33. Seno Jaebi💌

1.5K 170 48
                                    

Helen melangkahkan kakinya menuju ke gerbang sekolah. Seketika langkahnya terhenti di parkiran saat ada laki-laki yang menghadangnya sambil tersenyum manis. Helen menghela napas pelan lalu melanjutkan lagi langkahnya, namun laki-laki itu dengan sigap menahan lengan Helen. Mahen melepas cekalannya saat Helen sudah berbalik menghadapnya kembali.

"Ada apa, Mahen?" tanya Helen dengan senyum yang dipaksakan.

"Abis nangis ya? Sembab gitu mata lo."

Helen menggelengkan kepalanya cepat lalu terkekeh pelan. "Enggak kok. Masa iya nangis, dari tadi kan gue belajar."

Mahen meneliti wajah Helen. Mata sembab dan bibir pucat. "Mau gue antar pulang?"

Helen terdiam saat bola matanya tak sengaja melihat keberadaan Seha yang tidak terlalu jauh dengan keberadaan dirinya. Seha tersenyum sinis lalu mengibaskan rambutnya dengan gaya songong. Helen mendelik kesal lalu menatap Mahen kembali. "Gue balik sendiri aja deh. Makasih ya udah nawarin. Gue duluan."

"Hati-hati!"

Dengan langkah cepat Helen meninggalkan keberadaan Mahen. Bibirnya komat-kamit karena kesal dengan ulah Seha. Bukannya ia takut, tapi ia malas saja jika harus berurusan kembali dengan perempuan licik itu. "Mana ada cowok yang mau sama cewek model begituan! Penampilannya aja udah kaya nenek lampir. Kurus, kulit putih pucet, rambut panjang, jahat lagi! Hih, kesel gue lama-lama."

Helen tersentak kaget saat lagi-lagi tangannya ditarik menuju motor besar berwarna merah yang terparkir di depan gerbang. Laki-laki itu menaiki motornya, lalu menatap Helen yang masih berdiri dengan wajah kesal.

"Naik."

Helen menggelengkan kepalanya cepat sambil bersedekap dada.

Aldi menarik kembali tangan Helen agar lebih dekat lagi dengan dirinya. "Naik, Helen."

"Enggak!"

"Udah sih, Kak. Naik aja. Ntar gue bilang ke bunda kalo lo mau main dulu sama Bang Aldi. Pasti diizinin kok, Bang Aldi kan kesayangannya Bunda," sahut Teyo yang sedang duduk di atas motornya. Tepat di samping motor Aldi.

"Tuh, ayo dah!" kata Aldi menyetujui ucapan Teyo.

Helen berdecak kesal. "Enggak mau Aldi gak mauuu!"

"Ayo, sayang," kata Aldi dengan suara selembut mungkin.

Helen mendelik kesal mendengarnya. Sedangkan Aldi dan Teyo sudah tertawa melihat wajah Helen yang menahan kesal.

"Cium aja tuh, Bang. Dari pada lama," usul Teyo lalu tertawa lagi saat mendapat tatapan tajam dari kakaknya.

Dengan kesal Helen menaiki motor Aldi. Dari pada dicium, lebih baik ia mengikuti saja permintaan Aldi apa.

💌💌💌

"Lo anggap gue sahabat gak?" tanya Aldi sambil menatap Helen yang sedari tadi hanya diam memandang air kolam.

Helen hanya menganggukkan kepalanya. Kakinya ia celupkan ke dalam air kolam sambil diayun-ayunkan.

"Lo anggap gue tempat curhat kan?" tanya Aldi lagi.

Helen menganggukkan kepalanya tanpa menatap Aldi.

Aldi menggigit pipi bagian dalamnya lalu tersenyum jahil. "Terus, lo anggap gue sebagai suami gak?"

Helen mengangguk, namun sedetik kemudian ia menatap Aldi yang berada di sampingnya, tangannya mencubit perut Aldi dengan kencang.

Aldi terkekeh kecil sambil mengusap perutnya yang panas. "Becanda gue, Hel." Jeda sejenak. "Kenapa lo gak mau cerita kalo lo anggap gue sahabat?"

Mr. Bandana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang