Chapter Twenty Nine

54 13 1
                                    

💫Mengapa kau selalu memberi harapan semu, apa aku terlihat seperti mainan tak berarti buatmu?💫

※※※

Mereka bertiga menggaruk tengkuk belakang kepalanya yang tidak terasa gatal. "Ini kita mau jenguk lo," timpal Sandy.

"Sekaligus, kita mau kasih tahu siapa yang nabrak lo," sahut Rendy.

Crish mengkerutkan dahinya. Mulai penasaran. "Siapa?"

"Dia adalahhh-----" ucap Sandy mencoba membuat penasaran tetapi ucapannya langsung dipotong oleh Darren.

"Revaldo pelakunya, kita udah lapor polisi, buktinya udah ada, yang nabrak Lo udah buat pernyataan," jelas Darren, Sandy menatap Darren nyalang, ia berniat ingin seperti acara talkshow yang membuat penonton penasaran seketika gagal.

"Apa Lo? Itu mata minta dicolok?!" ucap Darren garang.

"Duh Mas Darren galak, Adek Sandy atut," ucap Sandy berlagak seperti anak kecil yang takut, mendapat kernyitan jijik dari ketiga temannya.

Walau mereka sering melihat hal itu tetap saja itu terlihat geli baik dilihat dari segi manapun, apa lagi dengan garis wajah dengan rahang tegas dan otot trisep yang agak menonjol walau baju yang dikenakan longgar.

"Geli, sat!" ujar ketiga temannya.

"Biasa njing, ngegas mulu kek perawan," dumel Sandy.

"Chris, boleh gue minta satu hal?" tanya Rendy, Chris menolehkan kepalanya sejenak kemudian ia mengangguk, "gue mohon, bebasin orang yang nabrak Lo," lanjut Rendy.

"Alasan?"

"Dia lakuin itu buat panti asuhan yang mau digusur," jelas Rendy, Chris mengangguk ia paham bagaimana perasaan Rendy, karena Rendy juga berasal dari panti asuhan.

"Bakal gue bebasin, tapi sebelumnya kita harus bawa Revaldo bajingan itu ke penjara!" ucap Chris seraya tersungging senyum licik.

"Oh iya, Gue tadi liat Soya dibawa kesini sama orang tuanya, dia dibopong sama bapaknya tadi," ujar Sandy kala ia teringat sesuatu, Chris seketika membelalakkan kedua matanya dan menghujani Sandy dengan beragam pertanyaan.

"Lo liat dimana? Sakit apa? Sama siapa? Keadaannya gimana? Ruang mana? Gue mau ketemu!" tanya Chris bertubi-tubi, ketiga temannya yang mendapat pertanyaan seperti itu seketika tersenyum mengejek.

"Katanya dulu ga suka Malika," sindir Rendy.

"Terus tipe Lo yang 'tinggi, putih, cantik gak pendek, dekil terus kampungan'," sahut Darren meniru ucapan Chris.

"Abis itu Lo katanya pengen ngehancurin Malika gara-gara dia ngambil ranking pararel lo," sindir Sandy semakin pedas, Chris jadi panas sendiri, bukan waktunya untuk bercanda.

"Gue suka sama Malika! Puas!" ujar Chris pada akhirnya, ia memalingkan wajahnya kearah lain, wajahnya sangat memerah hingga ke telinga.

"Ciyeee.. ada yang kasmaran.," goda Darren.

"Apaan sih njing! Cepet bilang, Soya dirawat di ruang mana?" tanya Chris.

"Disamping ruangan Lo, mau jenguk?" tanya Sandy.

"Emang jodoh ya mereka," goda Rendy, wajah Chris memanas, ia pun segera mencoba beranjak dari tempat tidur dan menggapai kursi roda disampingnya.

"Kalem elah bro, kita bantuin," ujar Rendy, kemudian ketiganya membantu Chris menggapai kursi roda dan membawanya kearah ruangan Soya dirawat.

Dari luar ruangan Soya terlihat kedua orang tuanya keluar dari sana, hal itu dijadikan Chris kesempatan.

"Sandy, babu gue yang paling baek, beliin Abang Chris bubur sama air dong," ucap Chris menatap Sandy dengan raut wajah memohon.

"Hilih, sindi biliin bibir simi iir ding," ucap Sandy.

"Beliin ah, cepet!" ucap Chris tak sabar.

"Duwit?" tanya Sandy mengulurkan tangan, tetapi malah ditepuk keras dan dijabat tangan oleh Chris.

"Iya bro, makasih loh udah di traktir, mau ngapelin masa depan dulu," ucap Chris tersenyum tanpa rasa bersalah, andai jika ia tega pada Chris kakinya yang patah itu akan ia potong sekalian.

"Hilih disir bicin!"

"Bicin apaan? Micin? Dah pergi sono!" ujar Chris mendorong tubuh Sandy.

※※※

Kedua obsidian Chris tertuju pada satu objek yang saat ini terbaring dengan satu jarum suntik infus dan wajah yang pucat.

Tangan Chris reflek mengelus surai pirang Soya yang tergerai, Soya saat tidur terlihat cantik dimatanya.

"Maaf," satu kata pertama lolos, ia menggenggam jari-jemari kurus Soya erat, ia lebih kurus dari terakhir kali Chris melihatnya.

Ia sangat paham, betapa bajingannya dia, mempermainkan perasaan seorang gadis yang sama sekali tak salah, ia benci karena selalu menuruti ego-nya selama ini.

"Gue suka sama Lo, gue kemakan omongan Yuna, maafin Soya, Gue emang jahat, Lo boleh pukul gue atau apapun, asal jangan sakit kayak gini," ujar Chris lirih, ia mencium punggung tangan Soya yang agak dingin dan pucat.

"Maaf, gue emang pengecut buat karena gue ngucapin perasaan gue pas Lo tidur, gue emang gak pantes buat Lo," jemari Chris yang semula mengelus surai pirang Soya berpindah pada pipinya.

Chris mengambil kertas dan bolpoin yang selalu dibawa Darren dalam tasnya, menuliskan beberapa kalimat kemudian meletakkannya diatas nakas tempat ia membelikan bubur untuknya.

Chris mencium punggung tangan Soya sekali lagi, kemudian ia meninggalkan gadis berkulit cokelat eksotis itu tanpa kata.

※※※

Jika ada yang bertanya, tempat apa yang paling tidak ia sukai, maka Soya akan menjawab rumah sakit dengan lantang.

Ia tidak terlalu menyukai obat-obatan dan disinfektan yang lumayan menyengat indera penciumannya.

Kedua iris biru Soya menelisik kearah sekitar, tak ada siapapun yang menunggunya disini, ia sendirian, tangannya terasa gatal sekaligus mati rasa karena infus yang terpasang diantara pembuluh darah.

Dalam hati ia berharap jika Chris berada disini menemaninya, tetapi itu hanya dapat menjadi angan belaka, nyatanya seseorang yang ditunggunya tidak akan pernah kembali setelah apa yang ia lakukan pada remaja laki-laki itu.

Netra birunya menelisik kearah sekitar, ia mendapati satu porsi bubur dan botol air minum diatas nakas beserta kertas yang terselip diantara permukaan nakas dengan sterofoam bubur.

Soya lebih tertarik dengan kertas diatasnya, ia pun mengambil dan membuka kertas tersebut.

'Jangan lupa makan buburnya, get well soon.'

Dan maaf buat semua yang udah gue lakuin sama Lo selama ini.

Kenyataan yang sebenernya, Gue suka sama Lo.

-Chris

Bolehkah Soya berharap sekarang? Andaikan Chris mengerti keadaannya sekarang, apa yang akan ia lakukan?

***

To Be Continued Guys.

A Story By : The Greatest Phoenix
Our Member :
Lov3rsky
eca_209
ChanifNA
Stefi1909
MiladiaNurSafitri

©Author_Project
author_project

Don't Forget To Vote dan commentnya guys🎉
See you in next chapter. Bye~.

Conquered Her Love [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang