggak ada yang bisa menjamin pengobatan seperti apa yang membuat Aleta cepat sembuh, Winter, tapi Om berharap Aleta berkenan jika diajak melakukan pengobatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Namun, Om sedikit ragu mengenai hal itu. Tante kamu yang satu itu terkadang terlalu sulit untuk ditebak, Winter. Entah apa jawaban yang akan ia berikan nantinya."

Ammar mengalihkan pandangannya dari Winter ke arah Aleta yang terbaring di brankar rumah sakit. Tidak akan ada yang merasa baik-baik saja ketika salah satu orang terdekat menderita penyakit mematikan. Terbaring lemah dan tak berdaya.

Setelah Ammar menyelesaikan ucapannya, tak ada lagi yang bersuara. Semuanya diam, masing-masing menyorotkan netranya kepada Aleta. Fawwaz yang sejak tadi tidak angkat bicara adalah salah satu di antaranya. Bahkan, sorot mata pria itu sarat akan kekhawatiran yang mendalam.

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang