2. Bola Basket💌

4.8K 378 18
                                    


“Gila, pengap banget disana,” gerutu Helen sambil mengatur napasnya lalu mengusap keringat di dahinya menggunakan punggung tangannya begitu juga dengan Nita. Mereka memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di kursi yang ada di depan UKS.

“Kalian dari sana? Ada apa sih?” tanya Adiba yang baru saja datang.

Helen membuka resleting tasnya untuk mencari sesuatu. Setelah dapat ia membukanya, lalu berkata, "Bentar, gue mau minum dulu." Adiba menganggukkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Helen.

“Biar gue aja deh yang jelasinnya, Hel.” Nita menatap Adiba, begitu juga dengan Adiba. ”Jadi gini, Dib. Minggu depan itu ada lomba bazar bertema. Sekolah lain juga ikut, karna emang sekolah kita yang ngadain. Terus kita disuruh bikin kelompok. Kelompok yang paling bagus ngasih ide buat tema bazar, mereka yang bakalan ngewakilin sekolah kita. Satu kelompok minimal 15 orang, maksimal 20 orang, itu banyak banget sih menurut gue. Dengan orang yang banyak gitu, kita harus manfaatin sebaik-baiknya, terus bikin sesuatu yang beda, biar menarik pembeli juga ya kan?”

Adiba mengangguk paham. ”Gimana kalo kita ikutan lomba bazar bertema itu?”

Helen mengangguk antusias. "Ide bagus, tuh. Eh Nit, nanti lo kasih tau ide ini ke Bilan sama Aldi. Biar Regan gue yang kasih tau. Terus nanti kita cari-cari orang lagi."

“Siap.”

💌💌💌

Helen berjalan di koridor bersama Adiba dan juga Nita. Kelas Helen dan Nita tidak berjauhan, kelas mereka hanya terpisah satu kelas saja. Helen tak henti-hentinya berceloteh membayangkan apabila nanti kelompoknya akan terpilih untuk mewakili sekolahnya. Pasti itu pengalaman sangat seru selama ia bersekolah disana.

Langkahnya terhenti saat seseorang memegang tangan Helen. Helen membalikkan badannya lantas memekik kaget, sampai-sampai ia memejamkan matanya. ”Astaghfirullah, Ya Allah, masih pagi udah dikasih penampakan aja.”

Aldi melepaskan cekalannya sambil tersenyum manis. ”Hai, cantik.”

“Ck, ngapain sih lo pegang-pegang?! Minggir sono lo, jauh-jauh dari gue!” usir Helen sambil membalikkan tubuh Aldi lalu mendorong punggungnya, namun Aldi tak bergerak sedikitpun, tenaga macam apa yang dimiliki Aldi? Atau sebenarnya tenaga Helen yang lemah?

Aldi membalikkan badannya lagi. ”Biasanya juga lo gak bisa jauh-jauh dari gue,” katanya sambil menaik turunkan alisnya.

"Alay tau gak!"

“Enggak, tuh!”

Nita bersedekap dada sambil menatap Adiba. ”Aduh, Dib. Kalo lo terus nonton adegan ini bisa-bisa mata lo jadi sakit. Ini tuh adegan tujuh belas ke pinggir. Kita belum cukup umur. Ayo pergi.”

Adiba terkekeh geli lalu mengangguk. Nita dan Adiba meninggalkan Helen dan Aldi yang masih terus saja berdebat. Sebenarnya Nita juga bingung apa sih hasil perdebatan mereka selama bertemu? Sepertinya akur sedikit saja itu adalah sesuatu yang sangat mustahil. Nita membalikkan badannya lagi untuk melihat apakah Helen sudah selesai berdebat atau belum. Mata Nita membulat saat melihat bola basket dengan santainya melambung ke arah koridor dan..

Buk

Tubuh Aldi sempoyongan. Dengan cepat Helen memegangi bahu Aldi. Nita dan Adiba juga menghampirinya untuk membantu. Perlahan-lahan pandangan Aldi mulai kabur, dan.. gelap?

Mr. Bandana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang