24. Pesta ulang tahun💌

1.7K 186 41
                                    

Helen menghela napas lega saat orang yang membawa motor besar berwarna merah meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia menggunakan kembali sepatu sekolahnya dengan cepat sambil sesekali melirik ke arah jendela, takut jika Aldi kembali lagi ke rumahnya. Karena tergesa-gesa memakai sepatu, sampai-sampai menalikan tali sepatunya saja terasa sulit. Gerakannya terhenti saat mendengar suara pintu yang diketuk beberapa kali. Helen memperagakan seperti ingin mencakar wajahnya sendiri.

Kakinya perlahan melangkah untuk membukakan pintu, bibirnya komat-kamit meminta kepada Tuhan agar Aldi tidak datang lagi. Dengan hati-hati ia membuka pintunya dengan perasaan cemas.

"Semoga bukan Aldi," gumamnya.

"Eh, hai Lena. Sorry ganggu, ada yang harus gue omongin soalnya. Penting heheh," kata laki-laki itu yang membuat Helen membuang napas lega karena ternyata bukan Aldi.

Helen mengusap tengkuknya sambil tersenyum kikuk. "Mm.. gimana kalo besok aja ngobrolnya? Di sekolah. Soalnya gue mau-"

Andre menyatukan kedua tangannya, seperti memohon. "Bantuin gue ya, pliiiiis."

"Ah, lo mah, kebiasaan suka maksa!" Helen berdecak kesal sambil sesekali melirik ponselnya yang terus saja bergetar. "Minta bantuaan apaan dah? Cepet."

"Lo kan jago gambar muka orang, nah gambarin muka orang tua gue dong. Nanti malem ada acara ulang tahun pernikahan mereka, gue mau ngasih hadiah itu." Andre memasang wajah memelas. "Mau ya, ya? Gue bayar deh, janji!"

"Kok lo baru bilang sekarang sih?! Kenapa gak dari kemaren, biar ngerjainnya optimal! Kalo sekarang kan pasti buru-buru." Helen menyalakan ponselnya bermaksud untuk melihat sekarang menunjukkan pukul berapa, matanya melotot saat melihat panggilan tak terjawab dari Adiba dan Nita, ia lalu menatap Andre kembali dengan tatapan gemas. "Tuh liat, udah jam 4 coba. Gue ada keperluan kalo sekarang. Tapi masa iya gue gak bantuin lo. Ih Andreeeeeeee! Kesel gue sama lo!"

"Ya maap. Tadinya kan gue mau ngas-"

Helen mengangkat tangan kanannya di depan wajah Andre."Oke, gue bantu. Puas lo?!"

💌💌💌

"Dari pada malem minggu nganggur, temenin gue pergi, yok!" Teyo menyembulkan kepalanya di pintu kamar kakaknya yang sudah ia buka sedikit. Helen yang sedang mengunci ruangan yang berada di kamarnya menoleh ke ambang pintu dengan tatapan aneh. Biasanya, jika ingin keluar malam, pasti Helen yang mengajak Teyo duluan. Mana mau Teyo mengajak duluan kepada kakaknya, dia pasti lebih memilih berpacaran bersama gitar kesayangannya di kamar.

"Boong kan lo? Mau jailin gue kaya waktu itu kan? Ntar gue udah siap-siap lo malah bilang itu boong. Ntar gue udah siap-siap lo malah tidur di kamar bunda. Enggak ah gue gak percaya. Pergi aja sendiri, atau ajak tuh pacar lo yang ada di kam-"

"Lo tega apa ngebiarin adiknya pergi ke pesta ulang tahun sendiri? Di saat yang lain bawa manusia, gue harus bawa gitar?! Ih lo mah jahat."

"Kan sama-sama kesayangan. Yang lain bawa manusia kesayangannya, lo juga bawa gitar kesayangannya. Intinya gue gak mau, males!" ucap Helen lalu ia merebahkan dirinya di kasur. Mengacuhkan adiknya yang sudah berdiri di atas kasurnya sambil loncat-loncat untuk mengganggu ketenangannya.

Akhirnya Teyo menghentikan aksinya, ia duduk di samping kepala kakaknya dengan muka yang dibuat sangar seperti remaja yang sedang malak anak SD dengan memaksa. "Jual mahal banget jadi cewek! Nih tatap mata gue, liat! Liat sini!"

"Ogah, ada beleknya!"

"Sembarangan! Kalo ngomong pake Bismillah dulu."

"BISMILLAH, OGAH, ADA BELEKNYA."

"Mau temenin gue atau enggak? Kalo gak mau, gue gak akan kasihin surat yang gue temuin di depan pager," ancam teyo sambil menaik turunkan kedua alisnya, tak lupa juga ia menyeringai jail.

Mendengar itu Helen langsung merubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya yang semula kesal sekarang menjadi cengengesan. "Jangan gitu dong. Bilang kek dari tadi. Kan gue harus siap-siap dulu."

"Giliran tentang si Sennja aja baru semangat," cibir Teyo.

💌💌💌

"Tonight, you are very beautiful, dear."

Helen tersentak kaget ketika ada seorang laki-laki yang menyentuh dagunya menggunakan setangkai bunga mawar sambil tersenyum jail, sejak kapan laki-laki di depannya tersenyum seperti itu? Untung saja Helen tidak jadi memukul orang yang ada di depannya ini. Helen mendelik kesal lalu melangkahkan kakinya untuk menghampiri adiknya yang sedang bersenda gurau dengan tuan rumah yang sedang berulang tahun. Sebelum benar-benar melangkah, Helen berkata, "Gue kira lo om-om."

Malam ini Helen menggunakan dress berwarna hitam tanpa lengan dan high heels setinggi lima senti berwarna hitam yang membungkus kaki jenjangnya. Make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin manis, ditambah dengan rambut yang sengaja ia uraikan membuat siapa saja yang melihatnya ingin terus menatap wajah Helen. Jika bukan karena ancaman dari Teyo, lebih baik ia diam saja di rumah daripada harus berpenampilan seperti ini. Dan yang paling dongkol, Teyo baru memberi tahu saat di motor jika yang berulang tahun itu teman satu ekskulnya, yaitu ekskul basket. Pasti pengganggu hidupnya juga hadir di acara tersebut.

"Eh si sayang. Gue samperin malah pergi," kata Aldi lalu menarik tangan Helen untuk kembali berhadapan dengannya.

"Kalo dari awal gue tau yang ulang tahun itu salah satu anggota ekskul basket, males banget gue dateng," kata Helen tanpa menatap Aldi yang sedang menatapnya.

"Temenin gue ngasih kado dong," pinta Aldi tanpa memperdulikkan omongan Helen.

Helen mengerutkan dahinya, ia melihat ke tangan kanan dan kirinya Aldi, tidak ada kado yang Aldi pegang, Aldi hanya membawa setangkai bunga di tangan kanannya. "Kadonya mana?"

"Ini," jawab Aldi sambil mengangkat bunga mawar yang ia pegang sedari tadi.

"Hah? Bunga?"

"Ini mobil, Hel," jawabnya asal.

"Lo mau ngasih kado bunga? Yang ulang tahun kan cowok." Helen membelalakkan kedua matanya saat sesuatu terlintas di benaknya. "Lo homo ya?!"

Refleks Aldi maju satu langkah lalu menutup mulut Helen dengan tangan kirinya sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Teman-teman satu ekskul Aldi sudah menertawakan mereka berdua yang sedang berdebat, bahkan mereka sudah tau jika Helen dan Aldi bertemu pasti ada saja yang akan diperdebatan. "Kurang kenceng, Hel, ngomongnya," isik Aldi.

Helen menepis tangan Aldi, lalu ia berteriak. "TEMEN-TEMEN, TERNYATA ALDI HOMO."

"Oh pantes aja Helen bilang suka, Aldinya gak bereaksi apa-apa. Ternyata hom-" Bilan mengaduh kesakitan saat kepalanya dilempar oleh bunga yang tadi dipegang oleh Aldi. Sedangkan Regan hanya terkekeh kecil melihat posisi Aldi dan Helen yang sangat berdempetan.

"Bang Aldi! Kurang dempet tuh badan!" sindir Teyo lalu tertawa keras saat melihat kakaknya mendorong keras bahu Aldi.

Helen yang akan melangkahkan kakinya seketika membeku ketika melihat beberapa laki-laki sedang berjalan masuk menuju tuan rumah. "Jor-dan?"

💌

Heeeeeeemmmmm

Kira kira jordan sama gengnya kenapa ada di acara ulang thn itu ya?

Terus kira kira jordan sama gengnya pake bandana ga yaaaaaaa

Kalian lebih setuju Helen sama siapa nih?

- Senja

- Aldi

- Arga

- Jordan

- Ketua geng Fascia

Jangan lupa vote and comment yaaaa

Sampai jumpa di part selanjutnya😊

Mr. Bandana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang