20. Double Date

99 27 5
                                    

-Selamat Membaca-

Banyak hal bisa saja terjadi di semesta ini. Seperti awalnya mungkin bahagia, sebelum kemudian tragedi yang tak pernah dikira perlahan menghampiri.

***

Kosong dan tidak ada siapa-siapa. Itulah yang Althaf dan Winter temukan setelah membuka pintu ruang rawat inap Aleta. Brankar rumah sakit yang biasanya menjadi tempat berbaring Aleta pun tak berpenghuni. Begitu pula dengan kursi dan juga sofa panjang yang ada di ruangan tersebut.

"Tante Aleta udah pulang kali, Win," ucap Althaf memandang gadis berambut keriting panjang yang berdiri di sebelahnya.

Winter menggelengkan kepalanya. "Enggak mungkin, Thaf. Tante Aleta masih harus menjalani perawatan lebih lanjut."

"Coba lo telepon, deh," usul Althaf yang langsung diiakan oleh Winter. Pemuda itu mendudukkan dirinya di sofa panjang, diikuti oleh Winter kemudian.

Baru saja Winter mengaktifkan gawainya dan satu notifikasi muncul di layar benda pipih tersebut. Dari Aleta, yang mengatakan bahwa wanita itu sedang berada di rooftop rumah sakit bersama dengan Fawwaz. Akhir-akhir ini, terhitung sejak pertemuan mereka dengan Fawwaz beberapa pekan yang lalu, dua sosok paruh baya itu tampak makin dekat. Winter tebak, Aleta dan Fawwaz telah menjalin hubungan yang lebih serius.

"Tante Aleta ternyata lagi ada di rooftop rumah sakit sama om Fawwaz, Thaf."

Althaf menganggukkan kepalanya. Usai menutup pintu ruang rawat inap Aleta, keduanya kembali menyusuri koridor rumah sakit, masuk ke dalam lift, lalu menaiki undakan anak tangga hingga akhirnya tiba di tempat yang Aleta maksud.

Semilir angin sontak saja menyapa keduanya. Langit berwarna biru cerah terbentang di atas sana. Akan tetapi, ada yang lebih menarik perhatian Winter. Tepat sekitar lima meter darinya dan Althaf berdiri. Terdapat satu meja berkain merah, berbentuk persegi panjang, tersusun beberapa menu makanan dan minuman. Disertai dua kursi di masing-masing sisi panjang meja. Aleta dan Fawwaz telah menempati dua kursinya.

Winter bergegas menarik tangan Althaf menghampiri mereka. "Wih, ada apaan, nih, Tan, Om?" tanya Winter dengan raut wajah antusias.

Satu kekehan keluar dari mulut Fawwaz. "Tante kamu ini, Winter, katanya mau makan di luar. Bosan terus-terusan diam di ruangan."

"Pengin keluar area rumah sakit, Winter, tapi enggak dibolehin sama Dokter," tambah Aleta sembari tersenyum. Dapat Winter lihat, adanya kebahagiaan yang tersirat dari wajah Aleta yang tampak lebih berbinar hari ini.

Althaf yang sedari tadi diam berdeham, mengalihkan atensi tiga orang tersebut. "Kayaknya ini bukan cuma acara makan-makan biasa ya, Tan, Om." Mata pemuda itu mengerling jahil. "Bau-bau ...." gantung pemuda itu.

"Iya, Althaf," sahut Fawwaz setelahnya.

Tebakan Winter dan juga Althaf rupanya tepat sasaran. Dua sosok paruh baya itu telah menjalin hubungan yang lebih serius.

"Yah ... berarti kalau Winter sama Althaf di sini, bakalan ganggu Tante Aleta dan Om Fawwaz, dong." Wajah Winter mengungkapkan bahwa gadis itu merasa tidak enak. Winter menatap bingung sesaat Aleta justru tergelak setelah mendengar ucapannya.

"Tante enggak mungkin lupain keponakan tersayang Tante yang satu ini." Tangan Aleta bergerak mengusap lembut rambut keriting panjang Winter. "Lagian kamu, 'kan, memang setiap akhir pekan jenguk Tante. Jadi, sekalian aja. Lumayan, tuh, kamu juga bareng Althaf," sambung wanita itu sembari melirik Althaf.

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang