7. Alasan dan Sugesti

135 49 5
                                    

Tekan bintang dulu, yaps!

Selamat Membaca

Di luasnya semesta ini, pasti ada saja yang menganggap orang lain mempunyai sugesti terhadap dirinya sendiri. Yang menjadikan adanya alasan sebagai jalan untuk tetap bertahan.

***

Suasana ruang inap Teratai 2 kini terasa lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Winter pula telah berhenti dari acara tangis-menangis. Akan tetapi, gadis dengan sorot mata cokelat terang itu terlalu enggan untuk beranjak dari brankar Aleta. Hingga kini keduanya tengah menyandarkan punggung mereka di kepala brankar, dengan Winter yang berada di sisi kanan Aleta dan didekap dari samping oleh wanita berusia 40 tahun lebih, yang masih tampak cantik meski sedang diserang oleh penyakit.

Sementara Mauza, duduk di sofa yang juga tersedia di ruangan itu bersama dengan May--istri Ammar. Sejak beberapa saat lalu mereka berdua sudah saling bertukar kata dan terlibat pembicaraan ringan.

Sedangkan Ammar telah berlalu dari ruangan tersebut disebabkan oleh urusan pekerjaan yang tiba-tiba memanggilnya. Winter tahu, omnya yang satu itu sebelas duabelas dengan mamanya. Jika Shamora pemilik Amor Corporation yang merupakan salah satu perusahaan besar dan ternama, lain hal dengan Ammar yang merupakan pemilik beberapa pusat pembelanjaan dan perhotelan yang tersebar di lima kota besar di Indonesia. Keduanya sama-sama sibuk, tetapi yang membedakan adalah Ammar yang tetap berusaha meluangkan waktu untuk keluarga.

"Nah, sekarang Winter cerita gimana bisa tiba-tiba ada di sini? Mama kamu tahu kamu ada di sini? Sudah izin dengan papakah?" tanya Aleta lembut. Tangannya tidak henti mengusap puncak kepala Winter dengan kasih sayang. Kebiasaan kecil yang selalu Winter sukai.

Mendapati Winter yang menggelengkan kepalanya pelan, Aleta mengembuskan napas. Sudah ia duga, kakak perempuannya yang merupakan mama dari gadis di dekapan ini tidak mungkin semudah itu membiarkan putrinya kembali bertemu dengannya. Memikirkan hal itu sekonyong-konyong kepala Aleta terasa nyeri.

"Tante enggak perlu memikirkan itu. Nanti mama dan papa pasti aku kasih tau, kok, tapi enggak untuk sekarang," kata Winter ketika Aleta mengurut dahinya sendiri. "Tante Aleta fokus sama kesembuhan Tante aja, ya," sambungnya pelan.

"Aduh ... kalau begini caranya, gimana Tante enggak bisa buat enggak sayang sama kamu?" kekeh Aleta lalu mengecup pelipis Winter gemas.

"Ya, berarti Tante Aleta harus dan selalu sayang sama Winter," cetus Winter membuat Aleta tak kuasa untuk tidak mendekap erat gadis itu.

Gadis berambut keriting panjang yang merupakan keponakannya ini memang terlampau dekat dengannya. Takdir dan keadaan di masa lalulah yang membuat keduanya seolah saling merekat antara satu sama lain.

Dalam kondisi tubuhnya yang saat ini dirongrong oleh sel kanker, mungkin hanya Winter dan keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan Shamora--mama Winter--lah yang mampu ia jadikan alasan sebagai motivasi untuk bisa sembuh. Sesegera mungkin.

***

Akhir pekan telah berlalu. Waktunya untuk Winter kembali menyambut hari baru. Lapangan outdoor SMA Buana Bestari pagi itu telah terisi sepenuhnya oleh siswa-siswi berseragam putih abu-abu dan topi SMA, yang berbaris rapi sesuai kelas masing-masing.

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang